Lompat ke isi

Film jagal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 3 Mei 2014 08.17 oleh Kenrick95Bot (bicara | kontrib) (Bot: Penggantian teks otomatis (-ditahun +pada tahun))

Film jagal atau dalam bahasa Inggrisnya film slasher adalah sub-ragam dari film horor yang membuat sebuah plot klise tersendiri yang termasuk seorang pembunuh psikopat yang memburu dan membunuh korbannya dengan cara-cara yang brutal, seringnya dengan alat-alat tajam seperti pisau atau kapak. Kendati istilah "slasher" atau "jagal" digunakan dalam film horor yang mengetengahkan adegan pembunuhan, genre ini mempunyai karakteristik yang membedakannya dalam genre yang hampir sama, film berdarah.

Perkembangan

Sejarah dan pengaruh

Pelopor

Kemungkinan film paling awal yang bisa disebut sebagai film jagal adalah film Thirteen Women (1932) yang mengisahkan sebuah rumah persaudaraan tua yang berisikan seorang perempuan yang membalas dendam atas perlakuan teman-temannya yang sering mengejek rasnya yang campuran. Film lainnya adalah film Peeping Tom (1960). Film ini mengetengahkan plot tentang seorang pria yang membunuh para wanita sambil menggunakan kamera film portabel untuk merekam ekspresi mereka saat sekarat. Film ini dikatakan kontroversial saat dirilis karena dianggap ingin menyamai kesuksesan film Psycho milik Alfred Hitchcock yang dirilis 3 bulan sebelumnya. Film Psycho dianggap menjadi 'ibu dari seluruh film jagal' dengan teknik plot dan pengarahan kamera serta musik yang hingga kini masih digunakan sebagai bagian penting yang tidak resmi dari film jagal. Sebuah film yang ingin mengikuti jejak Psycho, Dementia 13 dirilis tahun 1963 dengan sutradara Francis Ford Coppola.

Film berdarah

Film berdarah atau dalam bahasa Inggrisnya film splatter dimulai oleh orang yang mengklaim dirinya sebagai "guru kesadisan", Herschell Gordon Lewis. Dia memulai ragam film berdarah pada tahun 1963 dengan filmnya yang berjudu Blood Feast. Blood Feast dibuat dengan cepat dan bujet yang murah tapi berbeda dengan ragam jagal, film Blood Feast lebih mengetengahkan adegan mutilasi dan pembunuhan dengan konsentrat yang lebih banyak. Lewis membawa formula yang ia buat ke banyak film seperti 2000 Maniacs, Color Me Blood Red dan The Gruesome Twosome.

Giallo

Pengaruh film jagal lain adalah sub-genre darinya, yakni genre Giallo. Genre film ini dibuat oleh film-film yang dibuat banyak sutradara Italia, yang paling sering dan terkenal adalah Dario Argento dan Mario Bava. Film-film ini bisa diketahui dengan adegan pembunuhan dan plot yang mengerikan yang lebih komplet dan banyak dibandingkan film jagal. Film giallo yang paling terkenal salah satunya adalah Blood and Black Lace (1963) dan Twitch of the Death Nerve (1971) karya Mario Bava. Beberapa kritikus memberi catatan bahwa film-film ini juga memberikan pengembangan baru baik dalam sub-ragamnya maupun ragam jagal sendiri. [1] Ditulis pada tahun 2000, Tim Lucas menulis bahwa Bava adalah “the acknowledged smoking gun behind the ‘body count’ movie phenomenon of the 1980s, which continues to dominate the horror genre two decades later with such films as Scream, I Know What You Did Last Summer, and their respective sequels.”[2] Menurut Gary Johnson, “Twitch of the Death Nerve is one of the most imitated movies of the past 30 years. It helped kick start the slasher genre….[Bava’s] influence still resonates today (although somewhat dully) in movies such as I Know What You Did Last Summer, Scream, and Urban Legend.”[3]. Johnson juga menyatakan bahwa Blood and black Lace adalah "Equipped with his colored gels and his predatory camera, Bava arguably created the slasher subgenre and kicked down the door for subsequent directors to stick in their cinematic blades as well, for better or worse. Hitchcock toyed with us, Powell showed us but kept his emotional distance, but Bava passionately reveled in the shock of it all. Camera as weapon; the masked killer as cipher upon whom the audience was almost gleefully invited to imprint their darkest animosities. "[4] Film Amerika tahun 1992, Knight Moves dideskripsikan secara online bahwa itu adalah film giallo barat dengan elemen-elemennya yang sama.[5]

Film eksploitasi

Tahun 1970an dipercaya sebagai Masa Keemasan untuk film-film eksploitasi, yang bisa ditandai dengan bujetnya yang rendah dan eksploitasi dari seluruh aspek yang biasanya tabu dan sensasional dalam sebuah film. Yakni, adegan seks dan kekerasan yang berdurasi panjang dan eksplisit, penggunaan obat, nuditas, kesadisan, vandalisme, dan sejenisnya. Film-film ini disambut secara umum oleh penonton dewasa yang jenuh dengan pengeksekusian film-film terkenal dizaman itu di Amerika Serikat dan Eropa. Sebagai tambahan, eksploitasi yang banyak terjadi di genre ini disebabkan untuk menarik penonton ke bioskop dari televisi.

Lagi yang pentin dalam pengembangan sub-ragam jagal adalah film pemerkosaan dan balas dendam, yang salah satu pelopornya adalah film debut sutradara Wes Craven yang berjudul Last House on the Left (1972). [6]. Tahun 1970an banyak sutradara muda yang mengharumkan nama ragam jagal dengan masing-masing karyanya seperti Wes Craven, Tobe Hooper, John Carpenter dan lainnya. Dari ketiga sutradara ini menghasilkan film yang fenomenal dalam ragam jagal dan menghasilkan banyak sekuel.[7][8][9] Film jagal pada zaman itu banyak dikategorikan sebagai film eksploitasi karena seringnya aspek film eksplotasi seperti bujet rendah, seksualitas, dan kesadisan serta teror yang dimunculkan.[10]

Awal film jagal

Film jagal
Tanggal rilis

Film yang benar-benar dikategorikan secara penuh sebagai film jagal pertama kali adalah Black Christmas (1974) yang disutradarai oleh Bob Clark yang nantinya menjadi sutradara A Christmas Story. Black Christmas dikategorikan sebagai salah satu film horor yang mempunyai karateristik film jagal seperti; penguntit misterius, korban-korban remaja, lokasi terpencil yang jauh dari pihak berwajib dan pengawasan orang dewasa, adegan "perspektif pembunuh" yang memuat kamera yang 'bertingkah' seperti mata pembunuh, dan kekerasan pembunuhan dan kesadisan yang grafikal.[11] Film tersebut diremake pada tahun 2006 oleh Dimension Films. Film-film lain yang membantu dimulainya ragam jagal adalah Scream Bloody Murder, Silent Night, Bloody Night, The Toolbox Murders, Drive-In Massacre, dan The Driller Killer. Semua film tersebut mulanya tidak sukses sebelum kesuksesan yang besar untuk film jagal yakni film Halloween (1978) karya John Carpenter dan Friday the 13th (1980) karya Sean S. Cunningham, keduanya mempunyai banyak sekuel dan media adaptasi semacam komik, novel, kartun, dan sebagainya. Halloween, kendati bukan film pertama dalam genre ini, tetapi adalah yang pertama memperkenalkan konsep pembunuh yang sangat jahat dan konsep lain yang tidak hanya menambahkan, tapi juga menemukan tren yang nantinya sering digunakan di film-film jagal sekarang. Padahal, film Halloween adalah salah satu film jagal yang tidak terlalu menyorot kesadisan dalam isinya.[12][13][14]

Masa keemasan

Mengikuti trend Black Christmas, Halloween, dan Friday the 13th, banyak film dalam era 1970-1980an yang memfokuskan tema horor di hari libur atau acara khusus, seperti My Bloody Valentine, New Year's Evil, Happy Birthday to Me, April Fool's Day, Prom Night, Christmas Evil, Mother's Day, dan Silent Night, Deadly Night (diikuti oleh lainnya seperti The Funhouse, Bloody Birthday, The House on Sorority Row, Hell Night, Terror Train, Visiting Hours, Mortuary, Alone in the Dark, Madman, Just Before Dawn, Curtains, Stage Fright, Sleepaway Camp, Intruder, Slaughter High, dan Night Warning).

Saat popularitas genre itu meningkat, penonton lama kelamaan bosan dengan keklisean plot yang memang adalah satu kesatuan dengan film beragam jagal, kendati begitu peminatnya masih sangat banyak. Akhirnya banyak inovasi yang terjadi dalam pengembangannya pada masa keemasan. Seperti di A Nightmare on Elm Street dan Child's Play yang menambahkan bumbu supernatural dan komedi. Film-film sebelumnya seperti Psycho dan The Texas Chain Saw Massacre, juga menjadi ikut populer dan sekuelnya diperbanyak. Genre ini mencapai puncaknya pada tahun 1983, dimana pada tahun tersebut menurut buku Crystal Lake Memories, hampir 60% dari tangga box-office diambil oleh film-film jagal.

Waralaba dan antihero

Banyaknya waralaba yang ada dalam ragam ini lama kelamaan memfokuskan sangat lebih banyak pada kembali penjahat daripada korban yang selamat, efektifnya mentransformasikan karakter itu menjadi monster yang menakutkan dan menjadi antihero. Karakter yang terkenal adalah Leatherface, Freddy Krueger, Jason Voorhees, Michael Myers, Chucky dan Ghostface yang menjadi beberapa dari karakter horor ikonik paling terkenal dalam lingkungan film horor Amerika di abad ke-20.

Penolakan dan Langsung-ke-video

Keuntungan dari ragam jagal mulai menyusut, dan kontroversi terhadap subyeknya membuat banyak studio memutuskan untuk berhenti memproduksi dan mendistribusikan film jagal. Sekuel-sekuel dari banyak serial jagal populer termasuk serial baru seperti Leprechaun, kebanyakan berlanjut dengan rilis di bioskop atau langsung ke kemasan video/DVD dipertengahan 1990an. Namun, beberapa mendapatkan kesuksesan dengan melanjutkan serial yang memang sudah populer dari dulu.

Kebangkitan dan Remake

Scream dan Siklus Film Baru

Film jagal kembali menunjukkan kebolehannya menguasai bioskop di pertengahan tahun 1990an, setelah dimulai oleh film Scream (1996) yang disutradarai Wes Craven. Film ini mendapatkan kritik dan penghasilan yang positif, yang mana membuat generasi baru dari genre ini. Yang paling diapresiasikan adalah bagaimana film ini menawarkan sebuah kondisi satire dimana tokoh-tokoh yang berada dalam film tersebut 'menyadari' bahwa mereka ada dalam (kondisi) sebuah film jagal dan tidak membuat kesalahan standar (contohnya mengatakan "I'll be right back"/Aku akan kembali). Para kritikus mengatakan dengan plot yang pintar membuat film ini lebih berfokus pada suspense-nya ketimbang kesadisaannya. Sampai saat ini, film Scream adalah film jagal terlaris sepanjang masa dengan perolehan pendapatan sebesar $500 juta dolar lebih.[1]

Poster rilis film Scream.
Poster rilis film Scream.

Scream memberikan pandangan dan aturan baru dalam film jagal seperti referensi satir, pengembangan karakter, level reduksi dalam penampilan kekerasan, dan hadirnya aktor serta artis yang sudah dikenal masyarakat. Hal-hal tersebut tidak dimunculkan dalam film-film jagal sebelumnya. Trend ini berlanjut pada pertengahan 1990an dengan film remake Psycho, I Know What You Did Last Summer, Urban Legend, Valentine, Cherry Falls, dan Jason X.

Chucky dari Child's Play kembali ke layar lebar, pertama dengan film Bride of Chucky dan kemudian dengan Seed of Chucky. Pada tahun 2003, dua serial film jagal terbesar, Nightmare on Elm Street dan Friday the 13th, dikombinasikan oleh New Line Cinema dalam film Freddy vs. Jason[15].

Penyutradaraan selanjutnya

Banyak sutradara muda dan baru yang membuat film mereka sendiri berdasarkan gabungan dari film-film lama mereka yang diidolakan. Misalkan Rob Zombie dengan filmnya House of 1000 Corpses (2003) dan The Devil's Rejects (2005) dan Eli Roth dengan filmnya Cabin Fever (2002).

Pada tahun 2005, Eli Roth kembali menelurkan film yang lebih sadis daripada Saw untuk mengikuti jejak suksesnya, yakni film Hostel (2005), yang memengaruhi film yang bergarisbesar sama seperti Turistas, Wrong Turn, dan Captivity.

Daur ulang dan cipta ulang

Pada tahun 1998, Halloween kembali mengulang kesuksesan serialnya setelah kesuksesan waralaba Scream. Film barunya, Halloween H20: 20 Years Later, dipahami sebagai sekuel langsung dari Halloween II, dan dilanjutkan dengan sekuel lanjutannya, Halloween: Resurrection.

Kebangkitan lain ditandai adanya daur ulang dari The Texas Chainsaw Massacre yakni The Texas Chainsaw Massacre, prekuelnya, The Texas Chainsaw Massacre: The Beginning menambah popularitas waralaba ini. Kesuksesan TCM membuat banyak remake dari film-film jagal seperti film 2008)|Prom Night]], My Bloody Valentine 3D, Friday the 13th, Sorority Row dan A Nightmare on Elm Street. Remake Child's Play dan Hellraiser sedang dalam pengembangan.

Pengaruh dari luar Amerika Serikat

Beberapa jagal yang baik keluar dari negara Perancis di antaranya di yahun 2003, sutradara Perancis, Alexandre Aja, membuat sebuah film yang dikategorikan sebagai salah satu film jagal terbaik pada tahun 2000an, yakni Haute Tension. dan Them yang disutradarai oleh David Moreau.

Mendefinisikan film jagal

Definisi film jagla tergantung dari berbagai pendapat, namun secara umum, film jagal mengandung formula yang menjadi ciri khusus.

Film jagal bisa terpisah menjadi dua sub-bagian: satu bagian mengenai identitas pembunuh yang diketahui sejak awal dan hanya dimunculkan bagian masa lalu dan pembunuhnya, dan satu lagi adalah identitas pembunuh yang tidak diketahui dan pada akhirnya memunculkan akhir cerita yang tidak diduga.

Ada banya debat mengenai bagaimana cara mendefinisikan film jagal atau bukan yang berkategori hampir sama. Untuk contoh, Vera Dika lebih mendefinisikan sub-genre di bukunya Games of Terror yang ada pada tahun 1978-1984[16] . Carol Clover dalam bukunya Men, Women and Chainsaws mempunyai definisi yang lebih luas dengan memasukkan film-film jagal awal seperti Texas Chainsaw Massacre dan sekuelnya.[17] Dalam buku Peter Hutchings, The Horror Film mempertimbangakn bahwa film yang mengikuti kesuksesan Halloween berbeda dengan film sebelumnya (seperti Black Christmas).[18]

Dika mendefinisikan film jagal berdasarkan struktur plotnya yang klise. Dia mengkategorikan film jagal secara luas mengikuti formula ini:

Kejadian masa lalu

  1. Sebuah grup anak muda bersalah dalam sebuah kejadian (kebanyakan melibatkan pembunuhan).
  2. Pembunuh melihat kesalahan itu, biasanya pembunuh itu mempunyai kedekatan dengan yang terbunuh.
  3. Pembunuh merasakan kehilangan
  4. Pembunuh membunuh anggota grup tersebut satu-persatu.

Kejadian sekarang

  1. Sebuah peristiwa memperingatkan kejadian lampau tersebut.
  2. Kekuatan pembunuh itu muncul kembali.
  3. Pembunuh mengidentifikasi anggota yang bersalah.
  4. Secara opsional, seorang tua memperingatkan grup anak muda tersebut.
  5. Grup itu memutuskan untuk tidak peduli.
  6. Muncul satu atau beberapa orang yang mulai memperdulikan. Pahlawan film mulai terlihat disini.
  7. Pembunuh mulai menguntit dan meneror grup itu.
  8. Anggota grup itu pada beberapa film terdapat satu orang dari pihak berwajib.
  9. Satu-persatu, anggota grup muda itu dibunuh oleh sang pembunuh.
  10. Pahlawan film itu melihat pembunuhan itu (serta pembunuhnya).
  11. Pehlawan film melakukan perlawanan dengan pembunuh.
  12. Pahlawan film membunuh atau mengalahkan sang pembunuh.
  13. Pahlawan film selamat.
  14. Tapi pahlawan film tidak bebas, dalam sekuel ia bisa mati terbunuh, bisa juga tidak.[19]

Dia kemudian melanjutkan pada penonton film yang bisa dibagi menjadi tiga bagian:

  • Katarsis—Berusaha lepas dari ketakutan yang ada pada hari itu.
  • Rekreasi—Mencari sebuah pengalaman yang menegangkan dan menakutkan.
  • Pemindahan—Gairah seksual penonton yang ingin melihat karakter yang ada di film.[20]

Film jagal Indonesia

Berkas:Img body movies srigala.jpg
Poster rilis film Srigala (1981).

Ragam film jagal Indonesia bisa dibilang sangat jarang karena unsur mistik dan supernatural yang kental dalam perkembangan film horor Indonesia. Srigala yang disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra dikenal sebagai salah satu film jagal pertama di Indonesia dengan tahun rilis 1981. Ceritanya mengenai sekelompok pemburu harta karun yang menduga bahwa harta karun itu terkubur disebuah danau. Kemudian, sekelompok pecinta alam turut berkemah di danau tersebut. Terjadilah perselisihan di antara mereka dengan saling mengancam, namun satu-persatu meninggal secara misterius. Film tersebut dikatakan mencontek ide Friday the 13th. Setidaknya film tersebut adalah yang bisa terhimpun sebagai film jagal tanpa adanya unsur mistik didalamnya.

Setelah perfilman Indonesia melewati masa mati suri, pada tahun 2004 ada sebuah film berjudul Psikopat yang menceritakan sekelompok pemuda yang bertekad untuk menginap disebuah villa terpencil karena pemandangannya yang indah. Rupanya villa itu berdekatan dengan seorang pembunuh yang selalu mengambil bola mata dari setiap korbannya yang ia bunuh. Film itu mendapat cacian dari kritikus.

Tahun 2008, Mouly Surya, membuat sebuah film thriller berjudul Fiksi. yang dibintangi oleh Ladya Cheryl sebagai tokoh utamanya. Film itu bisa dikategorikan sebagai sebuah film jagal. Mengetahui bahwa plot yang diusungnya mengutamakan pembunuhan yang dilakukan seorang wanita demi menuntaskan cerita-cerita fiksi yang ditulis oleh seorang pria yang ia cintai. Cerita-cerita itu rupanya adalah kenyataan yang ada di lingkungan rumah susun yang ditinggali pria itu. Film ini berhasil ditampilkan di Festival Film Pusan tahun 2008 dan mendapatkan respon positif dari kritikus.

Pada tahun 2009, film Air Terjun Pengantin mempunyai tema yang sama dengan kebanyakan film jagal yang menceritakan seorang perempuan mengajak sepupunya dan teman-teman sepupunya untuk pergi ke sebuah pulau yang mempunyai masa lalu yang kelam. Mereka tidak menyangka bahwa pembuat masa lalu yang kelam itu masih berada di pulau tersebut dan mengincar mereka sebagai tumbal. Film ini terlihat lebih mengutamakan keseksian pemainnya sehingga unsur horor menjadi subplot. Sebelumnya, ada dua film lain yakni Pintu Terlarang dan Darah Perawan Bulan Madu yang uniknya, keduanya berasal dari karya Sekar Ayu Asmara. Pintu Terlarang menceritakan seorang pematung yang dilanda kesuksesan setelah pameran patungnya berhasil laris. Lambat laun pematung itu merasakan ada keanehan pada istrinya, seakan ada yang coba ia sembunyikan, lewat sebuah tayangan TV ilegal, pematung itu berhasil mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupannya, tapi sebelum itu ada sebuah akhir yang mengejutkan dan berdarah. Darah Perawan Bulan Madu mengetengahkan kisah sepasang suami istri yang berbulan madu di sebuah pulau. Sang istri mulai takut dengan apa yang terjadi sebenarnya dalam pulau itu karena ia sering melihat penampakan dan sesuatu yang mengejutkan ternyata berada dibalik penampakan tersebut. Kedua film ini bisa dibilang kurang laris, namun berbeda dengan Darah Perawan Bulan Madu, Pintu Terlarang diberikan komentar positif baik dari luar maupun dalam negeri.

Tahun 2010, film Rumah Dara menjadi film jagal yang sukses secara komersial dan kualitas pertama kali di Indonesia. Film ini membawa semua "aturan" genre tersebut dalam filmnya. Ceritanya mengenai sebuah grup yang dalam perjalanan mengantarkan seorang perempuan yang kerampokan ke rumah perempuan itu. Ternyata perempuan itu bersama saudaranya dan sang ibu adalah kanibal dan berniat membunuh grup tersebut hanya untuk mendapatkan bayi yang masih dalam kandungan. Kemudian dirilis ditanggal yang sama, ada film Jejak Darah yang sebenarnya lebih ke film horor daripada jagal. Namun isinya yang mengetengahkan pembunuhan para wanita hamil dan adegan akhirnya, membuat film ini termasuk dalam genre ini. Ceritanya mengenai kedua sahabat yang harus menerima kematian teman mereka karena infeksi aborsi, lima tahun kemudian setelah bertemu kembali mulailah mereka mengusut kematian teman mereka yang bermuara pada klinik aborsi yang satu tempat dengan toko penjualan krim wajah. Dua bulan setelah perilisan Jejak Darah, sutradara Nayato Fio Nuala merilis film Affair (2010) sebagai film jagal. Film ini menceritakan tentang kehidupan dua sahabat perempuan yang 'terusak' akibat perasaan suka mereka dengan seorang pria. Kemudian, salah seorang perempuan itu membunuh sahabatnya sendiri. Dan hantu sahabatnya tidak tinggal diam. Pertengahan 2010, film Pengantin Topeng karya Awi Suryadi juga merupakan film jagal. Unsur dalam film ini hampir sama dengan Air Terjun Pengantin. Kemudian, Nayato Fio Nuala dengan nama Koya Pagayo membuat film berjudul Nakalnya Anak Muda.

Referensi

  1. ^ Johnson, Gary. "Twitch of the Death Nerve". Images. http://www.imagesjournal.com/issue10/reviews/mariobava/twitch.htm. Retrieved on 2006-12-08.
  2. ^ Lucas, Tim. Twitch of the Death Nerve DVD, Image Entertainment, 2000, liner notes. ASIN: B000055ZCA
  3. ^ http://www.imagesjournal.com/issue10/reviews/mariobava/twitch.htm Johnson, Gary. "Twitch of the Death Nerve
  4. ^ http://www.imagesjournal.com/issue10/reviews/mariobava/bloodblack.htm
  5. ^ http://www.imdb.com/title/tt0104627/usercomments
  6. ^ Adam Rockoff, Going to Pieces: The Rise and Fall of the Slasher Film, 1978 – 1986 (Jefferson, N.C.: McFarland & Company, 2002), chap. 4, ISBN 0-7864-1227-5.
  7. ^ Eat Horror—Tobe Hooper Biography
  8. ^ John Kenneth Muir, Wes Craven: The Art of Horror, Pg. 171 ISBN 0-7864-1923-7.
  9. ^ 70s Horror Films—Director Profiles
  10. ^ Allmovies—"Exploitation Movies: Bikers, Babes, and Slashers"
  11. ^ Arrow in the Head—Black Christmas (1974) Review
  12. ^ Adam Rockoff, Going to Pieces: The Rise and Fall of the Slasher Film, 1978 – 1986 (Jefferson, N.C.: McFarland & Company, 2002), chap. 3, ISBN 0-7864-1227-5.
  13. ^ IGN—Top 25 Movie Franchises of All Time: #7
  14. ^ Popcorn Pictures—Friday the 13th (1980) Review
  15. ^ Fall Frights: GOING TO PIECES: THE RISE AND FALL OF THE SLASHER FILM (Film Review)
  16. ^ Vera Dika, Games of Terror: Halloween, Friday the 13th and the Films of the Stalker Cycle, (Fairleigh Dickinson University Press, 1990), ISBN 0-8386-3364-1.
  17. ^ Carol Clover, Men, Women and Chainsaws: Gender in the Modern Horror Film, (Princeton University Press, 1993), 0-6910-0620-2
  18. ^ Peter Hutching, The Horror Film (Longman, 2004), 0-5824-3794-6
  19. ^ Vera Dika, Games of Terror: Halloween, Friday the 13th and the Films of the Stalker Cycle, (Fairleigh Dickinson University Press, 1990), ISBN 0-8386-3364-1.
  20. ^ Vera Dika, Games of Terror: Halloween, Friday the 13th and the Films of the Stalker Cycle, (Fairleigh Dickinson University Press, 1990), ISBN 0-8386-3364-1.

Pranala luar