Lompat ke isi

Suluun Tareran, Minahasa Selatan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Suluun-Tareran
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Utara
KabupatenMinahasa Selatan
Pemerintahan
 • Camat-
Populasi
 • Total- jiwa
Kode Kemendagri71.05.23 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS7105121 Edit nilai pada Wikidata
Luas- km²
Desa/kelurahan-

Suluun-Tareran adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.

Referensi

Mengenal Desa SULUUN masa lalu dan masa kini Asal usul Desa "suluun" sebenarnya tidak ada seorang pun yang tahu pasti kapan dan bagaimana sebenarnya Desa Suluun berdiri. Terjadi berbagai perbedaan pendapat, tetapi yang pasti ada beberapa hal yang bisa ditarik kesimpulan dan menjadi bayangan terbentuknya Desa Suluun. Desa Suluun mungkin Desa yang paling mudah atau Desa yang terakhir berdiri setelah desa-desa sekitar seperti Pinapalangkow, Kapoya, Pinamorongan, Talaitad, Tangkuney, dan lain-lain yang berdekatan dengan desa Suluun. Suluun diambil dari kata "Suluh" dan "Un", yang berarti Suluh = Serap dan Un = Terang. Jadi disatukan menjadi "SULU'UN" yang artinya "Cahaya Yang Terang" karena menurut Mitos Suluun didirikan tepat pada Bulan Purnama yang memang kondisinya sangat terang, tetapi Jam tidak sempat diketahui pasti. Menurut cerita orang doeloe-doeloe, yang pertama datang di Suluun waktu itu mereka berjumlah 3 orang yakni Tona'as Koyansow, Tona'as Mononutu dan Tona'as Palar. Dan maksud kedatangan mereka sebenarnya hanya untuk berburu dan bercocok tanam, tetapi karena melihat keadaan atau kondisi yang mereka tempati sangat bagus untuk didirikan pemukiman, maka mereka sepakat untuk membentuk pemukiman dengan mendirikan tempat berteduh yang dinamakan Walak. Kemudian, naiklah penduduk yang bermukim di Pinapalangkow dengan maksud untuk berburu Binatang Hutan untuk dijadikan makanan, konon waktu itu disekitar desa Suluun masih terdapat/banyak berkeliaran Binatang-binatang hutan. Dan setelah mereka melihat sudah ada pemukiman yang didirikan maka mereka akhirnya menetap dan tinggal dipemukiman yang didirikan oleh orang-orang yang pertama kali datang di Suluun. Suluun juga didirikan dengan mendengar tanda atau bunyi dari Burung Hantu pada saat terjadinya Bulan Purnama. Seiring berjalannya waktu, penduduk Suluun semakin hari semakin banyak, dan menurut sejarah atau cerita turun temurun dari nenek moyang desa Suluun bahwa yang menjadi Kepala Desa/Walak pertama kali ialah To'naas Mononutu. Sedangkan kapan tanggal berdirinya Desa Suluun sampai saat ini tidak ada seorang pun yang tahu pasti, karena Suluun belum ada sebelum kedatangan ketiga To'naas tersebut. Orang menganggap Suluun tidak ada Penduduk asli, disebabkan Suluun diliputi oleh pendatang (orang yang berburu kemudian langsung tinggal dan akhirnya menetap ditempat itu). Jadi tidak diketahui kapan waktu Suluun didirikan. Menurut cerita juga, Suluun didirikan sekitar tahun 1700-an, jadi kalau dihitung-hitung Suluun sudah berumur 300-an lebih, dibandingkan dengan desa-desa sekitar Suluun adalah desa yang paling muda. Bahasa yang digunakan pada waktu itu ialah bahasa daerah yakni bahasa Tountemboan yang sampai saat ini masih sering digunakan karena merupakan budaya orang Minahasa. Sampai-sampai sejak Injil/agama Kristen masuk tanah Suluun pada tanggal 30 Juni 1841, penginjil sangat kesulitan mengartikan bahasa yang digunakan masyarakat Suluun pada waktu itu. Seiring berjalannya waktu, Suluun mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga pada tanggal 14 Februari 1978 Desa Suluun resmi dibagi menjadi dua Desa yaitu SULUUN SATU dibagian Timur dan SULUUN DUA dibagian Barat, Hukum Tua Suluun pada waktu itu ialah Alm. Bpk. B. Lumempow yang dikenal sebagai Hukum Tua yang memiliki Jiwa Kepemimpinan yang sangat bagus, karena melihat banyak sekali pembangunan yang sempat dibuat oleh Almarhum sewaktu menjabat Hukum Tua Suluun pada waktu itu. Suluun sendiri sejak dimekarkan pada tanggal 14 Februari 1978, walaupun telah terpisah tetapi Suluun dapat mendirikan dua bangunan Balai Desa yang konon merupakan Bangunan Balai Desa terbesar di Indonesia pada waktu itu dan sampai sekarang ke dua Balai Desa itu masih berdiri megah ditengah-tengah desa Suluun. Ke dua Gedung ini sendiri sering digunakan pemerintah dan masyarakat untuk dilaksanakan berbagai macam acara-acara penting. Dan menurut cerita orang tua doeloe-doeloe pembangunan Gedung Balai Desa ini merupakan Swadaya Masyarakat karena Desa Suluun pada waktu itu diberkati Tuhan dengan hasil bumi berupa Cengkih yang melimpah sehingga Desa Suluun merupakan Desa yang memiliki Pendapatan Perkapita tertinggi se Indonesia dan tak heran jika Desa Suluun dikenal banyak orang, karena banyaknya orang pendatang yang mencari pekerjaan jika datang Musim Panen Raya Cengkih.

WARISAN BUDAYA Desa Suluun juga memiliki warisan budaya berupaTarian Maengket yang dinamakan Tarian Maengket PISOK dan TUMETEMBO. PISOK adalah Tarian Maengket Desa Suluun Satu sedangkan TUMETEMBO adalah Tarian Maengket Desa Suluun Dua, dan sampai saat ini kedua Tarian Maengket ini masih sering dimainkan terlebih jika ada acara penting atau kunjungan dari Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten. Sayang kedua Tarian ini mungkin tak akan dilestarikan melihat animo anak-anak muda yang jarang/tidak mau bermain Tarian Maengket ini, yang konon merupakan ucapan syukur orang tua doeloe-doeloe pada Tuhan atas berkat-berkat yang diberikan kepada kita. Oleh karena itu diharapkan kepada Pemerintah Desa agar melestarikan warisan budaya ini dengan memberi dukungan dan motivasi kepada anak-anak muda agar warisan budaya ini tidak hilang dimata masyarakat. Warisan budaya yang diturun temurunkan ialah kegiatan kerja bakti, gotong royong dalam pembangunan, dan lain-lain. Era 1970-1990 merupakan era dimana Desa Suluun mengalami berbagai perubahan yang sangat signifikan, ini dibuktikan dengan dimekarkannya Desa Suluun menjadi dua Desa pada tanggal 14 Februari 1978. Dari hasil pemekaran ini dapat diketahui bahwa penduduk desa Suluun semakin hari semakin banyak sehingga mendorong Pemerintah Desa pada waktu itu untuk melakukan Pemekaran Desa. Desa Suluun sempat terpilih sebagai desa yang bersih dan indah dalam lomba kebersihan tingkat nasional dibawah Hukum Tua Alm. Bpk. B. Lumempow. Akan tetapi setelah itu desa Suluun tidak pernah lagi meraih predikat itu karena berkurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan. Desa Suluun pada tahun 2001 sempat menikmati hasil bumi berupa Panen Raya Cengkih yang harganya bisa dikatakan lumayan tinggi karena mencapai harga diatas Rp. 80.000, dan itu merupakan harga tertinggi komoditas andalan Sulawesi Utara sepanjang sejarah Panen Cengkih didaerah ini. Tapi seiring berjalannya waktu harga Cengkih semakin hari semakin menurun sampai-sampai harganya ada dikisaran Rp. 20.000. Sungguh mengherankan karena sebagian besar penduduk di Sulawesi Utara apa terlebih desa Suluun hanya bergantung pada tanaman yang satu ini. Desa Suluun sekarang sudah menjadi empat desa yakni Desa Suluun Satu, Suluun Dua, Suluun Tiga dan Suluun Empat. Dimana pada tanggal 14 Februari 2007 secara resmi Desa Suluun Satu dimekarkan menjadi Desa Suluun Satu dan Suluun Tiga sedangkan Desa Suluun Dua dimerkarkan menjadi Desa Suluun Dua dan Suluun Empat. Pemekaran ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan yang ada dalam rangka menjadikan Suluun sebagai Kecamatan baru hasil pemekaran Kecamatan Tareran. Adapun desa-desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Suluun Tareran ini adalah Desa Suluun 1, 2, 3, 4, Desa Pinapalangkow, Desa Talaitad dan Desa Kapoya. Desa Suluun berada pada ketinggian ± 5 km diatas permukaan laut, dan memiliki pemandangan yang sangat indah yang dapat menjangkau panorama alam sekitar baik Gunung Soputan, Bukit Kasih Kanonang, Gunung Lokon di Tomohon, Manado Tua (Bunaken), Teluk Amurang, dan lain-lain. Secara otonomi desa Suluun terdiri dari 4 desa dan menjadi pusat Kecamatan Suluun Tareran (SULTA) yang ada di Wilayah Pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Minahasa. Jarak yang bisa ditempuh dari Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan yakni Kota Amurang ke Desa Suluun ± 25 km dengan waktu kurang dari 1 jam perjalanan. Desa Suluun memiliki 5 Jaga (Lingkungan) di masing-masing desa dengan jumlah penduduk ± 5.000 jiwa. Sebagian besar penduduk Desa Suluun berprofesi sebagai petani yakni ± 80 %, PNS ± 10 %, lain-lain ± 10 %. Hasil komoditi Suluun selain Cengkih, juga ada Kelapa, Pala, Vanilli, serta berbagai jenis rempah-rempah yang bisa ditanam. Desa Suluun juga bersyukur karena tidak pernah merasa kekeringan total, karena Desa Suluun boleh dikatakan ada ditengah-tengah mata air yang melingkari desa, tetapi juga banyak Sumur yang ada ditengah pemukiman masyarakat. Desa Suluun juga bisa dikatakan sebagai Kota Kecil di tengah hutan karena melihat struktur Pemerintahan dan infrastruktur yang ada sangat memungkinkan, sarana prasarana cukup lengkap mulai dari Jalan alternatif 5 arah yakni SULUUN-Pinapalangkow-Kapoya-Pinamorongan, SULUUN-Lelema, SULUUN-Tangkuney, SULUUN-Timbukar-Tincep (Sonder-Minahasa), SULUUN-Talaitad-Lapi (Kecamatan Tareran), kemudian Gedung Balai Desa di dua desa, Gedung Puskesmas di Suluun Empat, Pasar Desa di Suluun Empat, Kantor Camat di Suluun Empat, Kantor BPP di Suluun Tiga, Lapangan Merdeka di Suluun Tiga (tempat diadakan upacara bendera), Lapangan Motocross di Suluun Empat, SD GMIM yang ada di desa Suluun Dua dan Tiga, SDGP di Suluun Empat, SD Inpres di Suluun Tiga, SMP di Suluun Dua, SMA Kristen di Suluun Tiga, SMK Negeri 1 di Suluun Satu, serta 2 buah Taman Kanak-kanak masing-masing di Suluun Empat dan Suluun Tiga, serta Gedung tempat Ibadah. Penduduk desa Suluun 99,99 % adalah penganut agama Kristen yang terbagi dalam 5 golongan gereja yang ada, mulai dari GMIM, GPdI, Pentakosta, Advent dan KGPM.