Adolf Galland
Adolf Galland | |
---|---|
Julukan | Dolfo |
Pengabdian | Nazi Jerman |
Dinas/cabang | Luftwaffe |
Lama dinas | 1933–1945 |
Pangkat | Letnan Jendral |
Kesatuan | Condor Legion, LG 2, JG 27, JG 26, JV 44 |
Komandan | JG 26, JV 44 |
Penghargaan | Ritterkreuz mit Eichenlaub, Schwertern und Brillianten |
Hubungan | Wilhelm-Ferdinand Galland |
Pekerjaan lain | Konsultan pesawat terbang |
Adolf Galand (19 Maret 1912 – 9 Februari 1996) adalah seorang pilot pesawat tempur Jerman pada Perang Dunia 2. Ia lahir pada tahun 1912 di Westerholt.
Karir Awal
Adolf Galand lahir di sebuah desa kecil di Westphalia, pada tanggal 19 Maret 1912. Ayahnya adalah seorang administrator tanah dan properti pribadi. Adolf sendiri adalah anak kedua, setelah Fritz. Kemudian lahir pula adik-adiknya, Wilhelm dan Paul. Kedua adiknya tersebut mengikuti jejak Galland sebagai seorang pilot tempur dalam Perang Dunia II. Sayangnya, nasib mereka tidak seberuntung Adolf. Paul dengan17 kemenangan terbunuh pada 31 Oktober 1943, sementara Wilhelm, yang sudah mengantongi 54 kemenangan dan telah mendapat anugerah Ritterkreuz di lehernya, juga tertembak jatuh setahun kemudian.
Sejak masa mudanya, Adolf Galland sangat tertarik pada dunia penerbangan, dan telah mulai membuat pesawat model dari sejak usia 12 tahun. Ketika usianya telah mencapai 16 dan telah menyelesaikan sekolahnya di Gymnasium Bür/Westphalia, Galland mulai mencoba menerbangkan pesawat glider hadiah dari ayahnya.
Oberst Keller, salah satu dari pilot terkemuka dalam Perang Dunia I, menjadi kepala sekolah Transportasi Udara Komersial Jerman di Brunswick pada tahun 1932 ketika Galland menjadi salah seorang pelajarnya. Bahkan, bisa dibilang bahwa banyak calon jagoan udara Jerman memperoleh pendidikan pertamanya di bawah bimbingan Keller. Veteran peraih ”Blue Max“ ini tampaknya tidak pudar di mata para muridnya. Pada tahun 1933 Galland berhasil mencapai impiannya ketika dia berhasil mendapatkan lisensi penerbang pertamanya.
Tak lama kemudian, Galland dikirim ke Italia untuk mengikuti pelatihan lanjutan (salah satu usaha Jerman untuk menghindari ketentuan yang digariskan perjanjian Versailles). Galland tergabung ke dalam grup yang beranggotakan sekitar 30 orang pilot. Kecuali Galland, semuanya adalah veteran yang dilatih di Uni Soviet. Pada akhir tahun 1934, Galland secara resmi ditransfer ke Angkatan Udara Jerman, Luftwaffe yang masih dirahasiakan pembentukannya.
Perang Saudara Spanyol
Pada tahun 1937 Galland mendaftar secara sukarela untuk mengikuti grup pilot Jerman yang bertempur dalam Perang Saudara Spanyol. Dalam grup ini tercatat pula nama-nama yang kemudian akan mencatatkan prestasi harum dalam Perang Dunia II, di antaranya adalah Hannes Trautloft, Wilhelm Balthasar,Günther Lützow, Eduard Neumann dan Hajo Hermann. Mereka tiba di El-Ferrol pada tanggal 7 Mei 1937. Galland sendiri ditunjuk menjadi komandan skuadron di Grup Tempur Legiun, dan diperlengkapi dengan pesawat Heinkel He-51 bersayap ganda, sementara kameradnya, Lützow, menjadi komandan skuadron tempur lainnya yang telah diperlengkapi dengan pesawat Messerschmitt Bf-109 terbaru. Galland mendapatkan pengalaman perang pertamanya di atas Brunete pada bulan Juli tahun yang sama dengan pangkat Hauptmann (Kapten). Padahal secara formal setiap anggota Legiun Kondor dilarang untuk bertempur melawan pesawat musuh dimana mereka berjumpa. Hal ini dikarenakan kualitas pesawat Jerman yang pada awal perang masih jauh dibandingkan dengan pesawat-pesawat musuhnya.
Pihak Jerman saat itu hanya mengandalkan pesawat Heinkel He-51 bersayap ganda yang sudah kuno, sementara pihak Republik yang menjadi musuhnya diperlengkapi oleh pesawat-pesawat mutakhir Curtiss (Amerika) dan Polikarpov I-15 ”Chato” dan ”Rata” (Rusia). Selama Perang Saudara Spanyol, Galland telah menyelesaikan 300 misi tempur dan dianugerahi Spanish Cross in Gold with Diamonds, penghargaan langka yang hanya diberikan pada 12 orang saja dalam sejarah Spanyol! Disini pula Galland ditunjuk menjadi ”guide” dari 400 orang prajurit Jerman yang diberangkatkan ke Spanyol, yang berlayar dari Hamburg untuk membantu pasukan Nasionalis Franco.
Galland kembali ke Jerman pada tahun 1938, kini telah menjadi seorang pilot yang berpengalaman. Pengalamannya tersebut dimanfaatkan oleh Luftwaffe dengan sebaik-baiknya dan Galland diperintahkan untuk membantu pembentukan unit serang darat Luftwaffe.
Perang Dunia II
Perang Dunia II pecah pada bulan September 1939, dan Galland langsung ikut berperang di Polandia bersama pesawat Henschel Hs-123 sampai tanggal 1 Oktober tahun yang sama. Kali ini ia tak lagi mencari sasaran di udara, tapi di darat. Galland ikut mengembangkan konsep pemboman tukik yang nanti akan sangat berperan membantu gerak maju tentara Jerman dalam invasinya ke negara bawah dan Prancis tahun selanjutnya. Atas usahanya tersebut, Galland dianugerahi Salib Baja (Iron Cross, Eiserne Kreuz). Kemudian Galland ditugaskan ke JG 27, yang waktu itu dikomandani oleh Oberst Max Ibel. Selama invasi Prancis, Galland berhasil mencetak kemenangan pertamanya pada tanggal 12 Mei 1940, ketika dia berangkat dalam suatu misi bersama Gustav Rödel. Galland menembak jatuh dua “Hurricane“ dari skuadron ke-87 Inggris dalam dua sorti. Pada tanggal 9 Juni 1940 saja, Galland telah berhasil mencatat 12 kemenangan.
Ketika Pertempuran Britania pecah, Galland ditugaskan di JG 26 Schlageter sebagai Gruppenkomandeur III/JG 26. debutnya di unit tersebut bisa dibilang sangat berhasil, dia berhasil menembak jatuh dua pesawat musuh dalam misi pertamanya. Pada 18 Juli 1940, dia dipromosikan menjadi Major dan sebulan kemudian (22 Agustus) dia menerima Salib Ksatria (Ritterkreuz atau Knight’s Cross) setelah menghancurkan musuhnya yang ke-17. Pada perang di atas daratan Inggris tersebut, skor kemenangan Galland bertambah dengan pesat, dan pada tanggal 25 September Galland telah mengenakan Daun Oak (Eichenlaub atau Oakleaves) di lehernya, yang disematkan langsung oleh Hitler setelah Galland membukukan 40 kemenangan. Galland juga menggantikan Gotthard Handrick sebagai Kommodore dari JG 26. pada tanggal 1 November 1940, dia berhasil menggenapkan skornya menjadi 50 dan kemudian dipromosikan menjadi Oberstleutnant (Letnan kolonel). Hanya berselang sebulan kemudian, Galland telah menjadi kolonel.
Pada akhir tahun 1941 Galland telah menjadi General der Jagdflieger (Komandan Penerbang Tempur) dan ditugaskan di Berlin. Gerhard Schoepfel menggantikan posisinya sebagai Komodor dari JG 26 yang menjadi kesayangan Galland. Pada tanggal 28 Januari 1942 Hitler kembali menganugerahinya dengan penghargaan, kali ini adalah medali super prestisius, Berlian (Brillanten atau Diamonds). Saat itu Galland masih berpangkat kolonel. Tapi pada tahun tersebut dia naik pangkat menjadi Generalmajor, dan kemudian Generalleutnant. Galland sangat antusias terhadap proyek jet tempur yang sedang dikembangkan oleh Jerman secara rahasia, dan dia memberikan dukungan penuhnya pada program Messerschmitt Me-262, pesawat jet tempur canggih Jerman terbaru. Sayangnya, pengembangannya tertunda setahun lebih lama karena Hitler mengintervensi dengan menginginkan agar pesawat baru tersebut dijadikan sebagai pembom “Schwalbe“ dan bukannya pesawat tempur sehingga beberapa spesifikasi harus dirubah.
Pada bulan Januari tahun 1945, Galland dan beberapa perwira terkemuka lainnya (Günther Lützow dan Johannes Steinhoff) terlibat dalam pertentangan secara terbuka dengan panglima Luftwaffe Hermann Göring seputar pengembangan dan masa depan unit penerbang tempur Jerman. Konfrontasi tersebut begitu sengitnya sehingga membuat Galland dicopot dari jabatannya, dipenjara, dan bahkan mendapat ancaman diajukan ke mahkamah militer yang dapat berujung hukuman mati bagi dirinya. Pada akhirnya Galland berhasil lepas dari semua itu, kemungkinan besar karena reputasinya yang begitu menjulang di mata rakyat Jerman, dan akhirnya diperbolehkan untuk membentuk unit jet istimewa yang nantinya akan menggunakan pesawat Me-262.
Galland lalu membentuk Jagdverband 44, suatu unit khusus yang beranggotakan pilot-pilot tempur terbaik Jerman. Orang yang ditugaskan untuk menjadi perekrut anggotanya adalah rekannya sendiri Johannes Steinhoff, yang mengunjungi semua pangkalan unit tempur Jerman utama demi menyeleksi pilot pilihan yang akan masuk. Beberapa nama pilot terkenal bergabung hanya dalam hitungan minggu : Gerhard Barkhorn, Walter Krupinski, Erich Hohagen, Günther Lützow, Wilhelm Herget dan Heinz Bär. Unit baru tersebut terlibat dalam beberapa misi dengan kesuksesan yang lumayan. Beberapa pesawat mereka diperlengkapi dengan roket R4M anti-bomber. Dalam serangan pertamanya menggunakan roket tersebut, Galland, bersama dengan wingman (penerbang pendamping) Walter Krupinski, menyerbu sekelompok B-26 “Marauder“ Amerika. Roket dari pesawat Galland berhasil menembak jatuh dua dari mereka.
Pada pertempuran udara terakhirnya dalam Perang Dunia II tanggal 26 April 1945, Galland kembali bertempur melawan para Marauder. Kali ini roketnya macet tidak mau menembak, sehingga Galland terpaksa menggunakan kanon 30mm. Pesawat Me-262 miliknya mendapat serangan balasan dari senapan mesin belakang dari lawannya, sementara bomber incarannya malah terlihat begitu ’tegar’ menghadapi serangan Galland. Ketika Galland berbalik untuk menghabisi bomber tersebut, dia begitu terkejut mendapati adanya pesawat P-47D musuh yang dipiloti oleh James Finnegan. Tembakan gencar dari delapan buah senapan mesin 12,7mm dari pesawat tersebut menderas gencar dan menghancurkan panel instrumen pesawat Galland, meremukkan kanopi jetnya, dan menghantam lutut kanannya. Dengan menahan rasa sakit yang luar biasa dan juga menghadapi pesawatnya yang mulai kehilangan tenaga, Galland kembali ke pangkalannya, berhasil mendarat hanya sesaat setelah serombongan pesawat tempur Sekutu ganti membombardirnya dengan serangan senapan mesin. Galland bisa keluar juga dari pesawatnya, dan berhasil menghindar dari serangan pesawat lawan. Dan dengan itu, berakhirlah sudah peran Galland dalam Perang Dunia II.
Setelah Perang
Setelah perang berakhir, Galland mendapat undangan dari diktator Argentina Juan Peron untuk membantu pengembangan angkatan udara Argentina. Disini dia sempat membangun sekolah pelatihan dan operasi penerbang, dan juga masih sempat-sempatnya mengembangkan program pelatihan dan strategi udara. Pada tahun 1955 dia kembali ke Jerman.
Adolf Galland, pemegang medali Knight’s Cross With Oak Leaves, Swords and Diamonds, menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 9 Februari 1996 di usianya yang ke-83, dan dimakamkan di gereja St. Laurentius di Remagen-Oberwinter, Jerman.