Lompat ke isi

Kejawar, Banyumas, Banyumas

Koordinat: 7°25′44″S 109°29′28″E / 7.42889°S 109.49111°E / -7.42889; 109.49111
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 16 Desember 2013 17.30 oleh 114.79.28.115 (bicara) (Profile Kejawar)

7°25′44″S 109°29′28″E / 7.42889°S 109.49111°E / -7.42889; 109.49111

Kejawar
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBanyumas
KecamatanBanyumas
Kode pos
53192
Kode Kemendagri33.02.11.2005 Edit nilai pada Wikidata
Luas- +- 10 km2
Jumlah penduduk- +- 10.000 Penduduk
Kepadatan-
Pemandian di Kejawar di sekitar tahun 1900

Kejawar adalah desa di kecamatan Banyumas, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia.

Desa Kejawar, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas.

 

Desa Kejawar merupakan salah satu desa tertua di Kabupaten Banyumas. Terletak pada koordinat  7’25’44 LU dan 109’29’29 BT. Tepatnya  2 Km kearah selatan dari Alun-alun Banyumas. Dahulu Desa Kejawar merupakan pusat pemerintah, di desa ini dahulu terdapat Kantor Karsidenan Banyumas tempat Residen Banyumas berkantor,  setelah Kantor Karsidenan atau Kantor Pembantu Gubernur Wilayah Banyumas pindah ke Purwokerto, kantor ini beralih fungsi menjadi SMEA 1 / SMK 1 Banyumas. Namun sampai saat ini tepatnya daerah sekitar SMK 1 Banyumas dan daerah sekitar terminal Banyumas orang tetap menyebutnya daerah karsidenan. Tepatnya dipertigakan terminal Banyumas ini merupakan titik 0 Km, merupakan tempat untuk mengukur 0 Km jarak dari Banyumas ke kota lain.

Sebagai desa tertua Desa Kejawar telah mengalami beberapa pergantian pucuk pimpinan. Adapun yang telah atau sedang menjabat Kepala Desa Kejawar adalah sebagai berikut:

  1. Atmo Suwirjo
  2. Toto Kuswantoro
  3. Ir. Wahyudi  (2001 – 2008)
  4. Muchasir, S.Pd  (2008-2013
  5. Toto Kuswantoro   (2013 – Sekarang) menjabat dua kali

Potensi, Sarana Prasarana dan Keunikan Desa Kejawar

 

Sarana Pendidikan: Terdapat Paud Tunas Bangsa, TK Aisyiyah, TK Kartika, TK Pertiwi, SDN 1 Kejawar, SDN 2 Kejawar, SDN 3 Kejawar, SMP N 3 Banyumas eks Sekolah Teknik Banyumas, SMEA / SMK N 1 Banyumas. Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas dengan pendidikan formalnya MTs dan MA. Balai Pendidikan dan Latihan Keluarga Berencana Propinsi Jawa Tengah

Sarana Kesehatan: Terdapat Badan Layanan Umum Daerah RSUD Banyumas, RS Amelia, Klinik Bersalin, Polindes

Sarana Militer: Terdapat Koramil Banyumas, Eks Batalyon 405, Asrama Denbekang Korem 071 Wijayakusuma

 

Sarana Pemakaman: (1). Makam Bersejarah yaitu terdapat Makam Raja dari Bali yaitu ANAK AGUNG NGURAH DJEMBRANA.  Adalah pendiri dan sebagai Raja Djembrana I yang memerintah sejak tahun 1705. Beliau berasal dari Puri Mengwi sebagai putera ketiga dari Anak Agung Nyoman Alangkadjeng (Raja Mengwi yang bergelar Cokorda Mengwi, memerintah kerajaan Mengwi sejak tahun 1682). Makam Raja Jembrana I (Gusti Ngurah Pade Pacekan) dimakamkan di Desa Kejawar Banyumas. (2). Makam bersejarah Makam Kyai Mranggi beliau adalah orang tua angkat dari Joko Kaiman Bupati Banyumas Pertama / Adipati Wargahutama II atau yang lebih dikenal sebagai Kyai Mrapat karena telah membagi Kadipaten Wirasaba menjadi empat. Konon Joko Kaiman semasa kecil tinggal di Desa Kejawar  kurang lebih 20 Tahun.   (3). Tempat Pemakaman Umum (TPU)  (4). Pemakaman gelandangan merupakan pemakaman orang tidak dikenal, dimakam ini terdapat makam terpidana mati yang dieksekusi oleh Kejaksaan Negeri Purwokerto di Curug Cipendoh, setelah di sana sini ditolak untuk dimakamkan akhirnya dimakamkan di Kejawar.

Sarana Irigasi: Terdapat Bendungan Kali Unthul Uwuk yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda Tahun 1930 yang masih berfungsi sampai saat ini dan mampu mengairi sawah seluas 1455 Ha

Sarana Hiburan: Ebeg Group Mas Doyok, Begelan Pak Muchasan atau yang terkenal Wa Jenggot atau Wa Kajud, Rempeyek Yu Tum, dan Mendoan Yu Pur.

Sarana Transportasi: Terdapat terminal Banyumas atau yang dikenal Terminal Karsidenan. Dimana disini terletak titik Nol Km. Titik ini merupakan pusat pengukuran jarak dari titik ini kesuatu tempat atau kota yang lain. Dahulu dari Titik Nol Km ini sampai Banjarnegara adalah jalur yang sangat strategis dimana jalur ini menghubungkan Kadipaten Banyumas, Kadipaten Gumelem, Kadipaten Wirasaba, Kadipaten Merden dan Kadipaten Banjar Watulembu/Banjarpetambakan atau Kabupaten Banjarnegara sekarang.

Berbicara Kabupaten Banyumas pasti tidak lepas dari Desa Kejawar yang merupakan cikal bakal kabupaten dan karsidenan Banyumas. Karena di Desa Kejawar  R. Joko Kahiman dibesarkan oleh paman dan bibinya (Kyai Mranggi Semu dan Nyai Mranggi Semu / Rara Ngaisah). Hal ini karena ayahanda R. Joko Kahiman (R. Banyaksosro) meninggal pada usia muda, sedangkan R. Joko Kahiman masih kecil. Kyai Mranggi Semu merupakan pembuat warangka keris dan garan pacul. Terkait masa kecil dan dididiknya R. Joko Kahiman di Kejawar ini, maka tidak berlebihan kalau dikatakan Kyai dan Nyai Mranggi Semu sangat besar jasanya dalam menggembleng seorang Satria Banyumas yang nantinya akan dikenal karena kebesaran hatinya membagi empat Kadipaten Wirasaba sehingga disebut Adipati Mrapat, Adipati Warga Utama II, Adipati/Bupati Banyumas I.

Kyai Mranggi Semu Wafat dimakamkan di Desa Kejawar 2Km kearah selatan dari alun-alun Banyumas, sedangkan Nyai Mranggi (Rara Ngaisah) di Desa Binangun terletak 10 km ke arah barat Alun-alun Kecamatan Banyumas, atau 5 km ke arah barat Kompleks Makam Bupati Banyumas di Dawuhan. Makam Nyai Mranggi (Rara Ngaisah) ini terletak di Dusun Wanasepi, Binangun, di atas bukit, di tengah rerindangan pohon (dahulu di tengah hutan, sehingga ada yang mengatakan Karangtengah, karena berada di atas bukit yang dikelilingi hutan). Rara Ngaisah, atau lebih dikenal sebagai Nyai Mranggi, adalah adik kandung R. Banyaksosro (ayahanda R. Joko Kahiman). Menurut cerita, setelah Kyai Mranggi Semu di Kejawar meninggal dunia, maka Nyai Mranggi mengembara di berbagai daerah sekitar Kecamatan Banyumas (kini), sampai tiba di Dusun Wanasepi, Desa Binangun, di mana beliau meninggal dunia dan dimakamkan disitu.

Riwayat singkat Raden Djoko Kahiman (Bupati Banyumas Ke I )

Djoko Kahiman atau Raden Djoko Semangoen adalah putra Raden Harjo Banjaksosro Adipati Pasir Luhur yang sejak kecil diasuh dan diambil anak angkat oleh Kjai dan Njai Mranggi Semoe di Desa Kejawar. Kjai Mranggi sebenarnya namanya adalah Kjai Sambarta dan Njai Mranggi adalah Njai Ngaisah. Setelah Raden Djoko Kahiman dewasa lalu mengabdikan dirinya pada Kjai Adipati Wirasaba yang bernama Adipati Wargo Oetomo I dan akhirnya Raden Djoko Kahiman menjadi menantu Wargo Oetomo I, dinikahkan dengan putri sulungnya yang bernama Rara Kartimah.

Suatu ketika Adipati Wirasaba mendapat titah Sultan agar mempersembahkan salah seorang putrinya untuk dijadikan garwa ampean. Oleh Sang Adipati dipersembahkan putri bungsunya yang bernama Rara Soekartijah, yang pada masa kecilnya pernah dijodohkan dengan putra saudaranya yaitu Ki Ageng Tojareka, namun setelah  dewasa Rara Soekartijah menolak untuk berumah tangga dan bercerai sebelum berkumpul. Sakit hati Ki Ageng Toyareka kemudian membuat fitnah yang menyebabkan murka Sultan Pajang dan menyuruh Gandek supaya membunuh Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang tanpa penelitian terlebih dahulu. Tetapi sesudah diteliti menyesallah Sultan Pajang, kemudian menyuruh Gandek untuk menyusul Gandek terdahulu supaya membatalkan rencana membunuh Adipati Wargo Oetomo I, namun sudah terlambat. Tempat terjadinya di Desa Bener, maka Adipati Wargo Oetomo I juga terkenal dengan sebutan Adipati Sedo Bener, sedangkan makam beliau di pasarehan Pakiringan, sebelah timur kota Banyumas, sekarang masuk wilayah Purworejo Klampok.

Penyesalan Sultan Pajang kemudian menitahkan memanggil putra Adipati Wirasaba supaya menghadap ke Kesultanan Pajang, namun semua putra Wargo Oetomo I tidak ada yang berani menghadap, akhirnya dengan jiwa heroik dan patriotis karena anggapannya akan dibunuh juga, berangkatlah Raden Djoko Kahiman menghadap Sultan Pajang. Di luar dugaan Raden Djoko Kahiman malah diangkat menjadi Adipati Wirasaba II dengan gelar Adipati Wargo Oetomo II untuk menggantikan Adipati Wargo Oetomo I yang telah wafat karena kesalah pahaman. Sultan Pajang memberikan segala kebijaksanaan Kadipaten Wirasaba kepada Wargo Oetomo II.

Dengan kebesaran jiwanya Adipati Wargo Oetomo II tidak ingin mementingkan dirinya sendiri (mukti sendiri), karena beliau adalah anak mantu, maka mohon restu agar diperkenankan untuk membagi daerah kekuasaan Wirasaba menjadi 4 daerah. Menurut penelitian dan hasil seminar, hari, tanggal, bulan, tahun diangkatnya Raden Djoko Kahiman menjadi Adipati Wirasaba II yang bergelar Adipati Wargo Oetomo II adalah : Jumat Kliwon, tanggal 12 Rabiul awal 990 H bertepatan dengan tanggal 6 April 1582 M. Sekembalinya dari Pajang maka Raden Djoko Kahiman yang telah diangkat menjadi Adipati Wirasaba II, beliau membagi daerah kekuasaannya menjadi empat, yaitu :

1.      Banjar Pertambakan diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirojoedo

2.      Merden diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirokoesoemo

3.      Wirasaba diberikan kepada Kjai Ngabehi Wargowidjojo

4.      Sedangkan beliau merelakan kembali ke Kejawar dengan maksud mulai membangun pusat pemerintahn yang baru. Ketiga saudaranya berterimakasih dan tetap tunduk kepada Adipati Wargo Oetomo II yang diangkat sah oleh Sultan Pajang.

(Oleh Nurgiyanto, S.Pt.  Sastrawan Perunggasan Indonesia tinggal di Desa Kejawar diambil dari berbagai sumber)  di Posting 11.12.13