Lompat ke isi

Psikologi olahraga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Psikologi olahraga adalah ilmu psikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga, meliputi faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap atlet dan faktor-faktor di luar atlet yang dapat mempengaruhi penampilan atlet.[1] Psikologi olahraga merupakan salah satu dari tujuh sub-disiplin ilmu keolahragaan yang telah berkembang selain sport medicine, sport biomechanics, sport pedagogy, sport sociology, sport history dan sport philosophy.[2]

Sejarah Munculnya Psikologi Olahraga

Pada awalnya, psikologi olahraga muncul di Amerika Utara pada tahun 1898.[1] Pada saat itu Norman Triplett, seorang psikolog dari Universitas Indiana ingin mengetahui mengapa atlet balap sepeda akan mengendarai sepeda lebih cepat saat bertanding dalam kelompok atau berpasangan, dibandingkan ketika atlet-atlet tersebut bersepeda sendirian.[1][3] Triplett pun menyimpulkan adanya pengaruh psikologis tertentu pada penampilan atlet balap sepeda yang ia sebut sebagai faktor keberadaan orang lain.[1] Triplett juga melakukan penelitian eksperimen terhadap anak-anak yang memancing.[1] Ia menemukan bahwa separuh dari jumlah anak dipengaruhi oleh keberadaan orang lain sehingga ada pengaruh lingkungan sosial sebagai faktor munculnya sikap kompetitif.[1] Sehubungan dengan penelitian-penelitian yang dilakukan Triplett, maka ia disebut sebagai orang pertama yang melakukan studi di bidang Psikologi Olahraga.[1]

Sejarah Psikologi Olahraga Di Indonesia

Psikologi Olahraga di Indonesia merupakan cabang psikologi yang sangat baru meskipun pada praktiknya telah berlangsung kegiatan para psikolog dalam berbagai cabang olahraga di Indonesia selama beberapa tahun.[1] Secara resmi Ikatan Psikologi Olahraga di Indonesia baru dibentuk pada tanggal 3 Maret 1999 dan ditandatangani secara resmi pada tanggal 24 Juli 1999 dan diketuai oleh Monty P. Satiadarma.

Akan tetapi psikolog Singgih D. Gunarsa bersama dengan psikolog Sudirgo Wibowo telah memelopori kegiatan psikologi di dalam cabang olahraga bulutangkis sejak tahun 1967.[1] Sejak saat itu banyak atlet bulutangkis nasional yang memanfaatkan jasa psikolog dan ilmu psikologi dalam mencapai prestasi puncak mereka baik nasional maupun internasional.[1]

Namun kesadaran mengenai pentingnya faktor psikologis, faktor mental tidak disertai tersedianya tenaga khusus yang telah mempelajari bidang psikologi olahraga secara formal.[1] Hanya beberapa orang yang secara pribadi menyadari bahwa psikologi olahraga dapat dipelajari sendiri dari buku, kepustakaan, seminar dan pertemuan-pertemuan internasional.[1] Tercatat beberapa nama seperti Saparinah Sadli dan Suprapti Sumarmo yang pernah menangani persiapan atlet-atlet bulutangkis wanita untuk perebutan piala Uber tahun 1970.[1] Nama lain yang tercatat adalah Monty P. Satiadarma, Yohannes Rumeser, Myrna R. Soekasah, Yoanita Nasution, Enoch Markum, Aryati Prawoto, Wismaningsih, Surastuti Nurdadi, Rosa Hertamina, Feisal, Wardhani, Gunawan, dan Latief.[1]

Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia di bawah Komisi Nasional Pendidikan Jasmani dan olahraga (Komnas Penjasor) pada bulan Agustus 2007 telah mengambil inisiatif dengan menyelenggarakan Workshop Kajian Disiplin Keilmuan Olahraga.[2] Sub-disiplin keilmuan olahraga yang dibahas adalah manajemen olahraga, kepelatihan olahraga, filsafat olahraga, fisiologi olahraga, adaptive physical education, dan psikologi olahraga.[2] Dari hasil workshop dikukuhkan gagasan-gagasan dan kesepakatan untuk mendirikan himpunan/ikatan keilmuan masing - masing, yang akan menampung aspirasi dan kontribusi berbagai kalangan masyarakat yang menaruh perhatian terhadap perkembangan, sosialisasi, dan perwujudan keilmuan dari setiap bidang sub-disiplin.[2] Tindak - lanjut kesepakatan tersebut belum tampak hingga kini, meskipun setiap bidang telah diminta untuk mengajukan kerangka program kegiatan masing-masing.[2]

Bidang ilmu psikologi olahraga telah mencanangkan kerangka program satu tahun ke depan di bawah nama himpunan yang sementara ditetapkan sebagai Masyarakat Psikologi Olahraga Indonesia.[2] Pada dasarnya himpunan ini terbuka lebar bagi semua orang yang menaruh perhatian besar dan mau terlibat dalam perkembangan psikologi olahraga di tanah air, baik secara teoretis maupun praksis.[2] Selanjutnya, setiap informasi yang diperoleh akan disosialisasikan ke berbagai kalangan, baik di perguruan tinggi maupun di kalangan para praktisi serta masyarakat olahraga pada umumnya.[2]

Permasalahan di bidang psikologi olahraga yang mencuat adalah:

  1. Masih kurang optimalnya pengembangan dan pengelolaan bidang kajian keilmuannya di perguruan tinggi.
  2. Sangat terbatasnya penelitian dalam bidang psikologi olahraga.
  3. Keterbatasan SDM psikologi olahraga dalam mengembangkan dan mengimplementasikan kajian keilmuannya di lapangan/kancah olahraga prestasi.
  4. Peran dan kontribusi psikologi olahraga belum dipahami dengan baik dan benar oleh masyarakat olahraga pada umumnya, bahkan oleh sebagian besar para pelatih olahraga di tanah air.
  5. Keberadaan dan potensi SDM yang mendalami psikologi olahraga belum sepenuhnya diberdayakan di dalam pembinaan olahraga nasional.[2]


Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n D. Gunarsa, Singgih (2004). Psikologi Olahraga Prestasi. PT BPK Gunung Mulia. hlm. 1,16. ISBN 979-687-239-0. 
  2. ^ a b c d e f g h i Danu Hoedaya (2007). "Psikologi Olahraga : Tinjauan Dari Perspektif Keilmuan Dan Aplikasi Dalam Olahraga Prestasi" (PDF).
  3. ^ Supratiknya, Faturochman, Sentot Haryanto, ed. (2000). Tantangan Psikologi Menghadapi Milenium Baru. Yayasan Pembina Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. hlm. 19. ISBN 979-95876-0-3.