Lompat ke isi

Leo Suryadinata

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 26 September 2013 06.56 oleh Farras (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Leo Suryadinata
LahirJakarta, Indonesia
Tempat tinggalSingapore
AlmamaterNanyang University
Universitas Indonesia
Monash University
University of Ohio
American University
Dikenal atasStudi tentang kaum Tionghoa Indonesia
Karier ilmiah
BidangSosiologi; Sinologi

Leo Suryadinata (lahir Liauw Kian-Djoe [atau Liao Jianyu; 廖建裕] di Jakarta, 1940 atau 1941[1]) adalah sinolog Tionghoa Indonesia.

Biografi

Suryadinata terlahir dengan nama Liauw Kian-Djoe (juga ditulis Liao Jianyu) di Jakarta. Ayahnya adalah pemilik pabrik bahan bangunan.a Ia memiliki 7 saudara.[2]

Saat SMA, Suryadinata membaca dan menulis beberapa makalah tentang sejarah Indonesia dan Cina dan sastranya. Ia kemudian kuliah di Nanyang University di Singapura, jurusan sastra Cina dan Asia Tenggara. Ia lulus tahun 1962 dengan gelar Bachelor of Arts.[2]

Sejak 1962 sampai 1965, Suryadinata belajar sastra di Universitas Indonesia dan mendapatkan gelar sarjana. Ia berfokus pada sastra Cina, lalu tertarik dengan etnis Tionghoa di Indonesia. Tesisnya membahas pers Peranakan Cina akhir abad ke-19 dan gerakan pemberontakan awal abad ke-20 terhadap pemerintah kolonial Belanda.[2]

Tahun 1970, Suryadinata mendapatkan gelar master sejarah dari Monash University di Australia. Dua tahun kemudian, ia lulus dari University of Ohio, Amerika Serikat, dengan gelar master politik. Ia kemudian mendapatkan gelar S3-nya dari American University di Washington, D.C.[2]

Setelah itu Suryadinata kembali ke Singapura dan menjabat sebagai peneliti di Institute of South East Asian Studies (ISEAS) sejak 1976 sampai 1982. Pada tahun 1982, ia menjadi dosen senior Departemen Ilmu Politik National University of Singapore, asisten profesor tahun 1994, dan profesor penuh tahun 2000.[2]

Sejak 1990, Suryadinata menjabat sebagai editor jurnal akademik Asian Culture. Ia juga menjadi editor (kemudian ko-editor) Asian Journal of Political Science sejak 1993 sampai 2002.[3]

Pada tahun 2002, Suryadinata menjadi peneliti sejawat senior ISEAS. Tahun 2005, ia meninggalkan ISEAS dan menjadi direktur Chinese Heritage Center di Nanyang Technological University.[2]

Publikasi

Hingga 2008, Suryadinata telah menerbitkan 50 buku dan monograf, 30 bab di buku tertinjau sejawat, 15 artikel di jurnal internasional, 11 artikel di jurnal Indonesia, enam makalah kerja, dan lebih dari 100 makalah konerensi. Semuanya diterbitkan dalam bahasa Inggris, Indonesia, dan Cina. Aimee Dawis dari The Jakarta Post menulis bahwa "siapapun yang mempelajari etnis Tionghoa di Indonesia harus membaca karya-karya Leo Suryadinata."[2]

Penghargaan

Pada tahun 2008, Suryadinata (bersama peneliti Jerman Mary F. Somers) memenangkan Nabil Award atas kontribusinya terhadap integrasi etnis di Indonesia.[1][2]

Kehidupan pribadi

Suryadinata memiliki seorang putri.[2]

Referensi

  1. ^ a b "Somers dan Leo Dapat Nabil Award". Kompas (dalam bahasa Indonesian). 16 November 2008. Diakses tanggal 15 August 2011. 
  2. ^ a b c d e f g h i Aimee Dawis (14 November 2008). "Leo Suryadinata: Pushing the boundaries". The Jakarta Post. Diakses tanggal 15 August 2011. 
  3. ^ "Adjunct Faculty". S. Rajaratnam School of International Studies. Diakses tanggal 14 August 2011.