Lompat ke isi

Limbo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Christ in Limbo (ca 1575), karya seorang pengikut Hieronymus Bosch[1]

Limbo (bahasa Latin: limbus, artinya: tepi atau batas, merujuk pada "tepi" neraka), dalam teologi Gereja Katolik, adalah suatu gagasan spekulatif mengenai kondisi kehidupan setelah kematian bagi mereka yang meninggal karena dosa asalnya tanpa ditetapkan untuk masuk dalam kutukan neraka. Limbo bukanlah doktrin resmi Gereja Katolik. Para teolog abad pertengahan dari Eropa barat menjelaskan bahwa "dunia bawah" (neraka, hades, infernum) dibagi menjadi 4 bagian yang berbeda: neraka terkutuk (sebagian menyebutnya Gehenna), purgatorium, Limbo para Bapa (limbus patrum), Limbo para Bayi (limbus infantium).

Limbo para Bapa

Jesus in Limbo oleh Domenico Beccafumi

"Limbo para Bapa" (bahasa Inggris: Limbo of the Fathers, bahasa Latin: limbus patrum) dipandang sebagai keadaan sementara bagi mereka, terlepas dari dosa-dosa yang telah mereka lakukan, yang meninggal dunia dalam persahabatan dengan Allah namun belum dapat masuk dalam surga sampai dengan penebusan oleh Yesus Kristus (lihat: Kebangkitan Yesus). Istilah ini merupakan sebuah nama di abad pertengahan untuk menyebut satu bagian dari dunia bawah (underwold), yaitu hades (bahasa Ibrani: sheol‎), dimana para bapa atau orang benar dari Perjanjian Lama diyakini berada di sana menantikan turunnya roh Kristus kepada mereka melalui kematian-Nya untuk membebaskan mereka.[2] Katekismus Gereja Katolik (KGK) 632-633 menjelaskan bahwa Kristus turun ke 'neraka' (bedakan dengan "neraka terkutuk") untuk membebaskan orang-orang benar yang meninggal dunia sebelum Dia. Hal ini merupakan arti pertama atas apa yang diberitakan oleh pewartaan para rasul mengenai turunnya Kristus ke tempat penantian orang mati: "Yesus, layaknya semua manusia, mengalami kematian dan jiwa-Nya masuk ke tempat perhentian orang mati. Namun Ia turun ke sana sebagai Juru selamat, memaklumkan Kabar Gembira kepada jiwa-jiwa yang tertahan di sana." KGK tidak menggunakan kata "Limbo".[3]

Lukas 16:22 berbicara tentang "pangkuan Abraham", dimana Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur mengikuti para penulis Kristen awal, yang memahaminya sebagai suatu keadaan sementara bagi jiwa-jiwa yang menanti untuk masuk surga. Akhir keadaan tersebut adalah Kebangkitan Orang Mati (penafsiran umum di Gereja Timur) atau turunnya Kristus ke tempat penantian (bahasa Latin: Descensus Christi ad Inferos), yang merupakan penafsiran paling umum di Gereja Barat dan diadopsi juga oleh sebagian kalangan di Timur.[4]

Doktrin yang dinyatakan dengan istilah "Limbo para Bapa" pernah diajarkan, misalnya oleh Klemens dari Aleksandria, seorang Bapa Gereja Timur, yang menuliskan mengenai hades (The Stromata, Buku VI - Bab VI).[5]

Limbo para Bayi

Limbo para Bayi (bahasa Latin: limbus infantium, limbus puerorum) adalah suatu hipotesis tentang status permanen dari bayi-bayi yang meninggal sebelum dibaptis; mereka terlalu kecil untuk dapat melakukan dosa-dosa pribadi, namun belum dibebaskan dari dosa asal. Spekulasi teologis Katolik baru-baru ini cenderung menekankan pada pengharapan, walau tidak secara pasti, bahwa bayi-bayi ini mungkin mencapai surga, bukan keadaan yang semestinya di Limbo.[6] Meskipun Gereja Katolik memiliki satu doktrin yang telah didefinisikan secara dogmatis pada dosa asal, namun tidak dijelaskan perihal nasib bayi-bayi yang belum dibaptis; para teolog diberi kebebasan untuk mengusulkan berbagai teori menyangkut hal ini, dimana magisterium Gereja juga bebas untuk menerima ataupun menolaknya. Limbo adalah salah satu teori ini.[6][7]

Bapa Gereja Latin

Dalam usahanya melawan Pelagius, yang menyangkal adanya dosa asal, Santo Agustinus dari Hippo dibuatnya menyatakan bahwa karena adanya dosa asal, "[jiwa-jiwa] para bayi yang meninggalkan tubuhnya tanpa dibaptis akan mengalami hukuman yang paling ringan di antara semuanya. Orang tersebut, oleh karena itu, sangatlah menipu baik dirinya sendiri dan juga orang lain, dengan mengajarkan bahwa mereka tidak akan menerima hukuman; sedangkan sang rasul mengatakan: 'Penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman' (Roma 5:16), dan juga sedikit yang berikutnya: 'Oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman' (Roma 5:18)."[6][8]

Konsili para uskup Afrika Utara, termasuk Agustinus dari Hippo, yang diadakan di Kartago pada tahun 418 tidak mengesahkan secara eksplisit semua aspek dari pandangan tegas Agustinus mengenai nasib para bayi yang meninggal tanpa dibaptis, namun dikatakan dalam suatu bagian dari satu kanon (tidak ditemukan pada semua naskah) bahwa tidaklah ada "tempat kediaman bahagia di tengah-tengah atau lainnya bagi anak-anak yang telah meninggalkan kehidupan ini tanpa Pembaptisan, yang mana tanpanya mereka tidak dapat masuk dalam kerajaan surga, yaitu kehidupan abadi".[6][9] Pengaruh Agustinus yang besar di dunia Barat, bagaimanapun, membuat beberapa Bapa Gereja Latin dari abad ke-5 dan 6 (seperti St. Hieronimus dan St. Gregorius Agung) mengadopsi opininya.[6]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Inggris) Christ in Limbo, Indianapolis Museum of Art 
  2. ^ (Inggris) St. Thomas Aquinas, "Question 52. Christ's descent into hell", Summa Theologica, Literally translated by Fathers of the English Dominican Province (edisi ke-1920, Second and Revised Edition), New Advent 
  3. ^ (Inggris) "Paragraph 1. Christ Descended into Hell", Catechism of the Catholic Church, Libreria Editrice Vaticana 
  4. ^ (Inggris) Bishop Hilarion Alfeyev, Christ the Conqueror of Hell - The Descent of Christ into Hades in Eastern and Western Theological Traditions, Department for External Church Relations of the Moscow Patriarchate 
  5. ^ (Inggris) Clement of Alexandria, "The Stromata, or Miscellanies", dalam Peter Kirby, Historical Jesus Theories, Early Christian Writings 
  6. ^ a b c d e (Inggris) International Theological Commission, The Hope of Salvation for Infants Who Die Without Being Baptised, Holy See 
  7. ^ (Inggris) "VI. The Necessity of Baptism", Catechism of the Catholic Church, Libreria Editrice Vaticana 
  8. ^ (Inggris) St. Augustine, "On Merit and the Forgiveness of Sins, and the Baptism of Infants (Book I)", dalam Philip Schaff, Nicene and Post-Nicene Fathers, First Series, Vol. 5, Translated by Peter Holmes and Robert Ernest Wallis, and revised by Benjamin B. Warfield (edisi ke-1887), Buffalo, NY: Christian Literature Publishing Co. (retrieved from New Advent) 
  9. ^ (Inggris) Philip Schaff and Henry Wace (ed.), "Council of Carthage (A.D. 419)", Nicene and Post-Nicene Fathers, Second Series, Vol. 14, Translated by Henry Percival (edisi ke-1900), Buffalo, NY: Christian Literature Publishing Co. (retrieved from New Advent) 

Pranala luar