Lompat ke isi

G.K.R. Mangkubumi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 Januari 2014 20.50 oleh Ygyid (bicara | kontrib)
Ratu Pembayun
Gusti Kanjeng Ratu
Berkas:Ratu Pembayun.jpg
Ratu Pembayun October 2011
Kelahiran24 Februari 1972 (umur 52)
Bogor, Indonesia
WangsaHamengkubuwono
Nama lengkap
Gusti Kanjeng Ratu Pembayun
AyahSri Sultan Hamengkubuwono X
IbuRatu Hemas
PasanganPangeran Wironegoro
AnakRaden Ajeng Artie Ayya Fatimasari Raden Mas Drasthya Wironegoro

Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun adalah putri pertama dari pasangan Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan Gusti Kanjeng Ratu Hemas dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.


Masa Kecil dan pendidikan

Ratu Pembayun dibesarkan di Yogyakarta hingga usia SMA. Beliau sekolah di SMA BOPKRI 1 Yogyakarta sebum akhirnya pindah sekolah ke Singapore di International School of Singapore. Setelah Lulus SMA, beliau melanjutkan pendidikanya di beberapa college di California sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Griffith University Brisbane, Queenslaand. Australia

Pernikahan

Ratu Pembayun menikah dengan Pangeran Wironegoro pada tanggal 28 Mei 2002. Berhubung beliau adalah putri tertua, maka pernikahan tersebut mendapat banyak perhatian dari publik. Pernikahan ini juga menjadi acuan bagi pernikahan-pernikahan adik-adiknya.

Sebelum menikah, sesuai dengan adat keraton, calon pengantin wanita menerima gelar dan nama baru dari sebelumnya Gusti Raden Ajeng Nurmalitasari menjadi Gusti Kanjeng Ratu Pembayun. Pemberian gelar ini dilangsungkan melalui upacara wisuda yang digelar di keraton Yogyakarta. Sementara itu calon pengantin pria mendapat gelar Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro. Pada saat yang bersamaan, Ratu Pembayun juga diangkat sebagai pemimpin kegiatan keputren dan seluruh putri keturunan Sultan HB X. [1]

Rentetan acara pernikahan diawali dengan prosesi "Nyantri" [2] dimana calon pengantin pria Nieko Messa Yudha yang sebelumnya telah diberi gelar Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro mulai masuk ke Keraton pada tanggal 27 Mei 2002.

Sesuai dengan adat yang berlaku di Keraton, Sri Sultan Sendiri yang menikahkan puterinya dengan KPH Wironegoro. Prosesi "panggih" pernikahan dihadiri oleh pejabat tinggi negara, termasuk Presiden Megawati Soekarnoputri serta Duta-duta besar perwakilan negara-negara sahabat. [3]. Sebagai Putri Raja, Ratu Pembayun melewati prosesi "pondongan" dalam prosesi panggih dimana mempelai pria dibantu salah seorang paman dari mempelai wanita GBPH Yudhaningrat memondong (mengangkat) mempelai wanita sebagai simbol "meninggikan" posisi seorang istri. Beberapa berita melaporkan bhw prosesi panggih ini diliputi oleh suasana "magis" berkaitan dengan angin kencang yang bertiup di dalam tembok keraton serta petir yang menggelegar di siang hari bolong[4]

Usai panggih, kedua mempelai kemudian dikenalkan kepada masyarakat melalui prosesi "kirab". Sebagai putri pertama, Ratu Pembayun harus dikirab keliling benteng Keraton, menggunakan kereta pusaka Kanjeng Kyai Jongwiyat, sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Prosesi Kirab yang sudah tidak pernah dilaksanakan lagi sejak jaman pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VIII ini dihadiri oleh ratusan ribu warga yogyakarta. [5] Pernikahan agung Keraton Yogyakarta ini mengikuti tradisi yang dipertahankan sejak ratusan tahun dan diteruskan hingga adik-adik dari Ratu Pembayun yaitu Ratu Maduretno, Ratu Hayu dan Ratu Bendoro


Pekerjaan

Selain aktif dalam berbagai organisasi sosial dan kemasyarakatan, GKR Pembayun menjabat sebagai Direktur PT. Yogyakarta Tembakau Indonesia (perusahaan rokok kretek yang dibangun untuk mengurangi angka pengangguran di Bantul) dan PT. Yarsilk Gora Mahottama, serta Komisaris Utama PT Madubaru.[6] Dia juga bergabung dengan Pusat Penyelamatan Satwa Jogya (PPSJ) Kulonprogo, Yogyakarta, untuk menyelamatkan satwa, khususnya orang utan.[7][8] Sebagai aktivis di bidang sosial, GKR Pembayun pernah mendapatkan penghargaan "Wanita Tak Terpatahkan" (Sunsilk Unbreakable Woman) atas usahanya untuk memberdayakan perempuan di desa-desa.[9]

Profesi/Pekerjaan

  • Komisaris Utama PT Madubaru (PG/PS Madukismo)
  • Komisaris Utama PT Mataram Mitra Manunggal (BPR Mataram)
  • Direktur Utama PT Yogyakarta Tembakau Indonesia (Industri Rokok) periode 2003-2008
  • Komisaris Utama PT Yogyakarta Tembakau Indonesia
  • Direktur Utama PT Yarsilk Gora Mahottama (Industri Sutera)


Jabatan Dalam Assosiasi dan Organisasi

  • 2002-2012: Ketua Umum Karang Taruna Propinsi DIY
  • 2003-2011: Ketua Umum BPD AKU Propinsi DIY (Asosiasi Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera)
  • 2003-2008: Wakil Ketua International Association of Wild Silk Moth (berbasis di Jepang)
  • 2005-2009: Ketua Umum Koperasi Aku Sejahtera
  • 2006–2010: Ketua Pembina Yayasan Royal Silk (Pengembangan Kawasan dan Pemberdayaan Masyarakat di wilayah Karangtengah)
  • 2002–2006: Wakil Ketua Asosiasi Masyarakat Sutera Alam DIY
  • 2002-2006: Wakil Ketua ASEPHI DIY (Asosiasi Handicraft)
  • 2006–2010: Ketua Asosiasi Masyarakat Persuteraan Alam Liar Indonesia
  • 2006-2011:Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia DIY 2006-2011


Referensi

Pranala Luar