Lompat ke isi

Supernova 3: Petir

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 15 Oktober 2014 07.29 oleh StGun (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{Infobox Book | name = Supernova 3: Petir | image = | author = Dee | country = Indonesia | language...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Supernova 3: Petir
PengarangDee
NegaraIndonesia
BahasaIndonesia
GenreFiksi ilmiah
PenerbitAkur
Tanggal terbit
2004
HalamanX, 203 halaman
ISBNISBN ISBN 979 98229-0-4 Invalid ISBN

Supernova 3: Petir adalah novel fiksi ilmiah karangan Dee yang diterbitkan pada tahun 2004. Novel ini merupakan bagian ketiga dari novel Supernova.

Sinopsis

Inilah episode ketiga dari serial Supernova yang terbit pertama kali akhir tahun 2004. Berbeda dengan episode-episode sebelumnya yang memuat aneka lokasi di muka Bumi, PETIR hanya mengambil lokasi di Bandung, Jawa Barat. Tokoh sentral yang diceritakan dalam episode ini bernama Elektra Wijaya, seorang anak keturunan Tionghoa yang tinggal sebatang kara di rumah tua warisan ayahnya, seorang ahli elektronik bernama Wijaya.

Elektra yang pendiam dan kuper selalu hidup dalam bayang-bayang popularitas kakaknya, Watti. Setelah Watti menikah dan pindah tempat tinggal, Elektra dengan segala kepolosannya mulai menata hidupnya di Bandung dengan berbagai macam cara. Revolusi terbesar Elektra terjadi ketika akhirnya ia bertemu dengan Mpret, seorang 'penjahat' internet yang punya jaringan pergaulan sangat luas. Mereka merombak rumah Elektra menjadi warnet paling terkenal di Bandung bernama Elektra Pop.

Namun pertemuan Elektra dengan Ibu Sati, seorang ibu misterius keturunan India yang mengajarkannya menjadi seorang terapis listrik, yang lantas mengubah total hidupnya. Elektra menemukan potensi besar dalam dirinya yang selama ini tidak ia tahu. Dan petualangannya tidak berhenti sampai di sana. Pada ujung cerita, Elektra berkenalan dengan Bong, yang akan segera mempertemukannya dengan Bodhi (Supernova 2: Akar).

Meski terkesan ringan dan sarat humor, PETIR justru banyak menuai pujian dari kalangan kritikus dan sastrawan.