Lompat ke isi

Saur Sepuh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 12 September 2007 07.14 oleh Hans.Stoikov (bicara | kontrib) (Saur Sepuh adalah sebuah karya Nikki Kosasih yang menjadi salah satu pertanda masuknya sandiwara radio ke masa keemasan di era 80-an)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Saur Sepuh adalah sebuah cerita yang di kisahkan melalui media radio. Saur Sepuh mengambil setting pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk di Majapahit.

Ceritanya berpusat pada Brahma Kumbara, seorang pewaris tahta kerajaan Madangkara yang pada awal kisah diceritakan tengah di jajah oleh kerajaan Kuntala. Setelah kemudian Brahma berhasil menumbangkan kekuasaan Kuntala dan memulihkan kedaulatan Madangkara, kisah berlanjut dengan permusuhan antara Brahma dengan Gardika yang ingin kembali mengembalikan kekuasaan Kuntala.

Dalam sebuah pertarungan dengan Gardika, Brahma yang terluka parah oleh ajian serat jiwa milik Gardika diselamatkan oleh seekor burung Rajawali raksasa. Burung rajawali ini kemudian menjadi sahabat Brahma. Rajawali bahkan kemudian menunjukkan kepada Brahma dimana tersimpan kitab asli ajian Serat Jiwa yang ternyata adalah milik kakek Astagina, kakek dari Brahma. Secara tidak sadar ilmu yang selama ini dipelajari oleh Brahma dari Kakek Astagina (ajian Tapak Saketi, ajian Gelang Gelang, dan ajian Bayu Bajra) adalah bagian dari ajian Serat Jiwa. Brahma berhasil menguasai ajian Serat Jiwa hingga ke tingkat yang paling tinggi (Tingkat 10).

Permusuhan Brahma dan Gardika akhirnya mencapai puncaknya ketika keduanya berduel hidup mati dan berakhir dengan tewasnya Gardika di tangan Brahma. Gardika yang sepanjang hidupnya banyak melakukan kejahatan digambarkan tubuhnya hancur menjadi tepung.

Dalam perjalanannya, Gardika detemai oleh seorang bernama Kendala. Pada dasarnya Kendala adalah seorang yang baik, setelah Gardika tewas di tangan Brahma, Kendala mendapat pengampunan dari Brahma dan kemudian mengabdi kepada Madangkara.

Kisah kemudian dilanjutkan dengan perseteruan antara Brahma dengan Panembahan Senopati, pada bagian ini dikisahkan bahwa Ajian Serat jiwa yang sebelumnya dianggap sebagai ilmu tertinggi menemukan tandingannya, yaitu ajian Waringin Sungsang. Brahma yang hampir tewas setelah bertarung hidup mati dengan dua murid Panembahan Senopati (Kijara dan Lugina) malah secara tidak sengaja mendapatkan ajian Lampah Lumpuh yang digambarkan tidak dapat dikalahkan. Sampai akhir cerita ajian lampah lumpuh tidak terkalahkan, hanya 1 kali bertanding imbang dengan ilmu Ikatan Roh milik biksu Tibet.

Tokoh

  • Brahma Kumbara (suara diisi oleh Ferry Fadly)
  • Mantili (suara diisi oleh Elly Ermawati)
  • Dewi Harnum
  • Paramita (suara diisi oleh Maria Oentoe)
  • Raden Samba
  • Lasmini (suara diisi oleh Ivonne Rose)
  • Bongkeng (suara diisi oleh Bahar Mario)
  • Merit
  • Patih Gotawa


Kisah Cinta

Brahma Kumbara

Brahma pernah mencitai seorang wanita. Cinta pertamanya itu terbunuh dalam sebuah pertempuran.

Sosok Brahma yang gagah, tampan, dan karismatik banyak menarik perhatian wanita. Diantaranya yang akhrinya berhasil mengambil hatinya adalah sosok Dewi Harnum. Dewi Harnum hampir selalu menjadi pendamping Brahma dalam perjalanannya. Dewi Harnum juga yang menjadi satu satunya saksi pertarungan dahsyat ajian serat jiwa tingkat 10 melawan ajian serat jiwa tingkat 10 antara Brama dengan Gardika (musuh bebuyutan Brahma).

Namun kemudian, Brahma dan Harnum bertemu dengan Paramita, seorang janda beranak 2 (Raden Bentar dan Garnis) yang juga menaruh hati kepada Brahma Kumbara. Harnum kemudian bersahabat erat dengan Paramita, dan ketika Brahma kemudian menyunting Harnum, Harnum setuju hanya jika Brahma juga menyunting Paramita.

Mantili

Sebenarnya cinta sejati Mantili adalah Raden Samba. Namun karena sifat Mantili yang keras, mereka sering bertengkar dan pada akhirnya Mantili malah menikah dengan Patih Gotawa. Raden Samba yang kemudian menikah dengan wanita lain ternyata masih menyimpan hati kepada Mantili, akibatnya pernikahannya jadi tidak harmonis.

Dikemudian hari putra Raden Samba datang Madangkara mencari Mantili untuk membalas dendam karena menganggap Mantili sebagai penyebab ketidak harmonisan keluarganya.