Lompat ke isi

Maurits dari Nassau

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Berkas:Maurice.jpg
Maurice dari Nassau

Maurice of Nassau, Pangeran Orange (Bahasa Belanda: Maurits van Oranje) (14 November 1567, Dillenburg – 23 April 1625) adalah Pangeran Oranye dari 1618 semenjak kematian kakaknya, Philip William, Pangeran Oranye, (1554–1618). Maurice adalah penguasa dari United Provinces of the Netherlands (kecuali Friesland) dari tahun 1585 hingga kematiannya pada tahun 1625.

Maurice mengorganisir pemberontakan Belanda melawan Spanyol, perannya dalam hal ini sukses besar dan menjadi ahli taktik militer terkenal. Maurice mengemukakan pendapatnya untuk menghidupkan kembali doktrin klasik dari Vegetius dan mempelopori ketentuan tentang alat-alat perang dan pelatihan pasukan di Eropa.

Kehidupan

Maurice adalah putra dari William sang Pendiam dan Putri Anna of Saxony. Ia lahir di kastil Dillenburg. Ia dinamai berdasarkan kakeknya (dari jalur ibu) Maurice of Saxony.

Maurice tidak pernah menikah. Namun, dirinya adalah ayah angkat dari Willem of Nassau, Louis of Nassau dan Anna van de Kelder.

Bersama dengan sepupunya Willem Lodewijk, Maurice berkuliah di Heidelberg lalu pindah ke Leiden bersama kakaknya Philip William, Pangeran Oranye dimana ia bertemu dengan Simon Stevin. Negara Holland dan Zeeland membiayai pendidikan Maurice, setelah ayahnya terlilit kesulitan keuangan paska mengorbankan hartanya pada revolusi Belanda.

Saat ia berusia 16 tahun, ayahnya dibunuh di Delft, Ia lalu mengambil alih kekuasaan sebagai penguasa (Stadhouder). Monarki Inggris dan Prancis berminat untuk mengambil alih kekuasaan namun ditolak. Hal ini membuat Maurice menjadi kandidat satu-satunya untuk menjadi Stadhouder. Akhirnya, dia menjadi penguasa Holland dan Zeeland di tahun 1585, penguasa Guelders, Overijssel dan Utrecht pada tahun 1590 dan penguasa Groningen dan Drenthe di tahun 1620 (setelah kematian Willem Lodewijk, yang menjadi penguasa disana dan di Friesland).

Maurice menjadi Pangeran Oranye setelah kakaknya Philip William, Pangeran Oranye, meninggal pada tahun 1618. Dia ditunjuk sebagai jenderal angkatan darat pada tahun 1587, setelah Earl of Leicester, kembali ke Inggris.

Karir Militer

Maurice mengorganisasi pemberontakan melawan Spanyol menjadi masuk akal, hingga sukses. Dia mengatur kembali angkatan darat Belanda bersama dengan Willem Lodewijk. Ia belajar sejarah tentang militer, ilmu strategi perang, matematika dan astronomi, dan membuktikan bahwa dirinya adalah ahli strategi terbaik pada masanya. Perang Delapan Puluh Tahun menjadi media pembuktiannya. Ia berhasil melumpuhkan dan mengambil alih beberapa pos jaga (outpost) milik Spanyol. Dengan nasehat perang dari Simon Stevin, ia dapat mengambil alih beberapa benteng dan kota penting dalam serangan selanjutnya seperti Breda di tahun 1590, Steenwijk di tahun 1592, dan Geertruidenberg di tahun 1593. Kemenangan ini memperluas wilayah Republik Belanda, memperkuat revolusi dan mengembangkan negara di wilayah yang aman (secure border). Maurice dianggap sebagai jenderal terkemuka pada masanya. Banyak jenderal hebat pada generasi-generasi selanjutnya, termasuk saudaranya, Frederick Henry. Namun, keahliannya ini mengilhami para komandan perang sipil Inggris, dimana mereka mempelajari keahliannya tentang perang.

Kemenanganya pada pertempuran pasukan berkuda di Turnhout (1597) dan di Nieuwpoort (1600) membuatnya meraih kejayaan dan pengakuan di seantero Eropa.

Sebagai bagian dari usahanya untuk mencari aliansi untuk melawan Spanyol, Maurice menerima utusan dari Maroko, Al-Hajari. Mereka membicarakan tentang kemungkinan aliansi antara Belanda, Kesultanan Ottoman, Maroko dan Moriscos melawan Spanyol.[1][2] Laporan Al-Hajari menyebutkan perbincangan detail mengenai kombinasi penyerangan terhadap Spanyol.[3]

Maurice and Oldenbarnevelt

Maurice pada awalnya memiliki hubungan yang baik pada Landsadvocaat (Land's Advocate, seperti Sekretaris Negara) Johan van Oldenbarnevelt. Tetapi tiba-tiba ketegangan muncul diantara keduanya. Mengabaikan nasehat Maurice, Van Oldenbarnevelt memutuskan untuk menandatangani perjanjian damai dua belas tahun (1609–1621) dengan Spanyol. Dimana dalam perjanjian disepakati bahwa pihak Belanda meminta sejumlah dana untuk membiayai angatan darat dan angkatan lautnya.

Bersamaan dengan konflik antara penganut Gomaris (Calvinis) dan Arminianisme, ketegangan diantara Maurice dan Van Oldenbarnevelt mencapai puncaknya. Van Oldenbarnevelt ditangkap, diadili dan dihukum mati. Dari 1618 hingga kematiannya, Maurice menikmati kekuasaanya yang tanpa pesaing pada Republik Belanda.

Kehidupan Selanjutnya dan Kematian

Maurice mendesak saudaranya, Frederick Henry untuk menikah untuk mempertahankan dinasti. Di tahun 1621 perang kembali bergejolak. Setelah lewat 12 tahun perjanjian damai, Spanyol yang dipimpin Ambrogio Spinola, melakukan pengepungan pada kota Breda.

Maurice meninggal pada 23 April 1625, saat pengepungan masih berjalan. Justin of Nassau menyerahkan Breda pada Juni 1625 setelah pengepungan selama sebelas bulan.

Referensi