Lompat ke isi

Gebug ende

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 20 Februari 2013 14.14 oleh 118.97.95.191 (bicara)

Istilah Gebug Ende dikenal juga dengan nama Gebug Seraya.Gebug Ende berasal dari kata Gebug dan Ende,Gebug berarti memukul dan Ende berarti alat yang digunakan untuk menangkis (tameng).Alat yang digunakan untuk memukul adalah rotan dengan panjang sekitar 1,5 centi meter hingga 2 meter.Sedangkat alat untuk menangkisnya terbuat dari kulit sapi yang dikeringkan dan dianyam berbentuk lingkaran.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Tari Gebug Ende merupakan salah satu tarian/permainan yang menjadi tradisi masyarakat Seraya yang dimainkan oleh dua orang lelaki baik dewasa maupun anak-anak yang sama-sama membawa ende dan penyalin,dimana pemainnya saling memukul dan menyerang.Tehnik yang dibutuhkan adalah memukul dan menangkis. Sejarah Singkat Gebug Ende : Konon zaman dahulu krama desa Seraya adalah prajurit perang Raja Karangasem yang ditugaskan untuk menggempur atau menyerang sebuah kerajaan di Lombok Barat yaitu Kerajaan Seleparang.Karena pada waktu itu orang” asli Seraya kebal(kuat) sehingga dijadikan benteng oleh raja Karangasem sehingga Kerajaan Seleparang takluk terhadap Kerajaan Karangasem. Belum puas berperang menghadapi musuh dan smangat ksatria masih berkobar maka bertarunglah dengan teman-temannya sendiri ,saling menyerang (memukul dan menangkis dengan alat yang dibawa).Seiring perkembangan zaman maka terciptalah tarian/permainan Gebug Ende yang secara turun temurun dapat dimainkan dan disaksikan hingga kini.Tombak,pedang dan tameng yang digunakan pada zaman dahulu diganti dengan peralatan rotan dan ende. Selain itu Di Desa Seraya merupakan daerah kering dan disertai dengan musim kemarau yang tak kunjung berahir.Hujan yang dinanti oleh masyarakat setempat belum juga menunjukkan tanda-tanda akan turun.Sehingga dari hasil parum desa tercetuslah untuk melaksanakan ritual memohon turunnya hujan yakni dengan mengadakan Gebug Ende.Menurut Kepercayaan masyarakat tarian ini dianggap suci atau sakral,lebih-lebih disaat tarian/permainan berlangsung salah seorang bisa memukul bagian tubuh lawan hingga mengeluarkan darah maka akan cepat turun hujan. Cara Memainkan Gebug Ende : Areal Gebug Ende dapat ditentukan dimana saja asalkan medannya datar.Tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan tempatnya namun disesuaikan dengan kondisi arealnya saja.Sementara untuk menjaga keamanan pemain dari desakan penonton lapangan dapat diberi pembatas seperti dengan tali ataupun bambu sebagai pagar pembatas.Sebelum permainan dimulai para juru banten biasanya melaksanakan ritual permohonan berkat agar permainan Gebug Ende ini dapat berjalan lancar dan memberikan kemakmuran bagi krama Seraya pada khususnya. Setelah persiapan rampung akhirnya permainanpun segera dilangsungkan.Pembukaan diawali dengan ucapan selamat datang untuk para pemain dan penonton.Selain itu terselip pula pembekalan bagi para pemain untuk selalu mengedepankan kejujuran dan sportifitas.Tetabuhan gamelan menambah semarak dan khidmatnya permainan .Dua orang wasit yang disebut saya (baca:saye) berperan sebagai peminpin pertandingan.Mereka inilah yang mempunyai tugas untuk mengawasi permainan tersebut.Sebelum permainan mulai saya(wasit) terlebih dahulu yang memperagakan tarian Gebug Ende tersebut dan memberitahu uger-uger atau batasan yang harus ditaati oleh para pemain.Uger-uger tersebut diantaranya : Pemain hanya boleh memkul diatas pinggang sampai kepala. Tidak boleh memukul di bawah pinggang sampai kaki. Permainan dapat usai bilamana satu pemain terdesak. Ditengah lapangan terdapat sebuah rotan digunakan sebagai garis batas yang digunakan membagi lapangan menjadi 2 bagian.Kali pertama diawali dengan kelompok anakanak. Tidak tampak ketakutan pada tubuh kecil itu,ende dan rotan pun ditarikan.Betapa sakitnya apabila bekas cambukan tergores dibadan.Usai kelompok anak-anak,tibalah giliran pria dewasa.Tidak ada perbedaan tentang tata cara permainan yang ada hanyalah kerasnya pukulan dan kelihaian menangkis pukulan. Tujuan Dari Gebug Ende : Menurut bendesa pakraman seraya,selain melestarikan tradisi yang mesti diwarisi secara turun temurun Gebug Ende adalah merupakan permainan/tarian sukacita penduduk desa Seraya bertujuan memohon hujan kepada pencipta alam ini.Unsur olahraga sangat ditekankan dalam permainan ini yakni kekuatan fisik untuk melakukan pukulan serta kelincahan untuk menangkis.Selain Gebug Ende disakralkan tradisi ini juga diwariskan kepada generasi muda sebagai tari perang.Sehingga pada tiap tanggal 1 Agustus kerap diselenggarakan untuk memeriahan HUT RI. Costum Pemain/Penari : Ikat kepala (destar) warna merah,merah sebagai simbol keberanian Kain/Kamben Saput hitam putih (poleng) Iringan Tari/Tabuh : Satu pasang kendang cedugan Ceng-ceng rincik