Kota Pematangsiantar
Kota Pematangsiantar | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Sapangambei Manoktok Hitei | |
Koordinat: 2°58′N 99°04′E / 2.96°N 99.06°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sumatera Utara |
Tanggal berdiri | 24 April 1871 |
Dasar hukum | - |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Hulman Sitorus, SE |
Luas | |
• Total | 79,97 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | 234,885 (2.010) (Sumber: BPS) |
Demografi | |
• Bahasa | Indonesia |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0622 |
Kode Kemendagri | 12.72 |
DAU | Rp. 492.115.399.000.- |
Flora resmi | - |
Fauna resmi | - |
Situs web | http://www.pematangsiantarkota.go.id/ |
Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak Pematangsiantar yang strategis, ia dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa (2000).
Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati dan 268 restoran. Di kota ini masih banyak terdapat sepeda motor BSA model lama sebagai becak bermesin yang menimbulkan bunyi yang keras.
Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-3 Adam Malik, lahir di kota ini pada 22 Juli 1917. Kota ini pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya. Sementara itu, karena ketertiban pengaturan lalu lintasnya, kota ini pun meraih penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha pada tahun 1996.
Sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri besar dan sedang. Dari total kegiatan ekonomi pada tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69 trilyun, pangsa pasar industri mencapai 38,18 persen atau Rp 646 miliar. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22,77 persen atau Rp 385 miliar.
Sejarah
Sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan Siantar. Pematangsiantar yang berkedudukan di pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sangnawaluh Damanik, yang memegang kekuasan sebagai raja tahun 1906.
Disekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Kahean, Pantoan,Suhi Bah Bosar,dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu :
- Pulau Holing menjadi Kampung Pematang.
- Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota.
- Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu, Martoba, Sukadame dan Bane.
- Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba dan Martimbang.
Setelah Belanda memasuki daerah Sumatera Utara, Simalungun menjadi Daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan raja-raja. Controleur Belanda yang semula berkedudukan di perdagangan pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, Bangsa Cina mendiami Kawasan Timbang Galung dan Kampung melayu.
Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Kemudian Pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No.285 Pematangsiantar berubah menjadi Geemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No.717 berubah menjadi Geemente yang mempunyai Dewan.
Pada jaman Jepang berubah menjadi Siantar Estate dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi daerah Otonomi. Berdasarkan UU No.22/1948 status geemente menjadi kota kabupaten Simalungun dan wali kota dirangkap oleh Bupati Simalungun sampai 1957.
Berdasarkan UU No. 1/1957 berubah menjadi Kota Praja penuh dan dengan keluarnya UU No.18/1965 berubah menjadi Kotamadya, dan dengan keluarnya UU No.5/1974 Tentang pokok-pokok pemerintah di daerah berubah menjadi daerah tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.
Kecamatan
Kota Pematangsiantar terdiri dari 9 kecamatan yaitu:
- Siantar Barat
- Siantar Marihat
- Siantar Martoba
- Siantar Selatan
- Siantar Timur
- Siantar Utara
- Siantar Marimbun
- Siantar Sitalasari
- Siantar Merdeka
Infrastruktur
Pendidikan
Di kota Pematangsiantar terdapat Sekolah Tinggi Theologia HKBP, yang kampusnya terletak di Jl. Sangnawaluh No. 6. Juga terdapat Universitas Simalungun atau disingkat USI dan Universitas HKBP Nommensen yang sering disebut Nommensen. Selain itu kota ini juga tempat dimana Akademi seperti AMIK Multicom,AMIK Tunas Bangsa, dan AMIK Parbina Nusantara berdiri.
Terdapat juga sekolah-sekolah swasta besar seperti Methodist, Sultan Agung, Kalam Kudus, Taman Asuhan, Taman Siswa,SMK Parbina Nusantara,SMA Budi Mulia,SMA Bintang Timur dan SMA Seminari,Surya atau sering disebut dengan Surya Komputer
Sekolah-sekolah swasta tersebut telah menghasilkan murid-murid berprestasi yang bertanding di ajang-ajang olahraga nasional.
Secara total, Pematang Siantar memiliki 160 Sekolah Dasar, 43 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 28 Sekolah Menengah Umum, dan 7 Universitas/Akademi.[1]
Di kota ini juga terdapat Museum Simalungun yang berisi koleksi peninggalan sejarah dan budaya Simalungun. Museum ini dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun, dan berlokasi di Jalan Jendral Sudirman, di antara kantor Polres Siantar dan GKPS Sudirman.
Kesehatan
Terdapat 7 buah Rumah Sakit dari berbagai kategori di Pematang Siantar dengan kapasitas 597 tempat tidur.[2] Salah satu yang terbesar adalah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih, dengan kapasitas 220 tempat tidur, yang dilayani oleh 7 dokter umum, 3 dokter gigi, dan 25 dokter spesialis.[3]
Rumah sakit di atas dibantu oleh 17 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dan 10 Puskesmas pembantu. Selain itu terdapat 17 Balai Pengobatan Umum (BPU) dan 235 Pos Pelayanan Terpadu (Pos Yandu).[4]
Transportasi
Pematang Siantar dapat diakses melalui 2 sarana transport darat, Bus dan Kereta Api. Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh sarana Angkutan Kota dan Becak Motor. Terminal Bus terbesar di Pematang Siantar terdapat di Terminal Parluasan, yang merupakan titik transit bagi hampir seluruh Angkutan dalam dan luar Kota.
Nama-nama wali kota Pematangsiantar
- O.K.H. Salamuddin (1956 - 1957)
- Jamaluddin Tambunan (1957 - 1959)
- Rakutta Sembiring (1960 - 1964)
- Abner Situmorang (1964 - 1964)
- Pandak Tarigan (1964 - 1965)
- Zainuddin Hasan (1965 - 1966)
- Tarif Siregar (1965 - 1966)
- Drs. M. Pardede (1966 - 1967)
- Letkol Laurimba Saragih (1967 - 1974)
- Kol. Sanggup Ketaren (1974 - 1979)
- Kol. Drs. MJT. Sihotang (1979 - 1984)
- Drs. Djabanten Damanik (1984 - 1989)
- Drs. Zulkifli Harahap (1990 - 1994)
- Drs. Abu Hanifah (1994 - 2000)
- Drs. Marim Purba (2000 - 2005)
- Drs. Nabari Ginting Msi (Pjs.) (2005 - 2005)
- Ir. R.E. Siahaan (2005 - 2010)
- Hulman Sitorus, SE (2010 - sampai sekarang)
Beberapa Tokoh-tokoh dari Pematangsiantar
- Adam Malik, Wakil Presiden Republik Indonesia ketiga
- Dick Sudirman, tokoh bulu tangkis Indonesia
- Syamsul Anwar Harahap, petinju Indonesia
- Rudy Kousbroek, penulis dan eseis Belanda
- Sudi Silalahi, Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia
Galeri gambar
-
Pematangsiantar pada tahun 1923
-
Rumah orang Belanda di Pematangsiantar (1923)
-
Pemandangan jalan di Pematangsiantar pada tahun 1910-an
Catatan
OLAHRAGA : Kota Siantar Memiliki Stadion SepakBola (STADION SANG NAUALUH DAMANIK)yaitu markas dari klub sepakbola siantar "PERSESI Siantar", Gedung Olahraga(GOR)Siantar , Lapangan Badminton ,dll.