Angklung padaeng
Angklung Padaeng adalah alat musik dari bambu yang merupakan varian modern dari Angklung. Dulunya, angklung tradisionil memakai tangga nada slendro, pelog atau madenda. Pada tahun 1938, Pak Daeng Soetigna melakukan inovasi agar angklung dapat memainkan nada [diatonis]. Untuk menghargai karya beliau, angklung bernada diatonis ini kemudian diberi nama angklung padaeng.
Terminologi
Angklung adalah sebutan di nusantara bagi alat musik yang terbuat dari bambu. Ada yang mengatakan bahwa istilah ini berasal dari dua kata bahasa Bali yaitu angka (artinya nada) dan lung (artinya patah/putus), karena memang alat ini berbunyi dengan suara terputus-putus karena digetarkan. Sementara itu di Sunda, istilah ini dianggap berasal dari kata angkleung-angkleungan (artinya gerakan bergoyang) dan klung (bunyi bambu dipukul).
Sementara itu kata padaeng jelas berasal dari kata Pak (bapak, orang laki-laki dewasa yang dihormati) dan Daeng (nama pencipta angklung diatonis)