Lompat ke isi

Transubstansiasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kristus dengan Hosti Kudus, karya Paolo de San Leocadio

Transubstansiasi (bahasa Inggris: transubstantiation, bahasa Latin: transsubstantiatio, bahasa Yunani: μετουσίωσις) adalah perubahan dimana — menurut ajaran Gereja Katolikroti (atau hosti) dan anggur yang digunakan dalam Sakramen Ekaristi menjadi, bukan hanya sebuah tanda atau simbol, tetapi juga adalah tubuh dan darah Yesus Kristus dalam kenyataan yang sebenarnya.[1][2] Gereja Katolik mengajarkan bahwa substansi (atau hakikat) dari roti tersebut berubah menjadi Tubuh Kristus dan substansi dari anggur tersebut menjadi Darah-Nya,[3] namun semua hal yang dicerna oleh panca indera — atau penampilan lahiriah (bahasa Latin: species)[4][5][6] — tetap tidak berubah.[7][8]:1413 Katekismus Gereja Katolik menyebutkan bahwa bagaimana perubahan tersebut dapat terjadi merupakan suatu misteri: "Roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus dengan suatu cara yang jauh melampaui pengertian."[8]:1333

Gereja Ortodoks Timur, Gereja Ortodoks Oriental, dan Gereja Asiria Timur terkadang juga menggunakan istilah "transubstansiasi" (metousiosis);[9][10] namun istilah "misteri suci", "trans-elementasi" (μεταστοιχείωσις metastoicheiosis),[11] "re-ordinasi" atau "transformasi" (μεταρρύθμισις metarrhythmisis),[12] atau hanya "perubahan" (μεταβολή)[13] saja yang lebih umum digunakan. Semua Gereja tersebut - sama seperti Gereja Katolik - juga menganggap Ekaristi, dengan perubahannya dari roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus, adalah suatu "Misteri". Gereja Katolik Timur juga sama dengan Gereja Timur lainnya, lebih suka menggunakan istilah-istilah tersebut, dan menganggapnya selaras dengan ajaran yang dinyatakan dengan istilah "transubstansiasi".


Sejarah

Penggunaan awal, yang diketahui pertama kali, atas istilah "transubstansiasi" untuk menggambarkan perubahan dari roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus dalam Ekaristi adalah oleh Uskup Agung Tours Hildebert de Lavardin di abad ke-11.[14][15] Dan pada akhir abad ke-12 istilah tersebut telah digunakan secara luas.[16] Konsili Lateran IV (tahun 1215) berbicara bahwa roti dan anggur "ter-transubstansiasi" menjadi tubuh dan darah Kristus: "Tubuh dan darah-Nya adalah benar-benar terkandung dalam sakramen di atas altar dalam bentuk roti dan anggur; roti dan anggur tersebut telah di-transubstansiasikan, oleh kuasa Allah, menjadi tubuh dan darah-Nya".[17]

Lalu selama Reformasi Protestan, doktrin transubstansiasi sangat dikecam karena dianggap sebagai "pseudophilosophy"-nya Aristoteles yang diimpor ke ajaran Kristiani.[18]:198 Martin Luther mengajarkan doktrin persatuan sakramental (sacramental union), dan Ulrich Zwingli memandang Ekaristi sebagai peringatan (memorial).[18]:198-99

Kemudian Konsili Trente dalam sesi ke-13, yang berakhir pada 11 Oktober 1551, mendefinisikan transubstansiasi sebagai "perubahan yang indah dan tunggal dari keseluruhan substansi roti menjadi Tubuh, dan keseluruhan substansi anggur menjadi Darah – penampilan luarnya hanyalah roti dan anggur yang tersisa – dimana memang atas perubahan ini Gereja Katolik paling tepat menyebutnya Transubstansiasi".[19] Konsili tersebut meresmikan penggunaan istilah "transubstansiasi" untuk mengungkapkan ajaran Gereja Katolik mengenai perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus dalam Ekaristi, dengan tujuan menjaga kehadiran Kristus sebagai suatu kebenaran harafiah, sambil menekankan kenyataan bahwa tidak ada perubahan penampilan empiris dari roti dan anggur tersebut.[7] Perubahan tersebut tidak dianggap sebagai pemaksaan terhadap teori Aristoteles mengenai substansi dan ketidaksengajaan (accidents), karena hanya membicarakan penampilan luar (species) dan bukan istilah filsafat accidents. Kata "substansi" (atau hakekat) sendiri telah digunakan dalam lingkup gerejani selama berabad-abad sebelum filsafat Aristoteles diterapkan di dunia Barat;[20] misalnya dalam Kredo Nicea dinyatakan bahwa Kristus mempunyai hakekat (bahasa Yunani: οὐσία, bahasa Latin: substantia) yang sama dengan Bapa.

Zaman Bapa Gereja

Keyakinan bahwa Ekaristi diterimakan oleh orang-orang beriman sebagai tubuh dan darah Kristus nampaknya telah tersebar luas sejak zaman para Bapa Gereja (Patristik). Hal ini dapat terlihat dari tulisan-tulisan beberapa Bapa Gereja pada zaman itu yang menggunakan istilah-istilah untuk menggambarkan tubuh dan darah Kristus dalam kaitannya dengan Ekaristi dan tubuh yang menderita dan mati di salib.

Dalam sebuah surat dari Santo Ignatius dari Antiokhia kepada orang-orang Roma pada tahun 106 tertulis: "Saya menginginkan roti Tuhan, roti surgawi, roti kehidupan, yang mana adalah daging Yesus Kristus."[21] Dalam tulisannya kepada orang-orang Kristen di Smyrna, sekitar tahun 106 juga, St Ignatius memperingatkan mereka menjauhkan diri dari para bidaah (penganut ajaran sesat) karena, antara lain, "Mereka (para bidat) menjauhkan diri dari Ekaristi dan doa, karena mereka tidak mengakui Ekaristi menjadi daging Juru selamat kita Yesus Kristus, yang mana telah menderita bagi dosa-dosa kita ... ."[22]

Sekitar tahun 150, Santo Yustinus Martir menulis tentang Ekaristi: "Bukanlah roti biasa dan minuman biasa yang kita terima ini; tetapi sedemikian seperti Yesus Kristus Juru selamat kita, telah menjadi daging oleh Firman Allah, memiliki baik daging maupun darah demi keselamatan kita, demikian juga kita telah diajarkan bahwa makanan yang diberkati oleh doa dari firman-Nya, dan yang darinya darah dan daging kita dipelihara karena transmutasi (perubahan wujud), adalah daging dan darah dari Yesus yang telah menjadi manusia."[23]

Santo Ambrosius pada tahun 387, dalam On the Mysteries Ch.9, menuliskan:[24]

Mungkin kamu akan berkata, "Saya melihat sesuatu yang lain, bagaimana mungkin kamu menyatakan bahwa saya menerima Tubuh Kristus?" ... Mari kita buktikan bahwa ini bukanlah buatan alam, tetapi yang telah disucikan oleh berkat, dan kekuatan dari berkat itu lebih dahsyat daripada alam, karena alam itu sendiri diubah oleh berkat. ... Untuk itulah sakramen yang kamu terima adalah terbuat apa adanya dari firman Kristus. Jikalau kata-kata Elia memiliki kuasa sedemikian untuk menurunkan api dari langit, tidakkah kata-kata Kristus mempunyai kuasa untuk mengubah sifat (hakekat) dari unsur-unsur? ... Mengapa kamu mencari tatanan alam dalam Tubuh Kristus, melihat bahwa Tuhan Yesus sendiri lahir dari seorang Perawan, bukankah tidak sesuai dengan alam? Itulah Daging Kristus sejati yang disalibkan dan dimakamkan, inilah yang kemudian benar-benar Sakramen dari Tubuh-Nya. Tuhan Yesus sendiri menyatakan: "Inilah tubuh-Ku." Sebelum berkat dari kata-kata surgawi tersebut, sifat lain lah yang dibicarakan; namun setelah konsekrasi, Tubuh itu ditandakan. Ia sendiri berbicara tentang Darah-Nya. Sebelum konsekrasi memiliki nama lain, tapi setelahnya disebut Darah. Dan kamu menjawab, Amin, yaitu: Memang benar. Biarkan hati di dalamnya mengakui apa yang diucapkan mulut, biarkan jiwa merasakan apa yang disuarakan.

Pada tahun 400, Santo Agustinus dalam tulisannya — On Christian Doctrine — mengutip kata-kata Santo Siprianus: "Sebagaimana Kristus katakan 'Akulah pokok anggur yang benar,' berarti bahwa darah Kristus adalah anggur, bukan air; dan cawan itu tidaklah dapat mengandung darah-Nya, yang dengannya kita ditebus dan dihidupkan, seandainya anggur tersebut tidak ada; karena dengan anggur itu lah darah Kristus dicirikan ... ."[25]

Teologi transubstansiasi

"Hakekat" disini bermakna sejatinya sesuatu itu sendiri. Bentuk sebuah topi bukanlah topi itu sendiri; begitu juga warna, ukuran, kelembutan atau hal apapun dari topi tersebut yang bisa dicerna oleh indra manusia. Topi itu sendiri (sang "hakekat") memiliki bentuk, warna, ukuran, kelembutan dan ciri-ciri lainnya, namun topi itu berbeda dengan ciri-ciri tersebut. Walau penampilannya, yang dirujuk dalam istilah filosofis sebagai kecelakaan, dapat dicerna oleh indera manusia, hakekatnya tidak demikian.

Ketika berada di Perjamuan Terakhir-nya, Yesus berkata: "Inilah tubuh-Ku",[26] apa yang ia pegang di tangannya masih memiliki semua penampilan dari sepotong roti: "kecelakaan-kecelakaan" ini tidak berubah. Namun, Gereja Katolik Roma percaya bahwa, ketika Yesus menyatakan hal tersebut,[27] kenyataan mendasar ("hakekat") dari roti tersebut telah diubah menjadi bagian dari tubuhnya. Dengan kata lain, roti itu sesungguhnya adalah tubuh-Nya, di saat semua penampilannya yang dapat dicerna oleh indera manusia atau yang dapat ditemukan oleh penelitian ilmiah adalah masih sepotong roti seperti sebelumnya. Gereja percaya bahwa perubahan hakekat roti dan anggur terjadi pada saat konsekrasi Ekaristi.[28]

Karena Kristus yang bangkit dari antara yang mati adalah hidup, Gereja percaya bahwa ketika roti berubah menjadi tubuh-Nya, bukan saja tubuh-Nya saja yang hadir, melainkan Kristus sendiri secara penuh juga hadir, yakni tubuh dan darah-Nya, jiwa dan keilahian-Nya. Hal yang sama juga berlaku bagi anggur yang berubah menjadi darah-Nya.[29] Kepercayaan ini melingkupi hal yang lebih besar daripada doktrin transubstansiasi, yang secara langsung hanya membatasi diri pada perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus.

Parodi transubstansiasi

An Oak Tree karya Michael Craig-Martin mengisahkan segelas air yang oleh sang seniman dinyatakan telah diubahnya menjadi "sebatang pohon Ek dewasa", terjadi "tanpa mengubah wujud segelas air tersebut".[30]. Dalam naskah yang dijadikannya bagian dari karyanya itu disebutkan bahwa: "Ini bukan sekedar simbol. Aku telah mengubah hakekat jasmaniah dari segelas air ini menjadi sebatang pohon Ek. Aku tidak mengubah wujudnya. Pohon Ek secara fisik ada, namun dalam rupa segelas air."[30] Dalam sebuah Kuliah Richard Dimbleby, pada 23 November 2000 Sir Nicholas Serota berkata, "Kita mungkin tidak "menyukai" karya Craig-Martin, tetapi yang pasti karya tersebut mengingatkan kita bahwa apresiasi terhadap semua seni itu melibatkan sebuah tindakan iman yang setara dengan kepercayaan bahwa, melalui transubstansiasi, roti dan anggur Komuni Suci menjadi Tubuh dan Darah Kristus."[31]

Kebiasaan di Negeri Belanda untuk mengucapkan mantera Hocus pocus pilatus pas untuk mengiringi tipuan-tipuan sulap konon berasal dari sebuah parodi Protestan untuk kalimat Latin yang diucapkan dalam Misa: "Hoc est enim corpus meum" (Inilah TubuhKu), dan "Sub Pontio Pilato passus" (Menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus).[32][butuh klarifikasi]

Referensi

  1. ^ (Inggris) Richard A. Nicholas. The Eucharist as the Center of Theology (edisi ke-2005). Peter Lang. hlm. 292. ISBN 978-0-82047497-7. 
  2. ^ (Inggris) Teresa Whalen. The Authentic Doctrine of the Eucharist (edisi ke-1993). Rowman & Littlefield. hlm. 12. ISBN 978-1-55612558-4. 
  3. ^ According to Catholic theology, the body of the living Christ, into which the bread is changed, is necessarily accompanied by his blood, his soul and his divinity, and similarly his body, his soul and his divinity are present "by concomitance" where his blood is.
  4. ^ (Inggris) Donald L. Gelpi. The Conversion Experience (edisi ke-1998). Paulist Press. hlm. 160. ISBN 978-0-80913796-1. 
  5. ^ (Inggris) The Jesuits: Cultures, Sciences, and the Arts, 1540-1773, Volume 1 (edisi ke-1999). University of Toronto Press. hlm. 546. ISBN 978-0-80204287-3. 
  6. ^ (Inggris) Liam G. Walsh. Sacraments of Initiation: A Theology of Rite, Word, and Life (edisi ke-2011). LiturgyTrainingPublications. hlm. 326. ISBN 978-1-59525035-3. 
  7. ^ a b (Inggris) "Transubstantiation". Encyclopaedia Britannica. 
  8. ^ a b (Inggris) "Catechism of the Catholic Church". Holy See.  Parameter |chapter= akan diabaikan (bantuan)
  9. ^ (Inggris) "Creeds of Christendom, with a History and Critical notes. Volume I. The History of Creeds. publisher=Christian Classics Ethereal Library".  Parameter |chapter= akan diabaikan (bantuan)
  10. ^ (Inggris) "Transubstantiation and the Black Rubric". Project Canterbury. 
  11. ^ Gregory of Nyssa, Oratio catechetica magna, 37 (PG 45:93): μεταστοιχειώσας
  12. ^ John Chrysostom, Homily 1 on the betrayal of Judas, 6 (PG 49:380): μεταρρύθμησις
  13. ^ Cyril of Jerusalem, Cat. Myst., 5, 7 (Patrologia Graeca 33:1113): μεταβολή
  14. ^ (Inggris) John Cuthbert Hedley. Holy Eucharist (edisi ke-2003). Kessinger. hlm. 37. ISBN 978-0-76617494-8. 
  15. ^ (Inggris) John N. King. Milton and Religious Controversy (edisi ke-2000). Cambridge University Press. hlm. 134. ISBN 978-0-52177198-6. 
  16. ^ (Inggris) "Transubstantiation". Oxford Dictionary of the Christian Church. Oxford University Press. 2005. ISBN 978-0-19-280290-3. 
  17. ^ (Inggris) "Fourth Lateran Council : 1215". Papal Encyclicals Online.  Parameter |chapter= akan diabaikan (bantuan)
  18. ^ a b (Inggris) McGrath, A. "Luther, M. The Babylonian Captivity of the Christian Church. 1520.". Historical Theology, An Introduction to the History of Christian Thought (edisi ke-1998). Blackwell Publishers: Oxford. 
  19. ^ (Inggris) J. Waterworth (ed.). "The Council of Trent - The Thirteenth Session". Scanned by Hanover College students in 1995 (edisi ke-1848). London: Dolman. 
  20. ^ (Inggris) Charles Davis (April 1964). "Sophia, Vol. 3, No. 1": 12-24. ISSN 0038-1527.  Parameter |chapter= akan diabaikan (bantuan)
  21. ^ (Inggris) St. Ignatius of Antioch. Alexander Roberts, James Donaldson, and A. Cleveland Coxe, ed. "Ante-Nicene Fathers, Vol. 1". Translated by Alexander Roberts and James Donaldson (Revised and edited for New Advent by Kevin Knight) (edisi ke-1885). Buffalo, NY: Christian Literature Publishing Co.  Parameter |chapter= akan diabaikan (bantuan)
  22. ^ (Inggris) St. Ignatius of Antioch. Alexander Roberts, James Donaldson, and A. Cleveland Coxe, ed. "Ante-Nicene Fathers, Vol. 1". Translated by Alexander Roberts and James Donaldson (Revised and edited for New Advent by Kevin Knight) (edisi ke-1885). Buffalo, NY: Christian Literature Publishing Co.  Parameter |chapter= akan diabaikan (bantuan)
  23. ^ (Inggris) Justin Martyr. Peter Kirby, ed. "Historical Jesus Theories". Ch. LXVI. Early Christian Writings.  Parameter |chapter= akan diabaikan (bantuan)
  24. ^ (Inggris) St. Ambrose. Philip Schaff and Henry Wace, ed. "Nicene and Post-Nicene Fathers, Second Series, Vol. 10". Translated by H. de Romestin, E. de Romestin and H.T.F. Duckworth (Revised and edited for New Advent by Kevin Knight) (edisi ke-1896). Buffalo, NY: Christian Literature Publishing Co.  Parameter |chapter= akan diabaikan (bantuan)
  25. ^ (Inggris) St. Augustine. "On Christian Doctrine, in Four Books". Book IV, Chapter 21. Christian Classics Ethereal Library. 
  26. ^ Matius 26:26, Markus 14:22, Lukas 22:18, 1 Korintus 11:24
  27. ^ Catechism of the Catholic Church, 1376
  28. ^ Catechism of the Catholic Church, 1377; Christ’s Presence in the Eucharist: True, Real and Substantial
  29. ^ Catechism of the Catholic Church, 1413
  30. ^ a b Artist's Text Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "CMtext" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  31. ^ http://www.independent.co.uk/opinion/commentators/theres-no-need-to-be-afraid-of-the-present-625001.html
  32. ^ In de Kou, Godfried Bomans en Michel van der Plas over hun roomse jeugd en hoe het hun verging

Lihat pula

Pranala luar