Lompat ke isi

Amik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Amik adalah vestimentum liturgis yang terutama digunakan dalam Gereja Katolik Roma, beberapa Gereja Anglikan, dan Gereja Armenia. Amik berupa sehelai kain putih persegi emapat atau oblong, berbahan linen, dengan sambungan seperti pita, yang berfungsi sebagai simpul untuk mengencangkannya di seputar pundak imam. Sebagaimana vestimentum keimaman lainnya, amik harus diberkati terlebih dahulu sebelum digunakan. Tujuan dari amik sebenarnya adalah sebagai penutup pundak, atau aslinya sebagai penutup kepala dari si pengguna.

Sebelum reformasi liturgis tahun 1972, amik wajib dikenakan dalam setiap Misa Gereja Katolik Ritus Latin, namun sekarang ini amik hanya wajib dikenakan jika alba yang dikenakan imam tidak sepenuhnya menutupi pakaian sehari-harinya, terutama pada bagian kerahnya. Banyak imam yang memilih untuk mengenakan amik dengan alasan tradisi, atau dengan alasan untuk melindungi vestimentum lainnya dari keringat. Amik tidak dikenakan oleh rohaniwan yang jabatannya di bawah subdiakon.

Beberapa ordo biarawan, seperti Dominikan dan Fransiskan, serta beberapa ordo lain yang seragamnya memiliki tudung, kerap mengenakan Amik setelah terlebih dahulu memasang tudungnya. Imam, atau petugas liturgi, kemudian mengencangkan pita pada Amik - bersilang di dada - lalu disimpulkan di punggungnya. Alba dikenakan setelah tudung/Amik, lalu dikencangkan. Tudung/amik tadi kemudian dibiarkan menjuntai menutupi kerah.

Dalam beberapa ritus Abad Pertengahan, misalnya ritus Sarum, amik diberi pita tebal yang lebar dari bahan brokat atau hiasan lainnya, sehingga tampak seperti kerah tinggi. Amik seperti ini disebut amik berhiasan. Kebiasaan ini ditinggalkan di Roma sekitar akhir abad ke-15, namun lebih lama bertahan di bagian lain Eropa. Pada tahun 1907, kebiasaan ini tidak lagi ditolerir dalam liturgi Katolik Roma, namun masih eksis dalam banyak komunitas Anglikan.

Yang menarik adalah, amik mirip kerah ini menyebar sampai ke Gereja Ortodoks Armenia. Amik jenis ini tetap dipertahankan sebagai bagian normal dari vestimentum imam Gereja itu, dan disebut varkas.

Pada saat mengenakan amik, pertama-tama imam membentangkan amik di atas kepalanya (seperti tudung), kemudian melilitkannya ke sekeliling pundak. Selama melakukan tindakan ini, dia mengucapkan sebuah doa singkat yang isinya memohon Allah untuk mengenakan padanya "helm keselamatan".

Sumber dan referensi