Lingkaran Survei Indonesia
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Lingkaran Survei Indonesia (disingkat LSI) adalah lembaga survei dan konsultan politik terkemuka di Indonesia. LSI didirikan pada tahun 2005 oleh sejumlah pembuat opini publik, peneliti , kolumnis, ahli survei, yang sejak lama terlibat dalam dunia penelitian. LSI aktif melakukan survei politik, baik pada Pemilu ataupun Pilkada. Pada tahun 2011, Universitas Kristen Indonesia (UKI) memberikan penghargaan “Achievement Award” kepada LSI karena dipandang berjasa telah memberi warna bagi ilmu sosial, komunikasi politik dan politik pemilu di Indonesia. LSI membawa tradisi ilmu sosial kuantitatif dengan kemampuannya memprediksi hasil pemilu yang belum terjadi. LSI juga dianggap berjasa membuat hasil riset menarik diberitakan bahkan menjadi "headline" di media nasional. LSI juga dinilai mewarnai politik praktis dan komunikasi politik di Indonesia [1]
Sebagai pelopor konsultan politik, Lingkaran Survei Indonesia ([LSI]) kerap menjadi bahan studi dan menjadi tempat studi banding politisi luar negeri. Pada akhir tahun 2010, Sejumlah delegasi Kongres Amerika (AS) dipimpin Zack Hudgins mengadakan audiensi dengan Lingkaran Survei Indonesia. Kedatangan delegasi kongres Amerika yang berjumlah lima orang tersebut sebagai bagian dari rangkaian kegiatannya di Indonesia untuk mengunjungi sejumlah lembaga seperti DPR, Partai Politik dan elit politik berpengaruh di Indonesia. Mengenai pilihannya untuk berkunjung ke LSI, delegasi kongres tersebut berpandangan karena Lingkaran Survei Indonesia dianggap sebagai representasi konsultan politik yang memiliki pengaruh dalam politik nasional di Indonesia. Terutama, karena perannya sebagai pelopor berdiri dan berkembangnya konsultan politik di tanah air.[2]
Sejarah Berdirinya Lingkaran Survei Indonesia (LSI)
Menurut laporan Koran Tempo, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) didirikan pada tahun 2005 oleh Denny JA, Phd. Sebelum mendirikan Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny mendirikan dan sempat menjadi direktur Lembaga Survei Indonesia. Denny mendirikan Lingkaran Survei Indonesia untuk menunjukkan bahwa lembaga survei dan konsultan bisa hidup dan menguntungkan secara bisnis.[3]. Majalah Swa Sembada menulis, Denny ingin membangun lembaga yang tidak hanya melakukan survei politik tetapi juga menjadi konsultan politik. Berbekal pengalaman membantu tim pemenangan pemilihan presiden untuk SBY tahun 2004, Denny JA mendirikan LSI dengan fokus melakukan survei politik dan menjadi konsultan politik partai dan kandidat.[4]
Sebagai lembaga survei, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) membantu partai politik dan kandidat dalam memetakan kekuatan dan kelemahan. Sejumlah partai politik, seperti Partai Golkar, menggunakan hasil survei LSI sebagai pertimbangan dalam mendukung calon dalam Pilkada.[5] Sebagai konsultan politik, klien pertama LSI adalah Ismeth Abdullah, Gubernur Kepulauan Riau. LSI membantu kemenangan Ismeth Abdullah pada Pilkada Provinsi Riau tahun 2005.[6] Setelah itu, LSI membantu banyak klien kepala daerah dan anggota legislatif. Hingga tahun 2013, LSI total berhasil memenangkan 24 gubernur dan 55 bupati/walikota di seluruh Indonesia.
Saat ini, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) berkembang menjadi 6 anak usaha, yakni Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Konsultan Citra Indonesia (KCI), Lingkaran Survei Kebijakan Publik (LSKP), Citra Publik Indonesia (CPI), Citra Publik Advertising (CPA) dan Citra Komunikasi LSI (Cikom).
-
Lingkaran Survei Indonesia
-
Lembaga Survei Kebijakan Publik
-
Citra Publik Indonesia
-
Konsultan Citra Indonesia
-
Citra Publik Advertising
-
Citra Komunikasi LSI
Lingkaran Survey Indonesia (LSI)
Sejak Lingkaran Survei Indonesia (LSI) berdiri pada tahun 2005, LSI menjadikan lembaga survey dan riset sosial menjadi instrumen penting pertarungan politik. LSI banyak meyakinkan partai politik, kandidat presiden, kandidat kepala daerah dan elit politik lainnya akan pentingnya survei pemilih. Lewat survei, posisi, kekuatan dan kelemahan partai atau kandidat bisa diketahui sedini mungkin. Strategi politik bisa dilakukan secara efektif dan efisien karena memperhatikan data mengenai apa yang dibutuhkan oleh pemilih. Dari tahun 2004 hingga 2012, LSI telah mengerjakan lebih dari 800 survei perilaku pemilih di seluruh Indonesia dari beragam klien---mulai dari partai politik, kandidat presiden, kandidat anggota DPR/DPRD/DPD dan kandidat kepala daerah. Banyaknya survei yang telah dikerjakan oleh LSI ini memperlihatkan bagaimana stakeholder politik saat ini telah menerima survei dan riset sosial sebagai instrumen penting dalam pemilihan.
Sejumlah partai (seperti Partai Golkar) saat ini telah menjadikan survei indonesia sebagai instrumen utama untuk memilih kandidat dalam Pemilu legisltif atau kepala daerah. Bahkan Golkar secara resmi dalam Juklak-nya telah menempatkan survei sebagai alat untuk menyaring kandidat yang didukung dalam Pilkada. Partai lain (seperti Demokrat, PDIP, PAN, PKS) juga menggunakan data survei sebagai pertimbangan utama dalam mendukung calon kepala daerah [7] Ini perkembangan menarik karena survei politik semula tidak diperhitungkan oleh partai politik. Rekruitmen politik sejak lama lebih didasarkan pada kedekatan dengan pengurus partai, elit politik dan sebagainya. Lewat survei, partai bisa melakukan rekruitmen secara lebih transparan dan bisa diperhatikan. LSI sedikit banyak turut berperan dalam mendorong perkembangan tersebut.
Sejak tahun 2005, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) telah aktif dalam melakukan survey pemilihan dan memprediksikan siapa yang akan memenangkan pemilihan---- mulai dari partai politik, kandidat presiden, kandidat anggota DPR/DPRD/DPD dan kandidat kepala daerah. LSI berani mempublikasikan hasil prediksi tersebut lewat konferensi pers dan iklan di media massa. Tujuan publikasi tersebut bukan untuk mempengaruhi pemilih, tetapi untuk membuktikan dan menunjukkan bahwa survei dan riset sosial bisa dipakai sebagai alat prediksi. Hasil-hasil prediksi LSI selama ini selalu tepat. Apa yang diprediksikan oleh survey indonesia LSI, tercermin dari hasil aktual ketika Pemilu atau Pilkada diumumkan. Harian Republika menyebut Lingkaran Survei Indonesia (LSI) sebagai “dukun politik” karena kerap memprediksi kemenangan seorang kandidat ataui partai jauh sebelum pemilihan dilakukan. [8] Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan lima buah penghargaan karena ketepatan dan akurasi LSI dalam memprediksikan hasil pemilihan. (1) Survei Indonesia Pertama yang Akurat yang diiklankan, pada Pilkada Provinsi Kepulauan Riau tahun 2005. (2) Survei Prediksi Pemilu Legislatif Pertama yang Akurat yang diiklankan, tahun 2009. (3) Survei Prediksi Pemilu Presiden yang Akurat yang diiklankan, tahun 2009. [9] , (4) Survei Prediksi Pilkada Akurat Terbanyak yang diiklankan Dalam Satu Musim Pilkada (13 Pilkada, tahun 2005-2008). (5) Lembaga Riset yang Paling Banyak Membuat Prediksi Berdasarkan Survey yang Akurasinya 100% dalam Satu Bulan yakni 5 Prediksi yang Akurat di Bulan Maret 2006 [10]
Konsultan Politik
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) adalah konsultan politik profesional pertama di Indonesia. Sebelum Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memang ada beberapa orang atau lembaga yang ikut membantu kemenangan partai atau kandidat. Tetapi mereka tidak menyebut dirinya sebagai konsultan politik profesional. LSI adalah lembaga pertama yang menyebut diri sebagai konsultan politik profesional[11] Masuknya para profesional dalam politik telah dimulai pada Pemilu tahun 2004. Mereka umumnya berasal dari biro iklan komersial, seperti Hotline Advertising dan Matari Advertising yang membantu partai dalam merancang iklan dan pesan kampanye. Pada tahun 2005, LSI memulai kerja dengan spesialisasi pada konsultan untuk politik, dan menawarkan jasa bukan hanya sebatas pada iklan dan pengemasan kandidat (citra). LSI menawarkan semua jenis pekerjaan yang dibutuhkan untuk kemenangan kandidat---mulai dari penyiapan strategi, visi misi, kampanye dari rumah ke rumah, kampanye media, hingga penyiapan saksi saat pemilihan[12] Setelah LSI, kemudian bermunculan berbagai lembaga konsultan politik di Indonesia, seperti Indobarometer, Fox Indonesia, Polmark Indonesia, Milenium Cipta Citra dan sebagainya. [13]
Kemunculan konsultan politik tidak bisa dilepaskan dari perubahan politik di Indonesia. Pasca tahun 2004, Indonesia memasuki era baru dimana pejabat-pejabat publik dipilih secara langsung oleh rakyat----mulai dari presiden, anggota DPR, DPRD, DPD, walikota, Bupati hingga gubernur. Untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), total di seluruh Indonesia terdapat lebih dari 500 pemilihan yang melibatkan rakyat secara langsung. Untuk pemilu legislatif (DPR Pusat, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota) total memperebutkan sekitar 19 ribu kursi. [14] Era ini melahirkan kebutuhan partai dan kandidat akan tenaga profesional yang bisa membantu mereka memenangkan pemilihan. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) sejak tahun 2004 terlibat sebagai konsultan politik profesional. Cara-cara mendekati pemilih dilakukan secara rasional, mulai dari pemetaan pemilih, pengenalan kekuatan partai dan kandidat, pemilihan pesan, pembuatan iklan dan kampanye, Get Out the Vote (GOTV), hingga pelatihan saksi. Dengan cara-cara yang ilmiah tersebut, klien (partai atau kandidat) bisa mengetahui posisinya secara akurat. Biaya pemilihan juga bisa ditekan secara signifikan, karena pendekatan kepada pemilih dilakukan dengan target yang jelas.
LSI menjadi pelopor karena pertama kali membuka pasar ini dan hingga kini profesi konsultan politik telah diterima oleh partai, kandidat dan komunitas politik di Indonesia. Konsultan politik sekarang ini diterima sebagai bagian penting dari proses dan aktor politik di Indonesia. Kiprah LSI sebagai pelopor konsultan politik ini telah diakui dan banyak diliput oleh media massa di Indonesia. Selain menjadi pelopor, LSI juga menjadi pionir, karena keberhasilannya dalam memenangkan klien---partai politik, kandidat kepala daerah. Hingga tahun 2012, LSI telah membantu kemenangan 24 gubernur di seluruh Indonesia.
Tahun | Provinsi | Calon |
---|---|---|
2013 | Provinsi Sulawesi Selatan | Syahrul Yasin Limpo |
2012 | Provinsi Bangka Belitung | Eko Maulana Ali |
2011 | Province Banten | Syahrul Ratu Atut Chosiyah |
Provinsi Sulawesi Tengah | Longki Djonggala | |
2010 | Provinsi Sulawesi Utara | Sinyo Harry Sarundajang |
Provinsi Kalimantan Selatan | Rudy Arifin | |
Provinsi Bengkulu | Agusrin Najamudin | |
Provinsi Jambi | Hasan Basri Agus | |
Provinsi Kalimantan Tengah | Teras Narang | |
2009 | Provinsi Jawa Tengah | Soekarwo |
2008 | Provinsi Bali | Made Mangku Pastika |
Provinsi Nusa Tenggara Barat | Zainul Majdi | |
Provinsi Nusa Tenggara Timur | Frans Lebu Raya | |
Provinsi Riau | Rusli Zaenal | |
Provinsi Lampung | Sjachroedin ZP | |
Provinsi Maluku | Karel Albert Ralahalu | |
2007 | Provinsi Sulawesi Tenggara | Nur Alam |
Provinsi Sulawesi Selatan | Syahrul Yasin Limpo | |
Maluku Utara | Thaib Armayn | |
Provinsi DKI Jakarta | Fauzi Bowo | |
Provinsi Bangka Belitung | Eko Maulana Ali | |
2006 | Provinsi Banten | Ratu Atut Chosiyah |
Provinsi Papua | Barnabas Suebu | |
2005 | Provinsi Kepulauan Riau | Ismeth Abdullah |
LSI juga berhasil membantu kemenangan 55 bupati / walikota di seluruh Indonesia.
Tahun | Bupati/Walikota | Calon |
---|---|---|
2013 | Bone | Andi Fashar M Padjalangi |
2010-2012 | Kabupaten Sarolangun, Jambi | Cek Endra |
Kabupaten Siak, Riau | Syamsuar | |
Kota Ambon, Maluku | Richard Louhenapessy | |
Kota Manado, Sulawesi Utara | Vicky Lumentut | |
Kabupaten Tebo, Jambi | Sukandar | |
Kabupaten KutaiTimur, Kalimantan Timur | Isran Noor | |
Kabupaten Purwakarta | Dedi Mulyadi | |
Kota Tasikmalaya, Jawa Barat | Budi Budiman | |
Kanbupaten Brebes, Jawa Tengah | Idza Priyanti | |
Kabupaten Morowali, Sulawesi Tenggara | Anwar Hafid | |
Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara | Sompie Singal | |
Kabupaten Kediri, Jawa Timur | Haryanti Sutrisno | |
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur | Abdullah Azwar Anas | |
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur | Rita Widyasari | |
Kabupaten Touna, Sulawesi Selatan | Damsik Ladjlalani | |
Provinsi Sumbawa, NTB | Zulkifli Muhadli | |
Kota Samarinda, Kalimantan Timur | Syaharie Jaang | |
Kabupaten Sumbawa, NTB | Jamaludin Malik | |
Kabpuaten Bangka Tengah, Babel | Erzaldi Rosman | |
Kabupaten Boven Digoel, Papua | Yusak Yaluwo | |
Kabupaten Malang, Jawa Timur | Rendra Kresna | |
Kabupaten Pemalang, Jawa Timur | Junaedi | |
Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur | Ismael Thomas | |
Kabupaten Bontang, Kalimantan Timur | Adi Darma |
Tahun | Bupati/Walikota | Calon |
---|---|---|
2004-2009 | Kabupaten Natuna, Kepri | Daeng Rusnandi |
Kota Cimahi, Jawa Barat | Itoc Tochija | |
Kabupaten Siak, Riau | Arwin AS | |
Kota Pekanbaru, Riau | Herman Abdu | |
Kota Batam, Kepulauan Riau | Ahmad Dahlan | |
Kota Manado, Sulawesi Utara | Jimmy Rimba Rogi | |
Kota Ambon, Maluku | M.J Papilaja | |
Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara | Marlina Moha Siahaan | |
Kabupaten Bogor, Jawa Barat | Rachmat Yasin | |
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah | Probo Yulastoro | |
Kabpuaten Tanjung Jabung Timur , Jambi | Abdullach Hich | |
Kota Balikpapan, Kalimantan Timur | Imdaad Hamid | |
Kabupaten Bener Meriah, Aceh | Tagore Abu Bakar | |
Kabupaten Nagan Raya, Aceh | Zulkarnaen | |
Kota Bekasi Bekasi, Jawa Barat | Mochtar Mohamad | |
Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan | Alex Noerdin | |
Kabupaten Sarolangun, Jambi | Hasan Basri Agus | |
Kabupaten Lembata, NTT | Andreas Duli Manuk | |
Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan | Adriansyah | |
Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan | Kalamudin Djinap | |
Kabupaten Mimika, Papua | Klemen Tinal | |
Kabupaten Lubuk Linggau, Sumatra Selatan | Riduan Effendi | |
Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau | Suryatati A Manan | |
Kabupaten Gayo Luwes, Aceh | Ibnu Hasyim | |
Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan | Rusdi Masse | |
Kota Tangerang, Banten | Wahidin Halim | |
Kabupaten Ogan Komerin Ilir, Sumatra Selatan | Ishak Mekki | |
KOta Bandung , Jawa Barat | Dada Rosada | |
Kabupaten Mitra, Sulawesi Utara | Telly Djanggulung | |
Kota Palembang, Sumatra Selatan | Eddy Santana Putra |
Quick Count
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) juga dikenal karena aktif melakukan perhitungan cepat ( Quick Count) pada Pemilu dan Pilkada. Wilayah Indonesia sangat luas dan banyak letak geografis yang sulit dijangkau. Ini menyebabkan hasil pemilihan biasanya memakan waktu lama. Hasil Pemilu / Pilkada umumnya baru bisa diketahui 2 minggu hingga 1 bulan setelah pemilihan. Dulu, orang harus menunggu waktu yang lama untuk mengetahui siapa pemenang Pemilu / Pilkada. Situasi politik di daerah menjadi tidak kondusif. Kantor KPU tiap hari didatangi pendukung calon untuk mengetahui perkembangan suara calon---tidak jarang diiringi dengan demonstrasi dan aksi kekerasan. Pengusaha dan kegiatan ekonomi selama itu juga tidak bisa beraktifitas menunggu pemenang Pemilu / Pilkada. Kesulitan-kesulitan tersebut, bisa diatasi lewat Quick Count. Quick Count pada dasarnya adalah perhitungan cepat dengan menggunakan sampel Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang diambil secara ilmiah. [15] Jika dilakukan dengan benar, hasil quick count tidak akan berbeda jauh (kurang dari 1%) dari hasil pemilihan aktual yang diumumkan oleh KPU. Lewat quick count, perhitungan bisa dilakukan secara cepat. Setidaknya 4 jam setalah perhitungan suara, pemilih sudah bisa mengetahui siapa pemenang pemilihan.
LSI adalah salah satu lembaga yang berperan dalam mempopuilerkan quick count. Setiap kali quick count, LSI selalu membuat konferensi pers dan bekerjasama dengan televisi nasional dan media lokal menyiarkan secara “live” hasil quick count. Dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2007 misalnya, hasil quick count LSI ditayangkan secara live di TV One dan Vivanews.com. [16] Lewat cara ini, quick count saat ini telah diterima sebagai cara untuk mengetahui secara cepat hasil pemilihan. Dulu, kandidat dan partai kerap kali memprotes atau menyangsikan hasil quick count. Saat ini, terjadi fenomena menggembirakan. Kandidat yang kalah dalam quick count kerap langsung mengucapkan selamat kepada (calon) pemenang. Dengan itu, kondisi politik lokal bisa stabil dan tidak penuh gejolak.
Sejak tahun 2005, LSI telah melakukan ratusan quick count dengan hasil yang akurat dan presisi. Semua quick count LSI dilakukan dengan proses yang cepat, hanya kurang dari 4 jam setelah pemungutan suara selesai. Hasil quick count dipublikasikan dalam konferensi pers dan kerjasama dengan televisi nasional (TV One dan Metro TV) dan televisi lokal. LSI mendapatkan sejumlah penghargaan atas akurasi quick count dari MURI (Museum Rekor Indonesia) atas akurasi quick count dalam meramal hasil Pilkada/ Pemilu. (1) Akurasi dalam melakukan quick count di Kabupaten Sumbawa bulan November 2010. Selisih antara hasil quick count dengan hasil aktual Pemilu adalah 0%. .[17] Sebelum rekor ini, Lingakaran Survei Indonesia juga menciptakan rekor hasil quick count pada Pilkada Bupati Tanjung Jabung Timur, Jambi. Hitungan cepat LSI hanya berbeda 0,05 persen dengan hasil perhitungan KPU setempat.[18] (2) Quick Count Akurat yang diumumkan Tercepat (1 jam setelah TPS tutup) pada Pemilu Presiden tahun 2009. Quick count ini disiarkan secara live di TV One. (3) Quick Count Akurat Pertama Secara Berturut-turut 100 kali. [19]
Pembuat Opini Publik
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) juga pembuat opini publik. Hasil survei dan pendapat LSI banyak menghiasi pemberitaan media nasional, dan menjadi referensi penting bagi elit politik, partai politik dan pembuat kebijakan. Sejak berdiri tahun 2005, tiap tiga bulan sekali, LSI melakukan survei nasional dengan menanyakan kepada publik pendapat mereka atas isu dan kebijakan publik. Mulai dari isu aktual hingga isu-isu penting seperti demokrasi, Islam, toleransi, kinerja lembaga publik dan sebagainya. Hasil-hasil survei LSI tersebut dipublikasikan oleh LSI dalam sebuah konferensi pers yang dilakukan secara reguler. Hasil survei LSI itu seringkali mendapat perhatian media dengan menempatkannya sebagai berita penting. Hasil-hasil survei LSI mendapat porsi liputan luas. Menjadi bahan perdebatan di antara elit dan tokoh-tokoh politik. Hasil survei kerap menjadi bahan utama perdebatan dan diskusi dalam acara talkshow. Museum Rekor Indonesia (MURI) tahun 2011, memberikan penghargaan kepada LSI atas keberhasilan LSI dalam membuat hasil survei diberitakan di halaman utama suratkabar secara terus menerus. Rekor dari MURI itu diberikan setelah LSI berhasil membuat konferensi pers sebanyak 7 kali (sepanjang Juni-Oktober 2011) dan ketujuh konferensi pers tersebut berturut-turut menjadi headline berita suratkabar nasional.
Ini bisa dicatat sebagai sebuah keberhasilan, karena dua hal. Pertama, hasil survei sudah dianggap sebagai “layak jual” oleh media dan suratkabar. Dulu, hasil survei dibuat oleh suratkabar di halaman dalam, kalah jauh dengan peristiwa atau komentar dari tokoh politik. Media saat ini telah menempatkan hasil survei tidak kalah pentingnya dengan peristiwa nasional atau komentar dari elit dan pejabat. Survei dan riset sosial menjadi bahan yang penting bagi media, asalkan lembaga survei bisa mengemas hasil survei secara menarik. Kedua, diskusi dan debat publik didasarkan pada data survei. Dulu, debat publik kerap kali dilakukan dengan adu argumentasi, tanpa melihat bagaimana suara publik atas topik yang didiskusikan. Hasil survei saat ini menjadi bagian penting dari diskusi publik. Pengamat dan elit politik kini kerap mengutip hasil survei untuk memperlihatkan bagaimana masyarakat memandang suatu isu.
Quick Poll
Quick Poll adalah jenis survei yang diperkenalkan dan dipopulerkan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Quick Poll telah dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia sejak tahun 2011. Hingga saat ini, hasil Quick Poll secara rutin ditayangkan oleh stasiun televisi TV One tiap hari Senin dan Kamis. [20] Quick Poll menampilkan data pendapat publik atas kasus aktual yang terjadi selama satu dua hari terakhir. Ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Andi Mallarangeng sebagai tersangka kasus korupsi Hambalang, keesokan harinya kita sudah tahu bagaimana persepsi publik atas status tersangka Andi Mallarangeng.
Quick Poll adalah survei opini publik (polling) yang dilakukan secara cepat dengan tetap menggunakan prinsip-prinsip penelitian ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan. Quick Poll memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, sehingga pelaksanaan wawancara bisa dilakukan beberapa jam saja. Teknik penarikan sampel, kuesioner dan desain survei sama dengan survei nasional yang selama ini dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia. Yang membedakan, hanya pada saat wawancara, dimana wawancara tidak dilakukan secara tatap muka tetapi memakai bantuan handset yang terhubung ke semua responden terpilih. Dengan cara ini, akurasi dan representasi survei terjamin. Dan pada saat bersamaan, survei bisa dilakukan secara cepat.
Quick Poll dilakukan untuk mengatasi kendala pelaksanaan survei di negara berkembang seperti Indonesia. Survei opini publik membutuhkan kecepatan. Hal ini karena isu bisa berubah setiap hari, dan pendapat publik atas suatu isu juga bisa cepat berubah. Di Amerika dan negara maju, survei bisa dilakukan secara cepat kurang dari 1 jam. Survei opini publik bisa cepat karena survei dilakukan lewat telepon. Ini tidak mengherankan karena di Amerika lebih dari 90% rumah tangga memiliki pesawat telepon, dan semua nomor telepon tersebut tersusun dalam kerangka sampel yang baik. Kondisi di Amerika dan negara maju tersebut, berbeda dengan di Indonesia. Di Indonesia, hanya 10% saja masyarakat yang memiliki pesawat telepon. Jumlah pemilik telepon genggam (handphone) memang besar, tetapi tidak tercatat dengan baik sehingga tidak bisa dimanfaatkan sebagai kerangka sampel untuk survei. Survei di Indonesia, jika ingin hasilnya representatif (mewakili semua masyarakat Indonesia), tidak cukup hanya dilakukan di semua provinsi, tetapi juga harus dilakukan secara tatap muka (face to face interview). Dengan wawancara tatap muka, survei bisa menyertakan semua anggota populasi di kota dan desa---tidak terbatas hanya mereka yang memiliki telepon saja. Tetapi penggunaan wawancara tatap muka (face to face) dalam survei membuat harga survei menjadi sangat mahal dan waktu survei menjadi sangat lama. Karena responden harus didatangi satu per satu. Karena karakteristik wawancara langsung seperti di atas, maka survei di Indonesia bisa dipastikan tidak bisa mencakup (mencover) isu-isu yang sifatnya aktual. Survei (karena mahal dan waktu wawancara yang panjang) tidak bisa dilakukan setiap saat, sehingga isu-isu yang ditanyakan dalam survei bukan merupakan isu aktual.
Sejumlah lembaga dan media mensiasati kelemahan survei dengan wawancara tatap muka tersebut dengan survei telepon. Lewat telepon, survei bisa dilakukan dengan cepat sekaligus murah. Tetapi survei telepon mempunyai kelemahan besar ketika diterapkan di Indonesia. Hasil survei telepon bisa dipastikan tidak reprsentatif, karena hanya menyertakan populasi pemilik telepon saja, yang jumlahnya hanya 10% dari populasi Indonesia. Survei hanya bisa memotret kalangan kelas menengah, tidak bisa mencakup warga miskin yang justru adalah mayoritas penduduk Indoensia. Lingkaran Survei Indonesia mencoba untuk mengatasi kendala survei di Indonesia itu dengan melakukan Quick Poll. Ide besarnya adalah mengambil kelebihan dari wawancara langsung (dalam hal representatifnya) dan wawancara telepon (dalam hal kecepatannya). Responden diambil terlebih dahulu secara random. Metode penarikan sampel sama dengan metode yang biasa dipakai untuk wawancara langsung (face to face). Setelah responden terpilih, masing-masing responden diberikan sebuah (handset). Lewat alat itulah, pertanyaan-pertanyaan survei diajukan kepada responden. Teoritis kepada setiap responden, bisa ditanyakan tiap saat pendapat mereka atas berbagai peristiwa dan isu yang berkembang. Pengukuran opini publik kemudian bisa dilakukan setiap saat.Dengan cara ini, survei bisa dilakukan secara cepat. Tetapi juga tidak mengurangi kadar representatif dari survei.
Agar responden dalam survei representatif (mewakili semua populasi di Indonesia), pelaksanaan Quick Poll dilakukan ke dalam tiga tahap. Tahap pertama, proses pemilihan responden. Pada saat pemilihan responden ini, data karakteristik responden juga akan dicatat selengkap mungkin----dari pekerjaan, peghasilan, pengeluaran rumah tangga (SES), agama, suku, pendidikan, dan informasi lain yang relevan. Data ini bukan hanya responden terpilih, tetapi juga anggota keluarga lainnya. Kedua, kepada responden terpilih ini, selanjutnya diberikan handset. Untuk responden tertentu (misalnya tidak bisa baca tulis, tidak ada sinyal dsb) akan diberikan perlakukan khusus. Handset ini telah dirancang khusus oleh LSI sehingga mudah dipergunakan dan secara interaktif bisa terus terhubung dengan pusat data yang ada di LSI. Handset survei (disebut juga surveimeter) adalah perangkat yang dirancang khusus oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) untuk Quick Poll. Perangkat tersebut memang mirip handphone, tetapi bukan handphone. Ketiga, setelah handset diberikan, wawancara dilakukan lewat handset tersebut. Hasil jawaban responden secara otomatis akan masuk ke server. Server ini telah dilengkapi dengan mesin pengolah data yang telah diprogram sehingga secara otomatis dan terkomputerisasi akan mengolah data yang masuk.
References
Pranala luar
Info: http://www.lsi.co.id/