Alkalimetri
Alkalimetri
Titrasi adalah poses mengukur volme larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna.Titrasi ini diterapkan untuk memperoleh peraksi atau larutan yang konsentrasinya yang tidak dapat dipastiakan dari proses pembuatannya secara langsung dari zat padatnya. Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa.[1]Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekivalen. Titik ini sering itandai dengan perubahan warna senyawa yang disebut indikator. [2]
Dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir.[3] Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan acak yang berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol.[4]
Reaksi Netral
Reaksi Penetralan adalah reaksi antara asam dan basa, asam adalah zat yang terdapat dalam air, yang dapat memberikan ion Hidrogen (H+) atau ion Hidronium (H3O+) bila dilarutkan dalam air. Sedangkan Basa adalah zat dalam air menghasilkan ion hidrokis atau zat dapat dapat memperbesar konsentrasi ion OH dalam air. Beda dengan reaksi penggaraman karena semua elektrolit yang tersusun dari kation selain H serta anion OH dan menghasilkan suatu garam dan sering disebut reaksi penggaraman.Zat-zat yang dihasilkan yang berbentuk kristalin disebut garam oleh ahli-ahli kimia zaman dulu. Pembentukan garam seakan-akan merupakan hasil dari suatu proses kimia sejati. Tetapi ini sebenarnya keliru. Lebih tepat dikatakan bahwa reaksi netralisasi sebagai penggabungan ion-ion secara kimia. Zat-zat atmosfer, atau amfolit mampu melangsungkan reaksi netralisasi baik dengan asam maupun basa dan sifat ini disebut dengan sifat amfoter..[5]
Normalitas
Normalitas merupakan sistem konsentrasi didasarkan pada volume dari larutan. Normalitas = jumlah ekivalen per liter larutan. Atau:
N = (e.q)/V
N = Normalitas
e.q = jumlah ekivalen
V = volume larutan dalam liter
Karena e.q = g/BE
g = gram larutan
BE = berat ekivalen
Maka dihasilkan N =g/(BE X V)
Dengan hubungan Normalitas terhadap molaritas, sebagai berikut:
N= n. M[6]
Referensi
- ^ HAM,Mulyana.2008.Membuat Reagen KIMIA di Laboratorium.Jakarta.Bumi Aksara,
- ^ Sastrohamidjojo,hardjono.2011.Kimia Dasar.Bulaksumur Yogyakarta.Gadjah Mada University Press,
- ^ Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Pinsip dan Terapan Modern. Diterjemahkan oleh Suminar Achmadi. Edisi keempat. Jilid dua. Jakarta: Erlangga.,
- ^ Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press.,
- ^ Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh A. Saptoraharjo. Jakarta: UI-Press.,.
- ^ Day, R.A dan Underwood, A.L. 1988. Analisis Kimia Kuantitatif. Diterjemahkan oleh Iis Sopyan. Jakarta: Erlangga.,