Pringtulis, Nalumsari, Jepara
Pringtulis | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Tengah |
Kabupaten | Jepara |
Kecamatan | Nalumsari |
Kode pos | 59466 |
Kode Kemendagri | 33.20.12.2003 |
Luas | - |
Jumlah penduduk | - |
Kepadatan | - |
Pringtulis adalah desa di kecamatan Nalumsari, Jepara, Jawa Tengah, Indonesia.
Geografis
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa , sedangkan di sebalah selatan berbatasan dengan Desa, pada sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Desa, dan di sebelah timur berbatasn dengan Desa.
Etimologi
Asal usul nama Pringtulis adalah Sunan Kudus dianggap ikut terlibat dalam kasus itu. Hal ini dikarenakan ditemukannya keris kiai setan kober dalam peristiwa pembunuhan itu dimana keris kiai setan kober tidak lain adalah milik Kanjeng Sunan Kudus. Mendapatkan penjelasan yang mengecewakan dari Kanjeng Sunan Kudus akhirnya Raden Ayu Retno Kencono bersama sang suami pergi meninggalkan padepokan kudus pulang kembali ke Kalinyamat. Ditengah perjalanan rombongan Raden Ayu Retno Kencono dicegat oleh utusan-utusan Pangeran Haryo Penangsang. Pertarunganpun tak dapat dihindari. Dikarenakan jumlah yang tidak sepadan akhirnya banyak jatuh korban dipihak Raden Ayu Retno Kencono termasuk sang suami sendiri yaitu Sultan Hadirin. Sultan Hadirin terluka parah namun berhasil meloloskan diri dari kejaran para Pengikut Pangeran Haryo Penangsang. Dengan dibantu oleh istrinya Sultan Hadirin terus berlari menuju Jepara. Peristiwa inilah yang konon kemudian menjadi nama-nama desa disepanjang rute yang dilalui oleh Sultan Hadirin, yaitu mulai dari Desa Damaran Kudus. Konon saat terluka itu penduduk sekitar sedang menghidupkan damar/lampu teplok karena waktu sudah sore sehingga daerah tersebut dinamakan Damaran. Kemudian Desa Prambatan Kudus disebelah baratnya, konon karena saking parahnya luka yang diderita oleh Sultan Hadirin sampai-sampai harus merambat/merangkak untuk berjalan, sehingga daerah tersebut dinamakan Prambatan. Kemudian disebelah barat Desa Prambatan ada desa bernama Kaliwungu Kudus, konon ditempat itu Sultan Hadirin membasuh luka disebuah sungai/kali dan air sungai berubah menjadi wungu/ungu sehingga daerah tersebut dinamakan Kaliwungu. Disebelah barat desa Kaliwungu terdapat desa bernama Desa Pringtulis Jepara, konon didaerah tersebut Sultan Hadirin menulis tentang apa yang dialaminya itu pada sebatang bambu/pring sehingga daerah tersebut[1] dinamakan Pringtulis. Disebelah barat Desa Pringtulis terdapat Desa Mayong Jepara, konon pada waktu sampai didaerah ini Sultan Hadirin tidak kuat menahan tubuhnya sehingga jalannya sempoyongan/moyang-moyong sehingga daerah ini dinamakan Mayong. Disebalah barat Desa Mayong terdapat Desa Purwogondo, konon didaerah tersebut Sultan Hadirin menghembuskan nafas terakhir, dari jasadnya mengeluarkan bau/gondo wangi sehingga daerah tersebut kemudian dinamakan Purwogondo. Disebelah utara Desa Purwogondo terdapat Desa Krasak, konon saat jasad Sultan Hadirin hendak dibawa ke Mantingan/pesanggrahan Sultan Hadirin, jasad Sultan Hadirin terjatuh disebuah sungai dan menyangkut disebuah jembatan bambu yang menimbulkan bunyi krasak-krasak sehingga daerah tersebut dinamakan desa Krasak. Kemudian jasad Sultan Hadirin di kebumikan di Desa Mantingan Jepara.
Olahraga
Desa Pringtulis tidak memiliki ssb (sekolah sepak bola) yang terdaftar di PSSI Pengcab Jepara sehingga tidak bisa mengikuti kompetisi di Liga Jepara.
Referensi