Lompat ke isi

Cinta tak berbalas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 23 Juni 2014 13.27 oleh Farras (bicara | kontrib) (perbaiki terjemahan)
Dante memperhatikan Beatrice Portinari (baju kuning) ketika ia berjalan melewatinya bersama Lady Vanna (baju merah) dalam lukisan Dante and Beatrice, karya Henry Holiday

Cinta tidak terbalaskan adalah cinta yang tidak dibalas secara terbuka atau dipahami begitu saja, meski si pelaku biasanya ingin sekali cintanya berbalas. Orang yang dicintai mungkin atau mungkin tidak menyadari rasa cinta yang mendalam dari si pelaku. Merriam Webster Online Dictionary mendefinisikan kata unrequited sebagai "tidak berbalas atau dikembalikan."[1]

Psikiater Eric Berne menyatakan dalam bukunya Sex in Human Loving bahwa "sejumlah orang berkata bahwa cinta sebelah tangan lebih baik daripada tidak ada, namun seperti setengah bantal roti, cinta sebelah tangan tumbuh semakin keras dan cepat berjamur."[2] Namun, filsuf Nietzsche malah berkata bahwa "sesuatu yang tak dapat dilepaskan oleh orang yang mencintai adalah cintanya yang tak terbalaskan, yang tak akan pernah ia lepaskan karena ia masih peduli."[3]

Analisis

Ketidakmampuan pelaku untuk mengekspresikan dan memenuhi kebutuhan emosionalnya dapat mendorong munculnya perasaan seperti depresi, kurang menghargai diri, gelisah dan perubahan suasana hati cepat antara depresi dan euforia. Sebagai sebuah perasaan yang universal, dengan perkiraan 98% manusia pernah mengalaminya,[4] cinta tidak terbalaskan alaminya sering dijadikan subyek budaya masyarakat. Sayangnya, film, buku, dan lagu sering memperlihatkan keteguhan pelaku hancur begitu saja ketika orang yang dicintai muncul dalam pikirannya. Keberadaan naskah seperti ini memudahkan pemahaman mengenai sebab seorang pelaku yang cintanya tidak terbalaskan tetap bertahan meski ditolak'.[5]

Persahabatan platonik memberikan lahan subur untuk cinta tidak terbalaskan.[6] Obyek cinta tidak terbalaskan biasanya adalah seorang teman atau sahabat, seseorang yang sering dijumpai di tempat kerja, sepanjang masa kerja, atau aktivitas lain yang melibatkan banyak orang. Hal seperti ini menciptakan situasi canggung ketika si penyuka kesulitan mengekspresikan perasaannya yang sebenarnya, khawatir bahwa pengungkapannya akan menimbulkan penolakan, memunculkan rasa malu, atau mengakhiri segala komunikasi dengan orang yang dicintai, karena hubungan romantis bisa saja tidak konsisten dengan hubungan pertemanan yang terjadi saat itu.

Dalam hal perasaan orang yang diharapkan, bisa dikatakan bahwa mereka mengalami sakit yang sama seperti orang yang mengalami putus hubungan romantis tanpa merasakan manfaat melakukan hubungan seperti itu.[butuh rujukan]

Keuntungan

Cinta tidak terbalaskan sudah lama digambarkan sebagai sebuah keinginan yang mulia, tidak egois dan sangat tabah untuk menghadapi penderitaan. Penggambaran sastra dan seni mengenai cinta tidak terbalaskan ini dapat bergantung pada asumsi jarak sosial yang memiliki sedikit relevansi dalam masyarakat demokratis dengan mobilitas sosial yang relatif tinggi, atau sedikit tanda kesetiaan seksual yang kuat.[7]

Cara mengatasi

Ovid dalam Remedia Amoris-nya 'memberikan saran mengenai cara untuk mengatasi cinta tidak terbalaskan. Solusi yang diberikan meliputi jalan-jalan, titotalisme, turun ke desa, dan (ironisnya) menghindari puisi-puisi cinta'.[8]

Dorothy Tennov (1979) menyarankan bahwa satu-satunya obat ketika sedang jatuh cinta adalah mendapatkan bukti bahwa target orang yang dicintainya tidak tertarik dengannya.[9]

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ http://www.merriam-webster.com/dictionary/unrequited
  2. ^ Eric Berne, Sex in Human Loving (Penguin 1970) hlm. 130
  3. ^ Ini adalah bagaimana R. B. Pippin mendeskripsikan pandangan Nietzsche dalam The Persistence of Subjectivity (2005) hlm. 326.
  4. ^ Goleman, Daniel (1993-02-09). "Pain of Unrequited Love Afflicts the Rejecter, Too - NYTimes.com". New York Times. Diakses tanggal 2010-03-31. 
  5. ^ B. H. Spitzberg/W. R. Cupach, The Dark Side of Close Relationships (1998) p. 251
  6. ^ Spitzberg, p. 311
  7. ^ Mary Ward, The Literature of Love (2009) p. 45-6
  8. ^ A. Grafton et al, The Classical Tradition (2010) p. 664
  9. ^ R. F. Baumeister/S. R. Wotman, Breaking Hearts (1994) p. 150

Bahan bacaan

  • Robert Burton, The Anatomy of Melancholy (New York 1951) THE THIRD PARTITION: LOVE-MELANCHOLY
  • J. Reid Meloy, Violent Attachments (1997)
  • Peabody, Susan 1989, 1994, 2005, "Addiction to Love: Overcoming Obsession and Dependency in Relationships."

Pranala luar