Lompat ke isi

Homo ludens

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
sekumpulan orang yang sedang bermain judi

Homo Ludens adalah sebuah konsep yang memahami bahwa manusia merupakan seorang pemain yang memainkan permainan.[1] Homo ludens sendiri merupakan sebuah konsep yang muncul atau ditemukan dalam kebudayaan.[1] Dengan kata lain, setiap kebudayaan memperlihatkan karakter manusia sebagai pemain.[1] Konsep homo ludens merupakan sebuah fenomena budaya.[1] Bahkan dapat dikatakan bahwa konsep tentang permainan sudah ada jauh sebelum kebudayaan.[1] Salah satu contoh yang membuktikan hal ini adalah kita dapat melihat konsep homo ludens dalam bentuk sederhana dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada hewan peliharaan.[1] Ketika kita melihat hewan peliharaan kita bermain maka saat itulah kita melihat bahwa konsep tentang bermain itu terjadi tanpa perlu suatu pola atau petunjuk.[1] Dalam hal ini, bermain dapat dikatakan sebagai insting.[1] Permasalahannya adalah ketika kita mengatakan bahwa bermain sebagai insting maka permainan itu berarti sempit.[1] Sedangkan jika bermain dikatakan sebagai sebuah kehendak atau sebuah pikiran maka makna dari bermain itu akan menjadi luas.[1] Konsep homo ludens ini didasarkan pada konsep Deus Ludens yaitu konsep gambaran karakter Allah yang bermain atau bersenang-senang.[2][3]

Perspektif psikologi

Konsep homo ludens juga memainkan peranan penting dalam dunia psikologi.[1] Kegiatan bermain ini menjadi salah satu subjek penelitian dalam dunia psikologi.[1] Dalam dunia psikologi, para ahli psikologis berusaha mencari pola perilaku dari pemain dalam melakukan permainan.[1] Tidak hanya melihat pola perilaku, mereka juga berusaha menentukan fungsi biologis dari kegiatan bermain.[1] Penelitian tersebut kemudian berujung pada pertanyaan tentang mengapa manusia bermain serta apa sebab-sebab manusia bermain.[1] Pertanyaan lain yang muncul adalah apakah arti dari bermain dan apakah dampak yang dirasakan pemain dari kegiatan bermain.[1] Hal yang paling esensi dan yang menjadi pertanyaan utama adalah bagaimana seorang manusia dapat merasakan kesenangan di tengah permainan, bahkan walaupun permainan itu mengecewakan pemain?[1] Salah satu contoh terkait pertanyaan ini adalah bagaimana seorang penjudi bisa merasakan kesenangan dalam bermain judi walaupun ia telah kalah?[1] Melalui pertanyaan ini, kita dapat menemukan esensi dari kegiatan bermain.[1] Kesenangan atau kepuasan dalam bermain ini tidak dapat dianalisis secara total dan juga tidak mampu diinterpretasi secara logis.[1] Bahkan sebagai sebuah konsep, kesenangan dalam permainan tidak dapat disederhanakan ke dalam salah satu bentuk kategori mental.[1]

Pengaruh

Konsep homo ludens mempengaruhi kehidupan manusia.[2] Homo ludens merupakan pasangan dari homo faber yaitu konsep yang memperlihatkan gambaran manusia sebagai pekerja.[2][4][5] Dengan adanya konsep homo ludens, maka dapat tercipta sebuah keseimbangan dalam kehidupan.[2] Keseimbangan kehidupan yang dimaksud ialah manusia tidak melulu harus bekerja tetapi manusia juga harus menyediakan waktu untuk bersantai atau bermain.[2]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u (English) Johan Huizinga. 1950. Homo Ludens: A study of the play element in culture. London: Roy Publishers.
  2. ^ a b c d e Emanuel Gerrit Singgih. 2011. Dari Eden ke Babel: Sebuah Tafsir Kejadiaan 1-11. Yogyakarta: Kanisius.
  3. ^ (English) Belden C. Lane. 1998. The Solace of Fierce Landscape. New York: Oxford University Press. Hlm 179-180.
  4. ^ (English) Keekok Lee. 1999. The Natural and the artefactual: The Implication of Deep Science and Deep Technology for environmental philosophy.Maryland: Lexington Books.
  5. ^ (English) Richard Kearney. 2001. God who may be: a Hermeneutic Religion. Bloomington:Indiana University Press. Hlm 106-109.