Djarum
Berkas:Djarum.png | |
Perusahaan keluarga | |
Industri | Rokok |
Didirikan | 21 April 1951 |
Kantor pusat | Kudus, Indonesia Bekasi, Indonesia |
Tokoh kunci | Oei Wie Gwan Robert Budi Hartono Michael Bambang Hartono |
Pemilik | Salim Group (1972-2014) Djarum Corporation (2014-sekarang) |
Karyawan | 75,000 |
Situs web | www.djarum.com |
PT Djarum adalah sebuah perusahaan rokok yang berpusat di Kudus, Jawa Tengah, Indonesia.
Sejarah
Pada tahun 1951, Oei Wie Gwan, seorang pengusaha Tionghoa-Indonesia, membeli perusahaan rokok NV Murup yang hampir gulung tikar di Kudus, Jawa Tengah. Perusahaan tersebut memiliki merek Djarum Gramofon. Beliau menyingkat merek tersebut menjadi Djarum.
Perusahaan ini hampir punah ketika kebakaran besar menghancurkan pabrik perusahaan pada tahun 1963, diikuti oleh kematian Oei Wie Gwan. Anaknya, Budi dan Bambang Hartono, akhirnya mengambil kesempatan untuk membangun perusahaan kembali.[1]
Awalnya, produk Djarum adalah rokok kretek lintingan tangan dan rokok kretek lintingan mesin. Kedua produk itu sangat populer dan diproduksi dalam jumlah besar. Rokok kretek lintingan tangan klasik terus dilakukan oleh Djarum menggunakan metode kuno yang dikerjakan secara manual oleh buruh terampil. Sementara rokok kretek lintingan mesin diperkenalkan pada awal tahun 1970, diproduksi secara otomatis menggunakan mesin berteknologi tinggi.[2]
Pada pertengahan tahun 1970-an, Departemen R&D Djarum menciptakan "Djarum khusus", yang pertama kali dipasarkan pada tahun 1976 dan kemudian diikuti oleh "Djarum Super" pada tahun 1981.
Di tengah besarnya pasar domestik untuk rokok kretek, pada tahun 1972 Djarum mulai mengekspor kretek lintingan tangan ke pengecer tembakau di seluruh dunia, dari Republik Rakyat China, Korea, Jepang ke Belanda dan Amerika Serikat.
Setelah krisis finansial Asia tahun 1997, perusahaan ini menjadi bagian dari konsorsium yang membeli Bank Central Asia (BCA) dari BPPN.[3] BCA merupakan bank swasta terbesar di Indonesia dan sebelumnya merupakan bagian dari Grup Salim. Saat ini saham mayoritas bank (51%) dikendalikan oleh Djarum.
Pada tahun 2004 Djarum Group mengakuisisi kontrak BOT selama 30 tahun dari pemerintah untuk mengembangkan dan merenovasi Hotel Indonesia di Jakarta di bawah proyek superblok Grand Indonesia.[4]
Pada tahun 2014 Perusahaan kretek Djarum dimiliki dengan Djarum Corporation oleh Robert Budi Hartono
Pada tanggal 1 Januari 2005, PT Gallaher Indonesia membeli seluruh saham Djarum dan menjadi bagian dari Gallaher Group.
Saat ini, Budi dan Michael Hartono adalah orang terkaya nomor satu di Indonesia menurut Forbes.[5]
PB Djarum
Djarum badminton club (PB Djarum) didirikan pada tahun 1974 oleh CEO perusahaan Budi Hartono. Pemainnya seperti Liem Swie King dan Alan Budikusuma telah memenangkan berbagai kejuaraan untuk Indonesia.
Produk
Sigaret Kretek Tangan
- Clavo
- Djarum 76
- Djarum Coklat
- Djarum Coklat Extra
Sigaret Kretek Mesin Full Flavor
- Clavo Premio Filter
- Crystal Special
- Djarum 76 Filter Gold
- Djarum Black
- Djarum Black Cappucino
- Djarum Black Tea
- Djarum Black Menthol
- Djarum Coklat Filter
- Djarum Super
- Mustang
Sigaret Kretek Mesin Light Mild
- Djarum Black Mild
- Ten Mild
- Milday
- Urban Mild
- Djarum Super MLD
- L.A. Lights
- L.A. Menthol
- L.A. ICE
- L.A. Cappucino
- L.A. Vanila
- L.A. Mojito
Lihat pula
Referensi
- ^ Dunia Djarum
- ^ Kretek, Hanusz, Mark. 2003. Equinox Publishing, Singapura. Halaman 136
- ^ "Grup Djarum di Indonesia membeli BCA saham senilai $ 382 juta" - sumber: Reuters, 20 Desember 2010
- ^ Budi dan Bambang Hartono diversifikasi kegiatan perusahaan di luar industri rokok.
- ^ http://www.forbes.com/indonesia-billionaires/