Kecelakaan KM Digoel
Artikel ini membahas suatu peristiwa terkini. Informasi pada halaman ini dapat berubah setiap saat seiring dengan perkembangan peristiwa dan laporan berita awal mungkin tidak dapat diandalkan. Pembaruan terakhir untuk artikel ini mungkin tidak mencerminkan informasi terkini. |
KMP Digoel adalah sebuah kapal motor barang milik perusahaan negara angkutan sungai danau dan penyeberangan yang tenggelam pada 7 Juli 2005 pada sekitar pukul 11.10 WIT di perairan Arafura. Kapal tersebut sedang dalam perjalanan dari Merauke ke Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel.
Secara resmi kapal seberat 150 ton tersebut disebut membawa 50 penumpang, namun menurut saksi mata jumlah penumpang mencapai lebih dari 200 orang. Hingga 13 Juli 2005, hanya 16 orang yang telah berhasil diselamatkan – 14 penumpang dan 2 awak kapal –, 6 orang tewas dan 178 penumpang belum diketahui nasibnya. Menurut Kepala Tim SAR di Merauke, sekitar 12 mil (19 km) dari garis pantai Merauke kapal dihantam ombak deras dan angin kencang hingga tenggelam di kedalaman Laut Arafura. KMP Digoel ternyata terbenam di dalam lumpur sehingga tim SAR kesulitan mengubah posisinya.
Penumpang
Manifes kapal hanya mencatat 15 anak buah kapal (ABK) dan 35 penumpang, tetapi ternyata ada lebih dari 200 orang di kapal tersebut saat tenggelam. Sebagian besar penumpang adalah anak-anak sekolah asal Boven Digoel dan masyarakat Boven Digoel yang ingin menggunakan waktu liburan untuk kembali ke kampung asal dan diduga tidak terdaftar di manifes penumpang kapal tersebut. Kapal barang tersebut membawa penumpang karena keterbatasan sarana angkutan ke daerah pedalaman.
Penyebab kecelakaan
Tim SAR Merauke memberikan tiga kemungkinan penyebab kecelakaan itu, yakni kelebihan muatan, ombak dan angin kencang atau kerusakan mesin. Dugaan sementara, KMP Digoel tenggelam karena kelebihan muatan. Dugaan ini sesuai dengan posisi kapal tenggelam, di mana moncongnya menukik ke laut dan diperkuat dengan kenyataan bahwa di bagian depan kapal itu ada dua alat berat berupa buldoser, serta satu alat berat lain. Ada pula 600 sak semen, bahan bakar minyak, besi beton, barang kebutuhan pokok, dan barang lain. Kapal itu berbobot mati GRT 242.
Selin itu, kapal tersebut juga kekurangan fasilits untuk keadaan darurat sehingga menyulitkan penyelamatan penumpang.