Ahmad Sanusi
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP79Pandu (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 5 Mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 26 April 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP79Pandu (Kontrib • Log) 3851 hari 71 menit lalu. |
Ahmad Sanusi atau dikenal dengan sebutan Kiai Haji Ahmad Sanusi atau Ajengan Genteng (lahir 18 september 1889 di Desa Cantayan, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi - meninggal tahun 1950 di Sukabumi pada umur 61 tahun) adalah tokoh Sarekat Islam (dan) dan pendiri Al-Ittahadul Islamiyah (AII).[1][2] Pada awal Pemerintahan Jepang AII dibubarkan dan secara diam-diam ia mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII).[1][3] Ia juga pendiri Pondok Pesantren Syamsul Ulum Sukabumi.[1] Selain itu, Kiai Sanusi juga pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tahun 1945.[1][4]
Awal kehidupan dan pendidikan
Kiai Sanusi adalah putera dari Ajengan Haaji Abdurrahim bin Yasin, pengasuh Pesantren Cantayan di Sukabumi.[1][5] Sebagai putera seorang ajengan, ia telah belajar ilmu-ilmu keislaman sejak ia masih kanak-kanak, selain ia juga banyak belajar dari para santri senior di pesantren ayahnya.[1]
Menginjak usia dewasa, Kiai Sanusi mulai mengaji di beberapa pesantren di Jawa Barat.[1] Di antara pesantren yang pernah ia singgahi dan beberapa ulama yang menjadi gurunya adalah: [1]
- Pesantren Salajambe, Cisaat, asuhan K.H. Muhammad Anwar
- Pesantren Gudang, Tasikmalaya, asuhan K.H. Sujai
- Pesantren Gentur, Jambudwipa, Cianjur, asuhan K.H. Ahmad Satibi
- Pesantren Sukamantri, Cisaat, Sukabumi, asuhan K.H. Muhammad Siddiq
- Pesantren Sukaraja, Sukabumi, asuhan K.H. Zainul Arif
Pada usia 20 tahun, ia menikah dengan Siti Juwariyah binti Haji Afandi yang berasal dari Kebon Pedes, Baros, Sukabumi.[1] Setelah menikah, ia dikirim ayahnya ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu-ilmu keislaman.[1] Di Mekah, ia berguru kepada ulama-ulama terkenal, khususnya dari kalangan al-Jawi (Melayu). Di antara guru-guru Kiai Sanusi di Mekah adalah: [1]
- Syeikh Muhammad Junaidi
- Syeikh Mukhtar Attarid (asal Bogor)
- Syeikh Said Jawani
- Syeikh Saleh Bafadlal
- Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi
Mendirikan Pesantren
Sepulang belajar dari Mekah, Kiai Sanusi kembali ke Indonesia untuk membantu ayahnya mengajar di Pesantren Cantayan.[1] Setelah tiga tahun membantu ayahnya, ia mulai merintis pembangunan pondok pesantrennya sendiri yang terletak di Kampung, sebelah utara desa Cantayan, sehingga ia kemudian dikenal dengan sebutan Ajengan Genteng.[1]
Pemikiran
Ketika belajar di Mekah, Kiai Sanusi telah mengenal ide-ide pembaharuan dari Syeikh Muhammad 'Abduh, Syeikh Muhammad Rasyid Ridla, dan jamaluddin al-Afghani, melalui buku-buku dan majalah aliran pembaharuan di Mesir. Namun, ia tetap mengikuti mazhab Syafi'i sebagaimana yang dilakukan kedua gurunya, Syeikh Ahmad Khatib dan Syeikh
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m H.M. Bibit Suprapto (2009). Ensiklopedi Ulama Nusantara. Gelegar Media Indonesia. ISBN 979-98066-1114-5. Halaman 212-215.
- ^ www.pelitatangerang.com: KH Ahmad Sanusi, Sukabumi. Diakses 27 April 2014
- ^ www.sukabumikota.go.id: PUI Telah torehkan Karya Positif bagi Bangsa dan Negara. Diakses 27 April 2014
- ^ www.ensikperadaban.com: Ahmad Sanusi. Diakses 27 April 2014
- ^ Ajengan Ahmad Sanusi: Pejuang Syariah Islam. Diakses 27 April 2014
- ^ "Dua Ulama Jabar Dapat Gelar Pahlawan Nasional". www.news.okezone.com. 8 November 2008. Diakses tanggal 27 April 2014.