Lompat ke isi

Hijab (film)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 28 Desember 2014 09.12 oleh Maqi (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{Infobox film | name = Hijab | image = | image size = 230px | alt = | caption = Poster film | director = Hanung Bra...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Hijab
SutradaraHanung Bramantyo
ProduserHanung Bramantyo
Zaskia Adya Mecca
Haykal Kamil
PemeranCarissa Putri
Zaskia Adya Mecca
Tika Bravani
Natasha Rizki
Nino Fernandez
Mike Lucock
Ananda Omesh
Dion Wiyoko
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
Durasi100 menit
Negara Indonesia
BahasaIndonesia

Hijab adalah film horor Indonesia yang dirilis pada 15 Januari 2015

Sinopsis

Kecuali Anin; Bia, Tata dan Sari adalah perempuan bersuami dan berjilbab dengan style yang berbeda-beda. Bia yang desainer dan bersuamikan artis memilih berjilbab fashion. Tata yang isteri fotografer menutupi rambutnya yang botak dengan Turban. Sari yang bersuamikan lelaki keturunan Arab kolot membalut tubuhnya dengan Jilbab Syar’i. Hanya Anin yang memilih untuk bebas: tidak berjilbab sekaligus tidak mau menikah. Seperti halnya Anin, awalnya Bia, Tata dan Sari adalah perempuan mandiri. Setelah menikah, mereka menjadi isteri yang 'Ikut Suami' dan berada dalam kondisi tidak berdaya dengan pilihan-pilihannya sendiri.

Suatu hari, saat arisan bersama, Gamal (suami Sari) menyindir dengan kalimat: 'semua arisan ibu-ibu sebenarnya arisan suami, karena duitnya dari Suami'. Tata terusik. Kemudian mengajak sahabatnya untuk menggugat ucapan Gamal dengan cara kembali menjadi perempuan mandiri seperti saat mereka masih lajang. Tidak disangka, Sari menyambut dengan antusias. Bia, Tata dan Anin jadi semangat. Akhirnya secara diam-diam mereka bekerja dengan memulai bisnis fashion HIJAB secara online. Bia desainernya, Sari yang mengelola keuangan, Tata dan Anin marketingnya.

Dalam 3 bulan bisnis ini meroket karena keuletan mereka. Disamping itu, fashion HIJAB juga sedang menjadi trend di Indonesia. Mereka telah berhasil membuktikan bahwa mereka bukan tipe perempuan ‘ikut suami’. Mereka akhirnya mandiri. Bahkan penghasilan mereka melebihi suami. Tanpa disadari para suami merasa gengsi dan terancam sehingga menyebabkan keretakan rumah tangga.[1]

Referensi

Pranala luar