Lompat ke isi

Inotropik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Faktor yang memengaruhi efek inotropik, inotropik positif (+), inotropik negatif (-)

Inotropik adalah zat yang dapat memengaruhi daya kontraksi otot.[1] Faktor yang meningkatkan kontraktilitas disebut sebagai aksi inotropik positif.[2] Faktor yang menurunkan kontraktilitas memiliki aksi inotropik negatif.[2] Agen inotropik positif biasanya menstimulasi masuknya Ca2+ ke dalam sel otot jantung, kemudian akan meningkatkan tekanan dan durasi dari kontraksi ventrikular.[2] Agen inotropik negative akan memblok pergerakan Ca2+ atau mendepresi metabolisme otot jantung.[2] Faktor inotropik positif dan negative termasuk pada aktivitas ANS, hormon, dan perubahan konsentrasi ion ekstraselular.[2] Obat-obat inotropik yang meningkatkan kemampuan kekuatan kontraksi otot jantung.[3] Obat-obat simpatomimetik adalah obat inotropik kuat yang terutama digunakan untuk terapi gagal jantung berat pada suasana akut.[3] Contoh obat ini adalah dopamine dan dobutamin.[3] Efek-efek merugikan yang terpenting berkaitan dengan sifat alami obat ini yang aritmogenik dan potensi obat untuk menimbulkan iskemia otot jantung, takikardi, dan iritabilitas ventricular dapat dikurangi dengan memperkecil dosis.[3]

Inotropik positif

Faktor penyebab

Faktor yang bekerja sebagai inotropik positif (+) adalah:

  • Peningkatan influks kalsium dan penghambatan kerja pertukaran Na-Ca (menghambat pompa Ca2+) di semua membran plasma[4]
  • Agonis adrenergic (katekolamin) akan bekerja sebagai inotropik positif dengan cara berikatan dengan adrenoseptor β1 dan mengaktifkan subunit α dari Gs-type heterometric G protein. α-s yang sudah teraktivasi akan menimbulkan efek melalui 2 jalan
  1. α s meninggalkan jumlah cAMP intraselular dan menstimulasi protein kinase A yang akan meningkatkan kontraktilitas dan kecepatan relaksasi.[4]
  2. α s secara langsung dapat membuka kanal Ca2+ tipe L pada membran plasma dan meningkatkan jumlah influx Ca2+ selama aksi potensial dan memperkuat kontraktilitas.[4]
  • Glikosida jantung, merupakan senyawa turunan dari digitalis menghambat pompa Natrium-Kalium di membran plasma dan meningkatkan influx Na+. Masuknya Na+ diharapkan dapat memperlambat kerja pertukaran Na-Ca. [4]
  • Konsentrasi Ca2+ ekstraselular yang tinggi, bekerja melalui 2 mekanisme:
  1. Megurangi pertukaran Natrium eksternal dengan Ca internal.[4]
  2. Ca masuk ke dalam sel miokardium melalui kanal Ca 2+ tipe L selama aksi potensial.[4] Konsentrasi Na+ ekstraselular yang rendah menurunkan gradient Na+, menurunkan pertukaran Na-Ca dan memperkuat kontraktilitas.[4]
  • Meningkatkan denyut jantung, meningkatkan reticulum sarkoplasmik menyipan Ca2+ dan juga meningkatkan influx Ca2+ selama aksi potensial.[4]

Obat-obat Inotropik Positif

Obat inotropik positif bekerja dengan meningkatkan kontraksi otot jantung (miokardium) dan digunakan untuk gagal jantung, yakni keadaan dimana jantung gagal untuk memompa darah dalam volume yang dibutuhkan tubuh.[5] Keadaan tersebut terjadi karena jantung bekerja terlalu berat atau karena suatu hal otot jantung menjadi lemah.[5] Beban yang berat dapat disebabkan oleh kebocoran katup jantung, kekakuan katup, atau kelainan sejak lahir dimana sekat jantung tidak terbentuk dengan sempurna.[5] Terdapat 2 jenis obat inotropik positif, yakni glikosida jantung dan penghambat fosfodiesterase.[5]

Glikosida jantung

Glkosida jantung adalah alkaloid yang berasal dari tanaman Digitalis purpurea yang kemudian diketahui berisi digoksin dan digitoksin.[5] Keduanya bekerja sebagai inotropik positif pada gagal jantung.[5]

  • Digoksin, kodenya 7-211 [5]
  • Digitoksin, kodenya 7-211 [5]

Penghambat fosfodiesterase

Obat-obat dalam golongan ini merupakan penghambat enzim fosfodiesterase yang selektif bekerja pada jantung.[5] Hambatan enzim ini menyebabkan peningkatan kadar siklik AMP (cAMP) dalam sel miokardium yang akan meningkatkan kadar kalsium intrasel.[5]

Inotropik negatif

Faktor penyebab

Faktor yang bekerja sebagai inotropik negatif (-) adalah sebagai berikut:

  • Peningkatan aktivitas penyekat kanal Ca2+ akan berfungsi sebagai inotropik negatif dengan menghambat kerja kanal Ca2+ tipe L, sehingga mengurangi masuknya Ca2+ selama masa plateau aksi potensial. Contoh obat inotropic positif adalah verapamil, diltiazem, dan nifedipin.[4]
  • Rendahnya konsentrasi Ca2+ ekstraselular yang terjadi akibat berkurangnya pengeluaran Ca2+ dan influks Ca 2+.[4]
  • Kadar natrium ekstraselular yang tinggi akibat peningkatan kerja pertukaran Na-Ca sehingga menurunkan kadar influks Ca.[4]


Rujukan

  1. ^ Dorland, W. A. Newman (2011). Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta: EGC. hlm. 571. ISBN 978-979044-070-8. 
  2. ^ a b c d e Martini, Nath, Bartholomew (2012). Fundamental of anatomy and physiology Ninth Edition. San Francisco: Pearson. hlm. 701. ISBN 0-321-73553-6. 
  3. ^ a b c d Paramita Hapsari (2010). "KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2008" (PDF). Diakses tanggal april 1 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k Ronny, Setiawan, Sari Fatimah (2008). Fisiologi Kardiovaskular Berbasis Masalah Keperawatan. jakarta: Buku Kedokteran EGC. hlm. 38. ISBN 978-979-044-020-3. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l Raden Sanjoyo (2005). "Sistem Kardiovaskuler" (PDF). Yogyakarta. Diakses tanggal April 2 2014.