Lompat ke isi

Rateka Winner Lee

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2015 07.02 oleh Titui (bicara | kontrib) (saya tidak bisa menambahkan referensi.)

Rateka Winner Lee (lahir di Surabaya31 Januari 1987; umur 28 tahun) adalah seorang jurnalis yang dikenal setelah video "Spesial: Kristenisasi Terselubung di Car Free Day Jakarta" yang ia tayangkan di kanal YouTube rtkChannel HD meledak dan menghebohkan dunia maya [1] [2] pada akhir tahun 2014. Berbagai teror dan kecaman sempat ia terima [3] meski tak sedikit pula yang memuji keberaniannya, termasuk Jonru.

Kehidupan pribadi

Rateka merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya, Yacob TS Lee berasal dari Palembang dan merupakan keturunan Tiongkok penganut Buddha sebelum akhirnya menikah dengan Enis Yuniarsih dan menjadi mualaf.[4] Pendidikan dasarnya dihabiskan di sekolah Katolik seperti Tarakanita dan Strada hingga SMP, hingga akhirnya masuk ke SMA Negeri dan kuliah di Jurusan Film dan Televisi (FFTV) Institut Kesenian Jakarta (IKJ) [5] selama dua tahun. Ia tidak menyelesaikan studi Film-nya karena merasa tidak cocok dengan lingkungan kampus. [6]

Pendidikan

  • SD Tarakanita 3, Jakarta
  • SD Strada Slamet Riyadi 1 (Pagi), Tangerang
  • SMA Negeri 5 Tangerang
  • Fakultas Film dan Televisi (FFTV) Institut Kesenian Jakarta [7]

Kontroversi

Nama Rateka mulai dikenal publik saat ia membuat dan memublikasikan video tentang kegiatan Kristenisasi terselubung di Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day) Jakarta, pada tanggal 2 November 2014. Kebanyakan pemirsa menganggap bahwa itu memang merupakan penyebaran agama dengan cara terselubung, namun banyak juga yang tidak sependapat dan menganggap video itu sebagai akal-akalan dan cara yang digunakan Rateka untuk mengangkat pamor kanalnya dan mendapatkan uang dari Google. Berbagai pihak angkat bicara mengenai kasus video ini, mulai dari Felix Siauw [8] [9], Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas, Wakil Sekretaris Komisi Hukum dan Perundang-undangan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia H. M. Luthfie Hakim, S.H., M.H., hingga Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin [10] [11].

Cerita berawal ketika Rateka menunjukkan sejumlah barang yang diperoleh dari pengunjung CFD. Barang-barang tersebut meliputi kalung bergambar merpati, biskuit, permen, pin bertuliskan I'm Saved (Saya terselamatkan) dan sejumlah barang lain.  Menurut Rateka, barang-barang itu disebarkan oleh sukarelawan sebuah komunitas yang mengedepankan semangat kebangsaan. Setelah itu, Rateka melakukan perjalanan dan menyambangi sejumlah orang, baik itu anak-anak, dewasa hingga manula, yang baru memperoleh barang-barang dari komunitas tersebut. Semisal, empat orang bocah bersepeda yang diberi kalung bergambar merpati dan syal. Bocah-bocah itu mengaku tidak mengerti maksud simbol tersebut. Pun dengan seorang remaja tanggung beserta rekannya yang berjilbab. Keduanya pun tak memahami makna kalung tersebut. 

Dalam bagian lain video, diperlihatkan seorang sukarelawan meminta para bocah membawa puisi berjudul Indonesia negeri pujaan. Dari beberapa bocah, hanya satu orang yang membaca puisi dengan lantang. Sukses membacakan puisi tersebut, seorang pria yang mengaku sukarelawan memberikan susu. Namun ketika ditanya apakah kegiatan semacam ini terkait dengan upaya Kristenisasi, salah satu sukarelawan pun menyangkalnya. Setelah itu, reportase dilanjutkan dengan pengambilan gambar remaja-remaja yang diberikan kalung bergambar merpati maupun barang-barang lain. Pengambilan gambar dilakukan pula terhadap remaja-remaja yang diberikan biskuit dan permen. Menjelang 2/3 reportase atau menit ke-14 pada video, Rateka menangkap sebuah momen yang menjadi penegas bahwa Kristenisasi tengah berjalan.[12] Momen tersebut adalah upaya misionaris berusia paruh baya yang tengah meyakinkan seorang ibu tua renta berjlilbab perihal kebenaran Yesus.[13]

Sebenarnya tak hanya Rateka yang menyadari kegiatan tersebut. Penggiat HBKB yang mengunjungi Monumen Nasional atau Gelanggang Olah raga Bung Karno juga banyak yang menemui hal tersebut, karena memang di kedua titik tersebutlah kegiatan ini berpusat. Sepanjang jalan Sudirman-Thamrin yang menghubungkan keduanya tersebar ratusan sukarelawan yang membagikan bermacam cinderamata tersebut. [14] [15]

Referensi