Tri tangtu
Tampilan
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP08Stefanus (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 3 April 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 31 Maret 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP08Stefanus (Kontrib • Log) 3868 hari 991 menit lalu. |
Tri tangtu adalah cara berpikir masyarakat tradisional Sunda. Tri tangtu berasal dari bahasa Sunda. Kata Tri atau Tilu yang artinya Tiga dan Tangtu yang artinya Pasti atau Tentu.[1] Masyarakat tradisional Sunda memaknai Tri tangtu sebagai falsafaf hidup yang berpedoman pada tiga hal yang pasti yakni : Batara Tunggal yang terdiri dari Batara Keresa, Batara Kawasa dan Batara Bima Karana.[1]
referensi
- ^ a b Jakob Sumardjo (2010). Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press. hlm. 58. ISBN 978-979-8967-27-6. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "”Filsafat" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
Penerapan Tri tangtu Pada Hasil Budaya Masyarakat Tradisional Sunda
- Senjata Kujang adalah entitas Tiga fungsi selaligus yakni
Pukul,Potong,dan Tusuk
- Kampung Sunda : Pemilik,Pelaksana dan Penjaga
- Rumah adat Sunda terdiri dari : Ruang Tengah,Ruang Belakang,dan Ruang Depan
- Boboko atau wadah nasi yang dibuat dari jalinan bambu memilki tiga bentuk yakni Bundar,Segi delapan dan Bujur sangkar
Contoh Pemikiran Tri tangtu Dalam Masyarakat Tradisional Sunda
- Silih asah, silih asuh, silih asih
- Tekad, Ucap, Lampah
- Naluri, Nurani, Nalar
- Leuweung larangan, Leuweung tutupan, dan Leuweung garapan.
- Dunia atas,dunia bawah dan dunia tengah
- Langit pemberi hujan,tanah yang menumnuhkan tanaman dan manusia yang memungkinkan itu, dengan mengawinkan Langit dan Bumi