Lompat ke isi

Pembicaraan Wikipedia:Bak pasir

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Halaman ini bukanlah bak pasir.

Jika Anda ingin mencoba menyunting, gunakanlah bak pasir, yaitu halaman yang disediakan khusus untuk uji coba menulis dan menyunting di Wikipedia.

Sekedar usul:
Halaman ini dituju dari pesan selamat datang. Bagaimana jika di pesan selamat datang, link ke bak pasirnya di ubah ke setiap halaman penggunanya. Misalnya pengguna ArielPeterPan mengklik "menuju ke bak pasir" maka yang akan dituju adalah "Pengguna:ArielPeterPan/Bak pasir", bukan "Wikipedia:Bak pasir". Keuntungannya, kita tidak perlu sering-sering melakukan "reset" biar hasil uji coba pengguna lain tidak keliatan (tidak tercampur aduk) oleh pengguna lain. borgx(kirim pesan) 10:00, 29 Maret 2006 (UTC)

Wah saya kurang setuju, sebab nanti database Wikipedia Indonesia menjadi (terlalu) besar dan hal ini tidak diperlukan. Hanya beberapa pengguna (kawakan) saja yang memiliki bak pasir pribadi. Hal ini BTW juga tidak dianjurkan di Wikipedia lainnya. Kalau reset tidak usah setiap saat tapi kan bisa sehari sekali atau beberapa waktu sekali. Meursault2004 10:41, 29 Maret 2006 (UTC)
Saya juga sependapat dengan Bung Meursault dalam hal ini. Selain menambah beban database, terlalu banyak bak pasir bisa jadi ribet :). *drew 11:36, 29 Maret 2006 (UTC)

Well Ok deh. borgx(kirim pesan) 14:25, 29 Maret 2006 (UTC)

Kepada *drew:
"Saya juga sependapat dengan Bung Meursault dalam hal ini." Wah berarti sering tidak setuju dengan saya dong :-) Meursault2004 19:05, 29 Maret 2006 (UTC)
Wah, Anda pandai berkelakar ya :-) Tidak pernah saya bermaksud seperti itu. Penambahan dua kata itu hanya untuk memperpanjang kalimat saja. *drew 19:21, 29 Maret 2006 (UTC)

Hahaha, memang cuma bercanda saja. No heart feelings. Meursault2004 19:55, 29 Maret 2006 (UTC)

Sedang uji coba Bot yang ngeriset Bak pasir ini setiap 6 jam.. uji coba akan dilakukan dari 10:01, 24 Desember 2006 sampai dengan 00:00, 27 Desember 2006 (bagi Pengurus, bila ada kesalahan bot , di Block saja !) --•• Irwangatot 03:16, 25 Desember 2006 (UTC)
  • Setelah Reset terakhir...Bagaimana ? Apakah bisa dilanjutkan.. atau dihentikan? (uji coba bot sudah dihentikan) --•• Irwangatot 17:19, 27 Desember 2006 (UTC)
Teruskan saja botnya. borgx(kirim pesan) 01:54, 2 Januari 2007 (UTC)
  • Maaf baru bisa run Bot lagi sekarang.. Bot runing riset bak pasir per 3 jam, --•• Irwangatot 12:34, 8 Januari 2007 (UTC)


[tanya] Selain disimpan di server utama Wikipedia, apakah WikiIndonesia memiliki cadangan di Server IIX untuk mengantisipasi jika hubungan internet ke luar negeri putus? ----Anakgunung 21:06, 17 Februari 2007 (UTC)

[jawab] Tidak borgx(kirim pesan) 01:20, 23 Februari 2007 (UTC)

Reset setiap 3 jam ya? berarti disitu saya bisa menulis apa saja dan dalam 3 jam semua kembali seperti semula?Guhpraset 14:26, 23 Juli 2007 (UTC)

Iya Azmi 11:27, 17 Juni 2008 (UTC)

gak nyampe 3 jam aja udah bisa di reset  Azmi   Bicara  10:10, 15 Juli 2008 (UTC)

gimana cara gabungin [1] ama [2] trus 'judul' Daftar menteri keuangan Republik Indonesia ini jadi tulisan aja menteri keuangan Republik Indonesia maka daftar dihilangin aja trus 'judul' orang indo diganti Eropa-Indonesia yuuuuuuuuuuuuuuuuuTeddy s (bicara) 15:46, 2 Agustus 2008 (UTC)

Sekarang direset setiap 1 jam. borgx(kirim pesan) 00:05, 6 Agustus 2008 (UTC)

Bak Pasir

nanya juga nih. aku sudah coba-coba buat naskah di bak pasir. Lantas supaya bisa dipublish gimana caranya ya ? ----

Mau nanya nih.. artikel yang ditulis di bak pasir itu perlu verifikasi, kok editing harus ke bak pasir dulu? Setelah diverifikasi, terus yang mindahin ke artikel utama dan susunannya, siapa?

Artikel mengenai sejarah purbakala.. Barusan juga gw baru tau, data yang gw dapet dari dinas purbakala setempat bisa berbeda dengan informasi yang dirilis salah satu universitas ternama dalam sebuah surat kabar. Untuk menjaga netralitas, apa perlu dimuat kedua-duanya? Kalo ngutip langsung dari informasi yang dirilis resmi oleh dinas purbakala setempat, nggak boleh ya? Nulis karangan artikel dari kutipan resmi apa bukannya nambah ribet dan mengurangi obyektifitas materi? ESCapade (bicara) 03:30, 23 Agustus 2008 (UTC)

Jawab: tidak perlu diverifikasi, karena toh halaman Bak Pasir dihapus (direset) secara otomatis setiap selang beberapa waktu. Tujuannya sebagai tempat percobaan. Kalau tentang verifikasi suatu artikel, dalam hal ini sejarah purbakala, Anda dapat langsung memulai suatu artikel dan kemudian pembahasan mengenai verifikasinya dapat dilanjutkan di (halaman pembicaraan) artikel tersebut. Semoga membantu. - (-_-)V bennylin (404 * sumbangan) 08:45, 30 Agustus 2008 (UTC)

mau nanya yang dimaksud bak pasir tu yang mana to?kalo orang awam kayak aku inikan bingung karena tau saya bak pasirtu ya bak untuk pasir?maaf lho kalo nanyanya aneh.trus kalo mau nambah artikel tu gimana caranya misalnya mau nambah tentang kecamatan sanden, nah itu gimana matur nuwon.

Lihat Sanden. Bak pasir tuh ya di Bak pasir. Disebut begitu karena halaman itu direset secara rutin, jadi nulis apapun di sana bisa, tapi tidak permanen, karena akan di'rata'kan kembali sewaktu-waktu. 10:01, 12 Juni 2009 (UTC) Hubungi:
Bennylin
 ∧ ∧
(,,°Д°)

kok aq masih bingung gini ya.....Lutfia (bicara) 12:58, 10 Oktober 2009 (UTC)

Lutfia, Bak Pasir hanya untuk coba-coba menulis saja. Jadi salah-salah tidak apa-apa, dan tidak akan permanen. Naval Scene (bicara) 13:18, 30 Oktober 2009 (UTC)

MENGUAK DESA CEBOLEK MARGOYOSO PATI

Desa Cebolek Kidul adalah Desa yang terletak di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Jawa Tengah. Secara Geografis Desa Cebolek terletak di 6036’12.14”S 111003’44.28” E. Termasuk desa Agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari hasil pertanian, baik sawah maupun tambak. Masyarakatnya berkehidupan sederhana dan tentram. Bahkan ada istilah hidup orang desa Cebolek Kidul “ tiktang” (angger entuk sithik yo athang-atang= Kalau sudah dapat rezeki dikit ya sudah santai-santai). Ini menurut orang tua ketika penulis tanyakan sebab di Desa ini dulu pernah ditempati Ulama besar yaitu KH. Ahmad Mutamakkin atau terkenal dengan sebutan Mbah Mutamakkin yang petilasan Kediamannya sekarang berada disebelah selatan Pondok Al-Inayah Cebolek Kidul yaitu sekarang kampong milik keluarga Mantan Modin Sutarman RT. 3 RW III Cebolek Kidul. Konon ceritanya di Desa Cebolek inilah Mbah Mutamakin, pada masa riyadzohnya, melakukan puasa 40 hari berturut-turut sambil mengamalkan dzikir tarekat. Dia berbuka hanya sedikit sekali, sehingga senantiasa kelaparan selama 39 hari. Pada hari ke-40, menjelang berbuka puasa, Mbah Mutamakin meminta dimasakkan makanan kesukaannya yang enak-enak, ditambah semua jenis makanan yang rasanya "mak nyuuussss." Kemudian beliau meminta agar dirinya diikat kuat-kuat di tiang – tubuhnya dililit kuat-kuat dengan tali dari leher sampai kaki. Lalu semua makanan dan minuman yang enaak tenan diletakkan di depannya. Ketika bedug maghrib tiba. Nafsu makannya pun terbit. Tetapi Mbah Mutamakin yang terikat tentu tidak bisa mengambil makanan. Dan hawa nafsunya pun berontak. Terjadilah "pertempuran" hebat dalam dirinya. Mbah Mutamakin terus digoda agar memanggil istrinya untuk melepaskan ikatan agar bisa melahap makanan. Tetapi Mbah Mutamakin bertahan. Akhirnya hawa nafsunya sudah tak tahan lagi, dan keluar dari tubuh Mbah Mutamakin, menjelma menjadi dua ekor anjing, yang langsung melompat menghabiskan seluruh makanan. Setelah kenyang, nafsu itu ingin kembali ke Mbah Mutamakin. Tetapi Mbah Mutamakin menolaknya. Sejak itu dua ekor anjing itu menjadi peliharaannya, dan diberi nama Abdul Qahar dan Qamaruddin. Mbah Mutamakkin adalah seorang ulama yang berasal dari Tuban, Jawa Timur. Nama “Mutamakkin” yang bermakna orang yang meneguhkan hati atau yang diyakini akan kesuciannya konon adalah gelar yang diberikan kepada beliau seusai dari menuntut ilmu dari Timur Tengah. Garis keturunan Mbah Mutamakkin dari bapak adalah Sultan Trenggono (Raja Demak III tahun 1521-1546) yang bertemu dengan pada silsilah Raden Fatah (Pendiri Kerajaan Demak 1478-1518). Dari Ibu, keturunan Sayid Ali Bejagung, Tuban Jatim. Sayid Ali ini mempunyai putera bernama Raden Tanu, Tanu ini mempunyai seorang puteri, yakni ibu Mbah Mutamakkin. “Sumohadiwijaya” adalah nama ningrat Mbah Mutamakkin. Putera Pangeran Benawa II (Raden Sumohaidnegara) bin Pangeran Benawa I (Raden Hadiningrat) bin Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) bin Ki Ageng Pengging bin Ratu Pembayun binti Prabu Brawijaya. Ratu Pembayun adalah saudara perempuan Raden Fatah. Istri Jaka Tingkir adalah Putri Sultan Trenggono bin Raden Fatah. Diperkirakan beliau hidup sekitar tahun 1685-1710. Terdapat pula cerita yang berkembang di masyarakat setempat (foklor) menyebutkan, sepulangnya dari menunaikan Ibadah haji, beliau menaiki jin. Tiba-tiba di tengah laut, oleh jinnya, beliau dijatuhkan di tengah laut. Kemudian beliau diselamatkan “Ikan Mladang”. Beliau dilemparkan sampai di suatu tempat. Tempat tersebut dinamai Desa Cebolek.

Ada dua versi tentang asal usul desa ini. Pertama adalah dari kata “ceblok” (jatuh), dan kedua “Jebol-jebul melek” (tiba-tiba membuka mata). Kemudian beliau berjalan kearah barat, ketika waktunya sholat Dhuhur maka beliau mencari air wudlu, namun karena tempat itu di sekitar pantai beliau menacapkan tongkat dan ajaib Air tawarpun mengalir yang kemudian dipergunakan beliau untuk berwudlu, oleh orang-orang Cebolek sekarang terkenal dengan nama sawah sumur . kemudian beliau melanjutkan perjalannya kearah selatan kemudian menetap di untuk beberapa lama yang terkenal dengan nama Bango yang kemungkinan wilayah ini dulu termasuk wilayah cebolek Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Jawa Tengah yang Kemudian pada masa sekarang masuk wilayah Bulumanis Lor. Setelah Mbah Mutamakkin tinggal di desa ini dan banyak warga yang berguru, konon pada waktu masuk waktu sholat banyak santri yang masih berwudlu , sehingga Mutamakkin sempat menegur beberapa santri “ wudlu kok kecipak-kecipuk ora bar-bar koyo kutuk ! “ ( wudlu kok ciprat-cipratan air nggak selesai-selesai kayak ikan kutuk / ikan gabus ). Sehingga kali / sungai yang berada di pinggir sumur itu terkenal dengan nama “ Kali Kutukan “. Karena keberadaan beliau kurang disukai penguasa (Dayang) Bulumanis akhirnya beliau pindah ke sebelah barat Desa Cebolek 400 meter dari Desa Kajen. atau sa'at ini tepatnya di depan PP.Al-Inayah Cebolek Kidul Sekarang, oleh Warga RT3. RW 3 kemudian dibangunlah Musholla dengan nama Musholla Al-Mutamakkin. Pada suatu malam, Mbah Mutamakkin melihat sinar yang terang di langit. Karena heran, kemudian beliau mencari dari mana asal sinar tersebut. Ternyata sinar tersebut adalah sinar K.H Syamsuddin, pemangku Desa Kajen yang sedang melaksanakan shalat tahajjud. Tidak banyak cerita yang berkembang, kemudian Mbah Mutamakkin dinikahkan dengan putrinya Nyai Qodimah. . Dari perkawinan tersebut Mbah Mutamakkin memiliki putra yaitu : 1. Alfiyah Godeg ( dimakam di desa Kajen Kec. Margoyoso Pati ) 2. Bagus ( dimakam di ampel denta Surabaya Jawa Timur 3. Endro Muhammad ( dimakam di desa Gambiran Kec. Margorejo Pati )

Putra kedua, Kiai Bagus kemudian bertempat tinggal di Jawa Timur. Di negeri orang tersebut, Kiai Bagus memiliki keturunann antara lain KH Hasyim Asyari (Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang), dan K.H Bisri Syamsuri (Pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang). Keduanya ini adalah kakek Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sedangkan Alfiyah dan Endro tetap tinggal di kajen. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, banyak keturunan Mbah Mutamakkin yang mendirikan sejumlah pondok pesantren (Ponpes) di Kajen. Misalnya pada tahun 1900, Kiai Nawawi putra KH Abdullah mendirikan Ponpes Kulon Banon atau Taman Pendidikan Islam Indonesia (TPII). Pesantren ini adalah Pospes tertua di Desa Kajen. Menyusul kemudian, KH Ismail mendirikan Ponpes Raudhatul Ulum (PPRU), Tahun 1902, KH Siraj, putra KH Ishaq mendirikan Ponpes Wetan Banon yang kemudian dikenal dengan Ponpes Salafiyah yang kemudian dilanjutkan oleh KH Baidhowi Siroj. Penamaan Kulon atau wetan banon ini didasarkan atas posisinya dari komplek pesarean Mbah Mutamakkin yang dikelilingi tembok besar (banon). Sekitar tahun 1910, K.H Abdussalam (Mbah Salam), saudara Mbah Nawawi, mendirikan pesantren di bagian Barat Desa Kajen yang dinamakan Popes Pologarut. Dalam perkembangannya menjadi Ponpes Maslakhul Huda Polgarut Putra (PMH Putra) dan Polgarut Selatan (PMH Pusat). Murid dari Mbah Mutamakkin sangat banyak. Di antranya Mbah Ronggokusumo, Kiai Mizan, dan Kiai Shaleh. Mbah Ronggo putra kiai ageng Meruwut, yang masih keponakan Mbah Mutamakkin. Dia ditugaskan di Ngemplak.

Peninggalan Arkeologis Pesarean (makam) Mbah Mutamakkin berada di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati. Tepatnya 18 kilometer ke arah utara Kota Pati. Salah satu peninggalan beliau adalah sebuah masjid yang klasik. Masjid Kajen, orang setempat menyebutnya. Masjid tersebut terbilang unik. Pasalnya, hampir seluruh bagiannya terbuat dari kayu jati. Walaupun pernah dipugar beberapa kali, namun dua saka (tiang) yang berada paling depan yang disebut “saka nganten,” dan dua buah pintu yang berada di sebelah utara dan selatan masih tetap utuh. Seperti umumnya masjid jami’, di Masjid Kajen juga terdapat sebuah mimbar. Mimbar yang diyakini buah karya Mbah Mutamakkin penuh dengan ornament yang tinggi seninya. Banyak penafsiran tentang ornament tersebut. Misalnya bulan sabit yang dipatok burung bangau. Artinya: semangat dan do’a akan snggup untuk menggapai cita-cita yang mulia. Pada mimbar juga terdapat sebuah ukiran berbentuk kepala naga yang berjumlah dua, yakni sebelah kanan dan kiri mimbar. Ada juga yang mempercayai dua kepala naga tersebut adalah naga milik Aji Saka (Tokoh legenda sejarah masuknya Islam di Tanah Jawa yang dianggap juga seletak penanggalan tahun saka). Selain masjid, terdapat juga peninggalan berupa sumur Mbah Mutamakkin yang berada di Desa Bulumanis Lor . Air tersebut tidak berasa tawar meskipun berjarak sekitar satu kilometer dari laut. Karena jasa Mbah Mutamakkin, sedikitnya terdapat 34 Ponpes yang berdiri di Desa Kajen dan 4 Ponpes di Desa Cebolek Kidul hingga sekarang. Selain pesantren tradisional, muncul berbagai lembaga pendidikan nasional yang unik. Walaupun menggunakan pelajaran umum, namun tidak lupa kitab kuning juga diajarkan di sekolah tersebut. Belum selesai… (diambil dari berbagai sumber)