Lompat ke isi

Stadion Siliwangi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Keberadaan Stadion Siliwangi yang berada di Jln. Lombok Bandung, saat berdirinya memang lebih diperuntukkan bagi pembinaan jasmani anggota Kodam III/Siliwangi. Namun, saat ini tak jarang juga diperuntukkan bagi khalayak umum yang akan menggelar even-even olahraga.

Salah satu non-organik yang telah banyak memanfaatkan Stadion Siliwangi adalah Persib Bandung. Seiring belum dimilikinya stadion yang lebih representatif di Kota Bandung untuk menggelar kegiatan olahraga yang besar, stadion dengan kapasitas sekitar 25.000 penonton tersebut seolah identik dengan kandang Persib Bandung.

Entah sudah berapa banyak serdadu Komando Daerah Militer (Kodam) III/Siliwangi lahir dengan gagah, jasmani sehat bak otot kawat dan tulang besi serta olahragawan pun banyak lahir dari keberadaan Stadion Siliwangi.

Bintang-bintang Persib, seperti Adjat Sudradjat, Iwan Sunarya, Robby Darwis, dan sebagian besar pemain Persib lainnya, sempat menjalani penggodokan dengan menggunakan fasilitas Stadion Siliwangi.

Tak salah pula ada pemeo yang mengatakan, “Jangan pernah merasa menjadi bobotoh bila belum pernah menonton secara langsung ‘Sang Maung’ di Stadion Siliwangi”.

Lahir karena BLA

Tapi mungkin banyak yang belum tahu bila stadion kebanggaan warga Kota Bandung ini dibangun untuk memperingati peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) pada 24 Maret 1946. Atau bahkan mungkin ada yang belum mengetahui bila Stadion Siliwangi adalah milik Kodam III/Siliwangi, bukan milik Pemprov Jabar atau Pemkot Bandung.

Stadion Siliwangi sebenarnya dibangun untuk didedikasikan kepada 200.000 warga Kota Bandung yang telah merelakan segala hartanya yang habis terbakar dalam peristiwa BLA. Tepatnya setelah 8 tahun peristiwa itu, atas prakarsa Panglima Tentara dan Teritorium III, Kolonel Inf A.E. Kawilarang (Pangdam Siliwangi pertama) dimulailah pembangunan stadion untuk kegiatan olahraga warga Kota Bandung dan untuk latihan para tentara Siliwangi. Dibangun di atas tanah milik Kodam, biaya pembangunan terkumpul dari potongan gaji para tentara dan pegawai Kodam selama 2 tahun. Sejumlah sen yang ada di belakang gaji para tentara dan pegawai itulah yang dipotong.

Karena kondisi tanah di Kota Bandung yang liat maka setiap hari dua kompi angkatan darat pun terpaksa harus mengambil tanah dari Lembang untuk beberapa minggu.

Dengan segala kerja keras dan semangat Siliwangi, akhirnya hanya dalam jangka 2 tahun stadion itu dapat diselesaikan. Tapi saat itu hanya ada tribun utama dan terbuat dari kayu.

Tepat pada 24 Maret 1956 stadion diresmikan oleh Panglima Kawilarang. Sebagai hiburan, diadakan pertandingan persahabatan antara Persib Bandung melawan Persija Jakarta. Pada saat itu pula Persib sedang dalam masa keemasannya.

Pada 1961, stadion ini pun menjadi tempat diselenggarakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) V yang dibuka oleh Presiden Soekarno. Baru pada 1976, Stadion Siliwangi mengalami peremajaan. Hampir seluruh bagian stadion dibongkar. Pembangunan stadion kali ini dikerjakan oleh PT Propelat dengan melibatkan sekitar 300 pekerja.

Proses pembangunan stadion dimulai pada Desember 1975 dan hanya memakan waktu 6 bulan untuk menyelesaikan stadion lengkap dengan tribun mengelilingi lapangan dan lapangan standar internasional. “Rumput saja sengaja diimpor dari Australia, namanya rumput green carpet. Biji rumput itu ditebar ke seluruh lapangan dan disemai selama 2 bulan. Dengan didukung drainase dan rumput tersebut, saat hujan sekalipun air akan meresap dalam waktu kurang dari 5 menit,” ujar seorang kepala proyek pembangunan Stadion Siliwangi.

Tepat pada 20 Mei 1976 bertepatan dengan HUT ke-30 Kodam Siliwangi, stadion ini diresmikan oleh Mayjen TNI Himawan Sutanto.

Namun berdasarkan perencanaan PT Propelat, kondisi lapangan akan selalu dalam kondisi prima bila dalam waktu 10 tahun harus digemburkan kembali. Maka sangat wajar bila kondisi lapangan Siliwangi saat ini selalu tergenang air bila hujan. “Karena hingga saat ini tanah di lapangan belum pernah digemburkan kembali,” ujarnya.

Sayang memang keberadaan stadion kebanggaan warga Bandung, semakin surut dibanggakan. Terutama jika dilihat fasilitas yang tidak pernah berubah. Penggunaan green carpet yang telah menyejajarkan Stadion Siliwangi dengan Stadion Senayan Jakarta (sekarang Gelora Bung Karno) dan Stadion Tambak Sari Surabaya yang kala itu menjadi stadion termegah di Indonesia, pun mulai surut.

diambil dari GALAMEDIA