Kerajaan Kadiri
Berkas:Locator kadiri.png Lokasi pusat Kerajaan Kadiri | |
Berdiri | 1045-1221 |
Didahului oleh | Kahuripan |
Digantikan oleh | Singhasari |
Ibu kota | Kadiri |
Bahasa | Jawa Kuna |
Agama | Hindu Buddha |
Pemerintahan -Raja pertama -Raja terakhir |
Monarki Sri Jayawarsa (1104-1115) Kertajaya (1185-1222) |
Sejarah -Dibagi dari Kahuripan -Bergabung kembali dengan Janggala -Kakawin Bhāratayuddha selesai ditulis -Runtuh oleh pemberontakan Ken Arok |
1045 antara 1116-1136 1157 1222 |
- Artikel ini membahas tentang Kerajaan Kediri (Sejarah Nusantara). Lihat pula Kota Kediri dan Kabupaten Kediri. Untuk kegunaan lain, lihat Kediri (disambiguasi).
Kerajaan Kadiri atau Kediri adalah kerajaan yang bercorak Hindu di Jawa bagian timur, berdiri sekitar tahun 1045-1221 M. Nama-nama lainnya yang juga dikenal untuk menyebut kerajaan ini adalah Kerajaan Panjalu atau Kerajaan Dhaha.
Latar belakang
Kerajaan ini merupakan salah satu dari dua kerajaan pecahan Kahuripan pada tahun 1045 (satu lainnya adalah Janggala), yang dipecah oleh Airlangga untuk dua puteranya. Airlangga membagi Kahuripan menjadi dua kerajaan untuk menghindari perselisihan dua puteranya, dan ia sendiri turun tahta menjadi pertapa. Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan Kerajaan Kahuripan.
Raja-raja Kadiri
Berikut adalah nama-nama raja yang berkuasa di Kadiri:
- Sri Jayawarsa (1104-1115) - adalah raja pertama Kadiri
- Kameswara I (1116-1135) - terkenal di nusantara dalam cerita Panji
- Sri Jayabaya (1135-1159) - raja pujangga dan terkenal dengan ramalannya Jangka Jayabaya
- Sarwaswara (1159-1161)
- Aryaswara (1171-1174)
- Gandra (1181)
- Kameswara II (1182-1185)
- Kertajaya (1185-1222) - adalah raja terakhir Kadiri
Perkembangan
Tak banyak yang diketahui mengenai peristiwa di masa-masa awal Kerajaan Kediri. Raja Kameswara (1116-1136) menikah dengan Dewi Kirana, puteri Kerajaan Janggala. Dengan demikian, berakhirlah Janggala kembali dipersatukan dengan Kediri. Kediri menjadi kerajaan yang cukup kuat di Jawa. Pada masa ini, ditulis kitab Kakawin Smaradahana oleh Mpu Dharmaja, yang dikenal dalam kesusastraan Jawa dengan cerita Panji. Demikian pula Mpu Tanakung mengarang kitab Kakawin Lubdaka dan Wertasancaya.
Raja terkenal Kediri adalah Jayabaya (1135-1159). Jayabaya di kemudian hari dikenal sebagai "peramal" Indonesia masa depan. Pada masa kekuasaannya, Kediri memperluas wilayahnya hingga ke pantai Kalimantan. Pada masa ini pula, Ternate menjadi kerajaan subordinat di bawah Kediri. Waktu itu Kediri memiliki armada laut yang cukup tangguh. Beliau juga terkenal karena telah memerintahan penggubahan Kakawin Bharatayuddha, yang diawali oleh Mpu Sedah dan kemudian diselesaikan oleh Mpu Panuluh.
Raja Kertajaya yang memerintah (1185-1222), dikenal sebagai raja yang kejam, bahkan meminta rakyat untuk menyembahnya. Ini menyebabkan ia ditentang oleh para brahmana. Kertajaya adalah raja terakhir dari kerajaan Kadiri.
Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membuka lebih banyak tabir misteri.
Runtuhnya Kadiri
Di Tumapel, wilayah bawahan Kadiri di daerah Malang, terjadi gejolak politik. Ken Arok membunuh penguasa Tumapel Tunggul Ametung, dan mendirikan Kerajaan Singhasari tahun 1222. Ken Arok lalu beraliansi dengan para brahmana dan berhasil memberontak terhadap Kadiri. Dengan hancurnya Kadiri dan meninggalnya Kertajaya, Kadiri kemudian menjadi wilayah bawahan Kerajaan Singhasari.
Lihat pula