Lompat ke isi

An sich

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 06.28 oleh Addbot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 7 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q239581)

An sich adalah sebuah istilah dari bahasa Jerman yang secara harfiah berarti: "pada dirinya sendiri", "pada hakekatnya" atau "harafiah". Konsep filsafat "Ding an sich" diperkenalkan oleh sang filsuf Prusia Immanuel Kant.

Jika dijelaskan, maka pengertian "an sich" adalah sebagai berikut. Semua objek yang kita kenal berada di luar tubuh kita. Objek-objek tersebut hadir ke dalam kesadaran kita melalui panca indera. Dengan demikian, objek-objek tersebut selalu hadir untuk diri kita. Jika objek tersebut hadir juga untuk orang lain, maka orang lain juga hadir sebagai objek untuk diri kita. An sich adalah sebuah hipotesis yang menyebutkan bahwa objek tersebut ada tanpa tergantung pada kesadaran kita. Dengan demikian, jika kita tidak ada, tidak memiliki kesadaran, maka objek tersebut tetap ada.

Sebagai contoh. Kita mengenal batu dengan sifatnya yang keras. Kekerasanbatu tersebut hadir ke dalam kesadaran kita karena salah satu indra kita, yaitu kulit. Jika kita tidak memiliki kulit dan tidak mampu merasakan tekstur serta kekerasan batu, maka kita tidak akan mengenal sifat batu tersebut. Dengan demikian, batu bagi kita tidak memiliki sifat keras. Sekarang pertanyaannya adalah, apakah kekerasan batu tersebut objektif sebagai sifat yang melekat pada batu ataukah sifat tersebut hanya hadir karena interaksi batu dengan kita. Hipotesis an sich menyebutkan bahwa sifat batu tersebut berdiri sendiri dan lepas dari apakah kita dapat merasakan kekerasan batu ataukah tidak.

An Sich(jerman):in se(latin): lebih lanjut, secara literer adalah segalahal yang muncul dengan sendirinya dari dirinya, tanpa ada relasi atau hubungan terhadap sesuatupun(khususnya, tanpa ada hubungan terhadap segala bentuk pengertian-dalam kesadaran). An sich, adalah ada dengan sendirinya.

Hegel, dalam filsafatnya bagaimanapun telah menggambarkan 'keadaan tanpa memiliki relasi' dengan 'an sich'. Dan dalam keadaan yang sedemikian, maka sesuatu dapat memunculkan segala potensinya. Kemudian dalam sistem yang dibentuk Hegel tersebut, an sich kadang-kadang merujuk kepada sesuatu yang latent, tak terbentuk, atau dalam hubungan tertentu merujuk pada ketidaksadaran.

Kant, menggunakan an sich dengan pemahaman yang lebih sederhana, untuk mendeskripsikan sesuatu yang takterikat dengan kesadaran atau pengalaman. Oleh sebab itu Kant terjebak dalam kontrasnya penjelaskan mengenai 'ding-an-sich'(ada dengan sendirinya) dengan 'kehadiran'(phenomena). karena sesungguhnya keduanya jelas berbeda, ding-an-sich adalah keadaan ada di luar kesadaran, ada dengan sendirinya sedangkan 'kehadiran' adalah merupakan suatu fungsi yang dibentuk oleh kesadaran, dan 'kehadiran' itu sendiri pastilah dibentuk oleh berbagai bentuk kesadaran dari luar dirinya.

Dari penjelasan tentang an sich, kemudian muncullah Martin Heidegger dengan Being and Time(Sein und Zeit). Dan penjelasan radikalnya tentang 'ada', dan bagaimana ia memunculkan sebuah pendekatan untuk mencari kebenaran, Ansichtslosigkeit.