Anggrek bulan
Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) atau puspa pesona adalah salah satu bunga nasional Indonesia. Pertama kali ditemukan oleh seorang ahli botani Belanda, Dr. C.L. Blume.
Tanaman anggrek ini tersebar luas mulai dari Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua, hingga ke Australia. Cara hidupnya secara epifit dengan menempel pada batang atau cabang pohon di hutan-hutan dan tumbuh subur hingga 600 meter di atas permukaan laut.
Karakteristik tanaman
Anggrek bulan termasuk dalam tanaman anggrek monopodial yang menyukai sedikit cahaya matahari sebagai penunjang hidupnya. Daunnya berwarna hijau dengan bentuk memanjang. Akar-akarnya berwarna putih dan berbentuk bulat memanjang serta terasa berdaging. Bunganya memiliki sedikit keharuman dan waktu mekar yang lama serta dapat tumbuh hingga diameter 10 cm lebih.
Teknik Budidaya Peruntukan Ekspor
Budidaya anggrek Phalaenopsis yang dilakukan PT EGF meliputi penanaman, pemeliharaan, dan grading tanaman. Kegiatan penanaman yang dilakukan meliputi penanaman bibit atau aklimatisasi bibit dan pindah tanam (repotting). Pada umumnya runtutan kegiatan aklimatisasi dan repotting hampir sama yaitu mempersiapkan bahan tanaman dan penanaman tanaman. Pada penanaman digunakan media tanam moss yang berfungsi baik dalam menyerap air, membuat kelembaban terjaga, ruang gerak akar lebih bebas, tidak melukai akar, akar lebih banyak dan panjang serta batang tanaman akan lebih kuat. Selain mengandung 2-3% unsur N, media moss juga memiliki aerasi dan drainase yang baik (Yanti, 2007). Moss yang digunakan pada tanaman peruntukan lokal adalah moss China sedangkan tanaman peruntukan ekspor menggunakan moss Chili dari Taiwan. Dari segi kualitas, moss Chili berwarna kuning cerah dengan tekstur yang lembut. Sedangkan moss China berwarna coklat cerah dan memiliki tekstur yang agak kasar. Tekstur pada media tanam akan berpengaruh pada drainase dan pertumbuhan akar. Pada moss Chili drainase lebih baik dibandingkan dengan moss China, kemungkinan serangan cendawan rendah sehingga pertumbuhan akar baik dan jumlahnya pun banyak. Jenis wadah tanam yang digunakan untuk penanaman yaitu menggunakan pot plastik bening. Penggunaan pot plastik bening ini memiliki beberapa keuntungan yaitu memudahkan dalam pengecekan media dan media dapat terkena sinar matahari langsung. Selain itu, pada pot plastik memiliki jumlah lubang yang sedikit untuk menjaga kelembaban media sesuai dengan sifat Phalaenopsis yang menyukai kelembaban sehingga pertumbuhan akar baik dengan jumlah akar yang banyak. Selain media tanam perbedaan antara tanaman peruntukan lokal dan ekspor terlihat dari asal bibit yang digunakan. Pada tanaman peruntukan lokal biasanya menggunakan asal bibit seedling (perbanyakan secara generatif) sedangkan pada tanaman peruntukan ekspor menggunakan bibit yang berasal dari mericlone (perbanyakan secara vegetatif). Penggunaan bibit asal mericlone untuk ekspor dikarenakan sifat yang sama dengan induknya dan pertumbuhannya yang seragam, termasuk dalam hal pembungaan. Menurut Thursina (2005), perkembangan perbanyakan anggrek di Eropa ditandai dengan adanya keberhasilan memproduksi klon-klon anggrek secara komersial atau yang disebut sebagai mericlone yang dihasilkan melalui kultur jaringan dan memiliki sifat-sifat yang sama dengan induknya. Berbeda halnya dengan bibit asal seedling yang diperoleh dari hasil persilangan. Walaupun perbanyakannya lebih mudah dibandingkan dengan bibit asal mericlone, namun tanaman yang dihasilkan tidak sama dengan induknya dan pertumbuhan bunganya belum dapat diketahui sebelum tanaman tersebut berbunga. Hal ini sangat merugikan konsumen tujuan ekspor khususnya ekspor tanaman dalam bentuk unspike atau tidak berbunga.
Kegiatan pemeliharaan tanaman anggrek Phalaenopsis yang dilakukan PT EGF meliputi sterilisasi rak besi (bed) dan tanaman, penyiraman, pemupukan, basah pinggir kering tengah (bapiketeng), sortasi tanaman, sanitasi tanaman, bed transfer dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Rak besi (bed) yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan NaClO 5.25% dengan dosis 22.86 ml per liter. Sterilisasi juga dilakukan pada tanaman yang baru ditanam dan juga tanaman yang baru dipindah tanam. Kegiatan sterilisasi pada tanaman dilakukan satu hari setelah tanam dengan mengunakan NaClO 5.25% dengan dosis 2.56 ml/l. Tujuan dilakukannya sterilisasi ini adalah agar tanaman, peralatan, serta GH bersih dan tidak terkontaminasi dengan bakteri, cendawan maupun serangga. Kegiatan penyiraman air pada anggrek Phalaenopsis dilakukan ketika terjadi pengendapan hara atau butiran-butiran pupuk pupuk terlihat/tersisa pada moss.
PT EGF menggunakan 5 jenis bahan kimia untuk pupuk yaitu, pupuk Peters International 20:20:20 dengan dosis 1 gram per 5.5 liter, Ca(NO3)2 dengan dosis 0.2 gram per liter, MgSO4 0.2 gram per liter, NiSO4 0.01 gram per liter, dan Bori Acid (Biotri) 0.1 mg per liter. Pemupukan dilakukan 3 sampai 4 hari sekali atau tergantung pada kondisi cuaca dan media tanam (moss) secara fertigasi. Pemberian unsur hara dengan kandungan selain NPK ini dimaksudkan agar daun pada tanaman tidak mudah menguning karena dalam ekspor tanaman unspike kriteria tanaman yang paling diperhatikan selain perakaran adalah kondisi daun. Lakitan (2007) menjelaskan bahwa magnesium dan seng merupakan unsur penyusun dan pembentukan klorofil serta pencegahan kerusakan molekul klorofil. Sedangkan unsur hara Ca mempunyai peran utama dalam membentuk ketahanan terhadap hama dan penyakit disebabkan oleh peranannya sebagai pembentuk dan memperkuat dinding sel.
Kegiatan sanitasi tanaman pada anggrek Phalaenopsis yang ada di kebun Cikampek meliputi pembersihan daun kuning dan pembuangan tunas bunga (spike). Pembuangan tunas bunga (spike) pada tanaman anggrek Phalaenopsis dilakukan karena proses pembuangaan tanaman tidak dilakukan di kebun Cikampek. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan iklim di kebun Cikampek yang kurang mendukung proses pembungaan. Pembuangan tunas bunga (spike) dilakukan dengan mematahkan ujungujung tunas bunga jika tunas bunga masih muda atau menggunakan gunting stek untuk tunas bunga yang sudah tua atau tunas bunga yang keras. Bed transfer yaitu mengosongkan bed dengan memindahkan tanaman yang terdapat dalam bed ke bed yang lain. Kegiatan bed tranfer ini bertujuan untuk mengosongkan bed yang nantinya bed tersebut digunakan untuk meletakkan tanaman yang telah dipindah tanam atau baru ditanam. Perpindahan tanaman harus harus sesuai dengan kode dan jumlah tanaman sebelumnya. Pengendalian hama dan penyakit di PT EGF dilakukan secara kimia yaitu dengan pemberian pestisida pada tanaman yang dilakukan setiap dua sampai tiga minggu sekali atau tergantung dari kondisi tanaman. Kegiatan penyemprotan pestisida dilakukan sore hari. Untuk menurunkan suhu pada tanaman, dilakukan penyemprotan dengan air bersih sebelum dilakukan penyemprotan pestisida pada tanaman. Penyemprotan air bersih dan pestisida dilakukan dengan sprayer dengan tekanan semprot mesin power sprayer maksimal 3 bar atau 40 kg/cm3 . Jenis pestisida yang digunakan telah dijadwalkan sesuai dengan kondisi iklim dan keadaan tanaman. Biasanya pada musim hujan digunakan fungisida dan bakterisida sedangkan pada musim kemarau digunakan insektisida. Pengkelasan (grading) tanaman merupakan kegiatan memisahkan tanaman berdasarkan kelas atau grade tertentu yang sesuai dengan jenis dan varietasnya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam melihat jumlah ketersediaan tanaman dengan grade tertentu pada setiap kode tanaman. Grading tanaman dilakukan pada tanaman pot 1.5”, pot 2.5”, pot 3.0”, dan pot 3.5”. Selain itu, terdapat dua kegiatan grading tanaman yaitu grading bulanan dan grading ulang. Grading ulang terdiri dari grading untuk repotting, grading lokal dan grading ekspor.
Panen dan Pascapanen
Anggrek Phalaenopsis yang dijual oleh PT EGF berupa tanaman tanpa media (Bare Root), tanaman dengan pot (Potted Plant) dan bunga potong (Cut Flower). Penjualan tanaman yang akan di ekspor dapat dalam bentuk tanaman dalam pot (Potted Plant) dan tanaman tanpa media (Bare Root). Sedangkan penjualan tanaman lokal dalam bentuk tanaman dalam pot, baik tanaman berbunga maupun tidak berbunga, dan bunga potong (Cut Flower). Kegiatan ekspor tanaman dalam pot (Potted Plant) dilakukan setiap 2 kali dalam satu bulan yang ditujukan ke Jepang. Bare root merupakan salah satu bentuk ekspor yang dilakukan oleh perusahaan dimana tanaman akan diekspor dalam bentuk tanpa media dan hanya berupa tanaman saja. Permintaaan ekspor tanaman dengan cara seperti ini biasanya dilakukan oleh konsumen non Jepang seperti Australia, Amerika, Belanda dan lain-lain. Ekspor bare root dilakukan ketika terdapat permintaan dari konsumen. Umumnya tanaman yang akan diekspor ini tanaman dengan pot berukuran 2.5”, 3.0”, dan 3.5”.
Galeri
- BUDIDAYA ANGGREK PHALAENOPSIS: PRODUKSI ANGGREK PHALAENOPSIS UNTUK EKSPOR
DI PT EKAKARYA GRAHA FLORA, CIKAMPEK, JAWA BARAT ([1]) ([2])