Museum Adityawarman
Museum Adityawarman | |
---|---|
Museum Adityawarman adalah museum yang terletak di kota Padang, Sumatera Barat, tepatnya di Jalan Diponegoro No. 10, Padang.[1] Museum ini dibangun pada 1974 dan kemudian diresmikan pada 16 Maret 1977.[1] Pengambilan nama museum ini sendiri adalah dari nama salah seorang raja yang pernah berkuasa di Malayapura, Minangkabau yaitu Adityawarman yang pernah menjadi pemimpin di Istana Pagaruyung di abad ke-14, tepatnya tahun 1347-1375 yang juga sezaman dengan Kerajaan Majapahit pada masa Patih Gadjah Mada.[1][2][3] Museum ini juga disebut dengan Taman Mini ala Sumatera Barat.[4]
Pembangunan museum ini berada di areal lebih kurang 2,6 hektar dengan luas bangunan sekitar 2.854,8 meter dan diresmikan oleh Prof. Dr. Syarif Thayeb (pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia).[5] Selanjutnya museum ini diberi nama Museum Negeri Adityawarman Sumatera Barat berdasarkan Surat Keputusan Menteri No.093/0/1979 tanggal 28 Mei 1979.[5]
Sebagai museum budaya, Museum Adityawarman berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan dan melestarikan benda-benda bersejarah, seperti cagar budaya Minangkabau dan sekitarnya, serta cagar budaya nasional.[1] Salah satu di antaranya adalah bangunan yang berarsitektur Minang, bernama Rumah Bagonjong atau Baanjuang, yang tampak cantik juga sangat khas.[1]
Koleksi utama yang terdapat di Museum Adityawarman dikelompokkan ke dalam sepuluh macam jenis koleksi, yaitu: Geologika/Geografika, Biologika, Etnografika, Arkeologika, Historika, Numismatika /Heraldika, Filologika, Keramologika, Seni Rupa dan Teknalogika.[1] Koleksi lain yang dimiliki oleh museum ini adalah benda purbakala peninggalan Kerajaan Dharmasraya, yaitu berupa duplikat patung Bhairawa dan patung Amoghapasa.[3]
Di sini, pengunjung dapat membaca serta belajar tentang sistem adat yang dimiliki oleh orang Minang karena di museum ini dijelaskan dengan terstruktur bagaimana hubungan kekerabatan dalam adat Minangkabau.[1] Berbeda dari daerah-daerah lainnya di Indonesia yang pada umumnya memegang sistem kekerabatan patrilineal, Minangkabau sendiri menggunakan sistem matrilineal.[1] Sehingga, bisa dikatakan bahwa peran wanita di Minangkabau lebih tinggi dibandingkan dengan pria.[1]
Aktivitas perempuan Minang dipaparkan dengan apik di area museum.[1] Mulai dari mengasuh anak, memasak untuk keluarga dan lingkungan lebih luas, sampai tradisi lisan yang berupa pantun sebagai sarana ibu menanamkan nilai kehidupan bagi anak.[1] Kesenian banyak ditampilkan dalam upacara-upacara adat, salah satunya adalah upacara pernikahan.[1] Di salah satu sudut museum terdapat ruang peragaan pelaminan pernikahan adat Minang.[1] Tentu saja ruangan ini menjadi salah satu yang paling diminati oleh pengunjung.[1]
Selain itu, di bagian ruangan lain terdapat koleksi-koleksi benda bersejarah dan budaya dari Suku Mentawai.[1] Meskipun masih sama-sama dalam satu daerah, yakni Sumatera Barat, namun kenyataanya Suku Mentawai menerapkan adat istiadat yang sangat berbeda dengan Suku Minangkabau.[1] Suku yang berada di pulau yang terpisah dengan daratan Sumatera itu menerapkan sistem kekerabatan patrilineal.[1]
Setelah cukup menikmati berbagai koleksi museum yang sangat lengkap dan menarik, Anda bisa bersantai-santai sejenak di halaman museum yang cukup luas dan rimbun dengan banyaknya pepohonan.[1] Ditambah lagi, di halaman museum disediakan tempat duduk yang cukup banyak, sehingga para pengunjun semakin nyaman untuk mengunjungi Museum Negeri Provinsi Sumatera Barat ini.[1]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Museum Adityawarman". Desti Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
- ^ "Museum Negeri Adityawarman Sumatera Barat". Situs Resmi Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diakses tanggal 20 Desember 2011.
- ^ a b "Museum Adityawarman". Wisata Melayu. Diakses tanggal 8 Mei 2014.
- ^ "Musem Adityawarman". Pos Metro Padang. Diakses tanggal 8 Mei 2014.
- ^ a b "Museum Negeri Provinsi Sumatera Barat "Adityawarman"". Asosiasi Museum Indonesia. Diakses tanggal 8 Mei 2014.