Lompat ke isi

Bani Tsaqif

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bani Tsaqif (bahasa Arab: بنو ثقيف) adalah salah satu kabilah Arab yang penting, yang merupakan penduduk utama kota Tha'if, sebuah kota di Arab Saudi saat ini. Para keturunan kabilah ini biasa menggunakan nama panggilan (nisbah) Ats-Tsaqafi (الثقفي). Saat ini selain di Tha'if dan Arab Saudi, mereka telah banyak tersebar pula di negara-negara Arab lainnya, seperti di Suriah, Libanon, Mesir, Tunisia, Aljazair, Maroko, Yordania, Irak, serta di Provinsi Hatay in Turki dan di Iran.

Bani Tsaqif adalah keturunan dari Qasiyy bin Munabbih bin Bakr bin Hawazin, yaitu salah seorang keturunan dari Bani Hawazin.[1] Ia memperistri anak dari Amir bin al-Zarib al-Adwani, seorang pemimpin Wadi Wajj (nama lama Thaif), dan sejak itu mendapat julukan Tsaqif.[2] Di masa pra Islam, Bani Tsaqif terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Bani Malik dan Ahlaf.[3] Ketika, Bani Malik memiliki hubungan erat dengan Bani Hawazin, sedangkan Ahlaf memiliki hubungan erat dengan Bani Quraisy.[3]

Bani Tsaqif dikunjungi oleh Nabi Muhammad pada akhir bulan Syawal tahun kesepuluh setelah ia memulai dakwahnya.[4]Nabi Muhammad saat itu mendatangi para pemuka Bani Amr bin Umair, salah satu dari kelompok Ahlaf. Namun upaya pertama tersebut mengalami kegagalan.[3] Bani Tsaqif pada masa itu memuja berhala Al-Laata.[4] Dalam pengepungan kota Tha'if selama kurang lebih sepuluh hari setelah Perang Hunain, Bani Tsaqif dan Bani Hawazin dapat bertahan.[5][6]Namun, perpindahan Bani Tsaqif ke dalam Islam terjadi tidak lama sesudahnya, yaitu setelah Perang Tabuk.[7] Atas perintah Nabi Muhammad, maka berhala Al-Laata kemudian dihancurkan oleh utusan kaum Muslimin, yaitu Abu Sufyan bin Harb dan Mughirah bin Syu'bah.[7]

Berdasarkan hadits riwayat Abu Hurairah dan Ibnu Abbas, salah satu dari tujuh dialek bahasa Arab (sab'ah ahruf) di mana Al-Qur'an pada awalnya diturunkan adalah dialek Bani Tsaqif.[8]

Tokoh

Referensi

  1. ^ Al-Tabari (1998). The History of al-Tabari Vol. 39: Biographies of the Prophet's Companions and Their Successors: al-Tabari's Supplement to His History. Translated by Ella Landau-Tasseron. SUNY Press. hlm. 38. ISBN 9780791428207, 0791428206. 
  2. ^ David Charles Larsen (2007). Means of Intelligibility. ProQuest. hlm. 40-41. ISBN 9780549531371, 0549531378. 
  3. ^ a b c Tijani Abdul Qadir Hamid (2001). Pemikiran politik dalam Al-Qur'an. Gema Insani. hlm. 198-203. ISBN 9789795616566, 9795616560. 
  4. ^ a b Ahmad Rofi' Usmani (2009). Muhammad Sang Kekasih: 1000 Hikmah di Balik Sejarah Hidup Nabi. Mizan Pustaka. hlm. 163-166. ISBN 9786028236102, 6028236101. 
  5. ^ Khālid Muḥammad Khālid (2001). 10 Hari Penting Bersama Rasullullah. Gema Insani. hlm. 112-113. ISBN 9789795616849, 9795616846. 
  6. ^ Yusuf Qardhawi (2010). Fiqih Jihad: Sebuah karya monumental terlengkap tentang jihad menurut al-Quran dan Sunnah. PT Mizan Publika. hlm. 1033. ISBN 9789794335864, 979433586X. 
  7. ^ a b Moenawar Chalil, K.H. Kelengkapan Tarikh (Edisi Lux Jilid 3). Gema Insani. hlm. 139-149. ISBN 9789795617129, 9795617125. 
  8. ^ Abdul Aziz (2011). Chiefdom Madinah: Salah Paham Negara Islam. Pustaka Alvabet. hlm. 163. ISBN 9789793064987, 9793064986.