Lompat ke isi

Dzulqarnain Muhammad Sunusi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dzulqarnain M. Sunusi
Lahir(1976-08-12)12 Agustus 1976
Indonesia Makassar
KebangsaanIndonesia
PekerjaanPimpinan pondok pesantren As Sunnah Makassar
Penceramah Penulis Buku
Dikenal atasDa'i Salafi
Situs webdzulqarnain.net

Dzulqarnain M. Sunusi (lahir 12 Agustus 1976) adalah seorang pendakwah dan hafidz Al Qur’an dengan metode qira’at (bacaan) Hafsh ‘an ‘Ashim yang sanad riwayatnya sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (melalui jalan Asy Syatibiyyah dan Thayyibah An Nasyr). Nama panggilan atau kuniyahnya adalah Abu Muhammad. Pekerjaan sekarang adalah pimpinan pondok pesantren As Sunnah di Makassar, penulis buku Islam, dan pendakwah di berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Arab Saudi, dll.

Pengalaman Menuntut Ilmu Agama

Mengenal dakwah Ahlus Sunnah Wal Jamaah diawali ketika menginjak usia remaja di Makassar, ia belajar bahasa Arab dan beberapa cabang ilmu agama di Pondok Pesantren (Ponpes) Ihya’us Sunnah, Degolan, Yogyakarta. Sekitar tahun 1995, Dzulqarnain berangkat ke Ma’had Darul Hadits, Dammaj, Yaman untuk menuntut ilmu kepada ulama besar dan ahli hadits Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i. Dia termasuk santri Tadribud Du’at Ponpes Ihya’us Sunnah yang sangat cerdas dengan kekuatan hafalannya sehingga berhasil mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan di ma’had favorit pusat ahlus sunnah di negeri Yaman.

Dzulqarnain M. Sunusi kembali ke kampung halamannya di Indonesia pada tahun 1999 dan tetap dengan kesibukannya menulis, meneliti, dan belajar berbagai cabang ilmu syariat. Pada tahun 2004, ia pergi ke Saudi Arabia guna memperdalam berbagai cabang ilmu agama kepada ulama-ulama terkemuka dan mengambil sanad-sanad periwayatan buku-buku salaf seperti Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali (mantan dosen Universitas Islam Madinah). Tahun 2005 belajar kepada Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi (Mufti Saudi Arabia Bagian Selatan). Di antara tahun 2006 – 2008 belajar kepada Syaikh Shalih bin ‘Abdillah bin Fauzan Al Fauzan (anggota Hai’at Kibarul ‘Ulama Saudi Arabia). Guru beliau lainnya adalah Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali. Selama masa tersebut, Ia menghafal Al Qur’an dengan metode qira’at (bacaan) Hafsh ‘an ‘Ashim yang sanad riwayatnya sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (melalui jalan Asy Syatibiyyah dan Thayyibah An Nasyr). Ia mengkhatam Al-Qur`an dua kali dari hafalan dengan membaca riwayat Hafsh dari Ashim melalui jalan Asy-Syathibiyyah dan Thoyyibah An-Nasyar, talaqqi dari dua orang guru ahli Qira’at dan ia mendapat ijazah tertulis dalam hal tersebut.

Guru

  1. Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i (Belajar kitab Shohih Al-Bukhari; Shohih Muslim; Mustadrak Al-Hakim; Tafsir Ibnu Katsir; Ash-Shahih Al-Musnad Mimma Laisa Fii Ash-Shahihain; Al-Jami’ Ash-Shahih Mimma Laisa Fii Ash-Shahihain; Al-Jami’ Ash-Shahih Min Dalâ`il An-Nubuwwah; Al-Jami’ Ash-Shahih fii Al-Qadar; Ash-Shahih Al-Musnad Min Asbabin Nuzul; Gharatul Fishal ‘alal Mu’tadin ‘ala Kutubil ‘Ilal; Dzammul Mas`alah dan Ahadits Mu’allah Zhahiruha Ash Shihhah).
  2. Syaikh Ahmad bin Yahya bin Muhammad An Najmi (Belajar kitab Wasiyat Abu ‘Utsman Ash-Shobuny dan beberapa bab dari Maurid Al-Adzbi Al-Zilal; Qurrah ‘Uyun Al-Muwahhidin, bab Buyu’ dari Bulughul Maram; Shohih Al-Bukhari, Nuzhatun Nazhor dan lain-lainnya. Dan Syaikh Ahmad memberi ijazah kepada beliau meriwayatkan kutub As-Sittah)
  3. Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan (Belajar Kitabut Tauhid, Al-Furqan, At-Tawassul Wal Wasilah, Tafsir Surah-sarah Al-Mufashshol, Al-Arba’in An-Nawawiyah, Ar-Raudh Al-Murbi’, Akhshor Al-Mukhtashot, Bulughul Maram dan Umdah Al-Ahkam)
  4. Syaikh Dr. Rabi’ bin Hadi ‘Umair Al Madkhali (Belajar Kitabul Iman dari Shohih Al-Bukhari, Asy-Syari’ah karya Al-Ajurri dan sejumlah pelajaran sore dari tafsir, manhaj, akhlaq, nasehat dan selainnya)
  5. Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali (Belajar kitab Syarh As-Sunnah karya Imam Al-Muzany, Ushulul Fiqih karya As-Si’dy, Sunan An-Nasa`iy, Tafsir surah Maryam dari Adhwa` Al-Bayan, Ushul As-Sunnah karya Ibnu Abi Zamanin dan lain-lainnya.
  6. Syaikh ‘Abdullah bin Abdurrahman Al-Ghudayyan (Belajar Al-Muwafaqat, Qawa’id Al-Ahkam karya Al-‘Izz bin ‘Abdussalam, Al-Furuq karya Al-Qarafi dan Al-Inshof)
  7. Syaikh ‘Ubaid bin ‘Abdillah bin Sulaiman Al Jabiri (Belajar Syarh As-Sunnah karya Al-Barbahari, Kitab Ash-Shiyam dari Umdah Al-Ahkam)
  8. Syaikh ‘Abdul Muhsin bin Hamd Al ‘Abbad Al Badr (Belajar Syarah Alfiyah Al-‘Iraqy dan Mimiyah fil Adab karya Al-Hafizh Al-Hakamy)

Selain dari itu, ia juga menghadiri beberapa majelis Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utasimin pada musim haji tahun 1419 H.

Aktivitas Dakwah

Ia pulang ke Indonesia dari menimba ilmu di Ma’had Darul Hadits, Dammaj, Yaman tahun 1999. Dzulqarnain M. Sunusi sempat memberikan pelajaran di Ponpes Ihya’us Sunnah Yogyakarta dan menjadi anggota staf redaksi majalah SALAFY yang berpusat di Yogyakarta.

Pada tahun 2000, ia mendirikan Pondok Pesantren As Sunnah Makassar bersama dengan para da’i alumnus Ma’had Darul Hadits Yaman dan Universitas Islam Madinah, seperti Ustadz Khidhir, Ustadz Mustamin bin Musaruddin, Lc, Ustadz Luqman Jamal, Lc. Cukup banyak alumnus yang dihasilkan dari program pendidikan pondok pesantren ini dan turut berperan aktif dalam berdakwah, di antaranya adalah Ustadz Hammad bin ‘Amr Abu Mu’awiyah (penanggung jawab website al-atsariyyah.com).

Tahun 2001 Ma’had As Sunnah Makassar menerbitkan majalah An-Nashihah secara berkala sampai sekarang. Dalam keredaksian, ia bertindak sebagai pemimpin umum. Majalah An-Nashihah merupakan risalah ilmiah yang membahas permasalahan agama dengan dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah sesuai pemahaman salafush shalih. Ciri khas majalah ini adalah adanya rubrik “Masalah Anda” yakni pertanyaan dari para pembaca yang dijawab langsung oleh para ulama secara tertulis sejak terbitan volume 09 Tahun 1/1426 H/2005 M.

Dzulqarnain M. Sunusi mempunyai banyak pelajaran yang sebagiannya terekam dalam bentuk kaset tape dan CD audio MP3, yang dikelola oleh Tasjilat As Sunnah Makassar, Tasjilat Al Atsariyyah Samarinda, dan Tasjilat Al Madinah Solo. Ia sering diundang untuk mengadakan kajian intensif (dauroh) atau tabligh akbar baik di Makassar maupun daerah lain di Indonesia seperti Sulawesi, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Jakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Batam, dan lain-lain. Bahkan juga sampai ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Arab Saudi, dll.

Seruan dakwahnya adalah dakwah Salafiyah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Ciri pelajaran yang disampaikan adalah penanaman aqidah yang kuat, kedalaman ilmu, kedetailan pembahasan, bersikap adil dan pertengahan, serta penjagaan terhadap hikmah dakwah. Hal ini bisa dibuktikan oleh setiap orang yang pernah bermajelis dengannya ataupun yang pernah mendengarkan rekaman pelajarannya.

Sejak awal tahun 1430 H setiap kajian/ceramahnya di daerah mana pun di Indonesia dan di Saudi Arabia bisa didengarkan secara langsung oleh pengguna internet dengan dipasangnya fasilitas radio An-Nashihah.net. Mulai akhir tahun 1429 H ia menyediakan ruang bagi kaum muslimin di mana pun berada untuk berkonsultasi atau bertanya masalah agama dengan mengirimkan pesan ke akun media sosialnya seperti Facebook dan Twitter.

Tahdzir Syaikh Rabi' Bin Hadi Al-Madkhaly Terhadap Dzulqarnain M. Sunusi

Berikut berita yang disampaikan oleh Asy-Syaikh Hani bin Braik hafizhahullah kepada asatidzah Salafiyyin di Indonesia:

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saya sampaikan kabar gembira kepada kalian bahwa telah terjadi pertemuan dengan syaikh kita Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah tadi malam, beliau menyampaikan salam buat kalian dan sangat gembira dengan keadaan (dakwah –pent) kalian yang saya sampaikan kepada beliau.

Saya juga mengabarkan kepada beliau tentang Dzulqarnain dan keadaannya serta keinginannya untuk mendatangkan Masayikh Yaman dan dia akan memanfaatkan hal itu untuk menyerang ikhwah (asatidzah –pent). Maka beliau berkata: “Katakan kepada Masayikh Yaman agar mereka tidak pergi memenuhi undangannya. Orang ini suka main-main dan meniru cara-cara Al-Halaby di dalam melancarkan makar.”

Lalu saya bertanya kepada beliau: “Ya Syaikh, apakah boleh saya sampaikan hal ini kepada Masayikh Yaman?” Maka beliau mengulang-ulang perkataan tersebut dan mengatakan: “Sampaikan dariku!”

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mentakdirkan dengan datangnya syaikh kita Muhammad Al-Wushaby untuk menyampaikan salam kepada syaikh kita Asy-Syaikh Rabi’. Maka saya sampaikan kepada beliau perkataan Asy-Syaikh Rabi’ tentang rencana kepergian beliau (Asy-Syaikh Al-Wushaby –pent) untuk memenuhi undangan Dzulqarnain. Maka beliau pun mengatakan kepada saya: “Sampaikan kabar gembira, katakan kepada Asy-Syaikh Rabi’!”

Kemudian saya menyebutkan kepada beliau tentang penyakit ikhwah Indonesia di marakiz Yaman yang suka melakukan penggembosan dan menyerukan bahwa dakwah kita padanya tidak ada pembicaraan (bantahan) terhadap orang-orang yang menyimpang. Dan saya katakan kepada beliau bahwa mereka ini suka membuat kekacauan terhadap saudara-saudara mereka (asatidzah –pent) yang menjalankan dakwah dan justru membuat senang hizbiyun dan orang-orang yang hatinya berpenyakit, dan saya memohon kepada beliau untuk menangani masalah seperti ini.

Kemudian kami kembali duduk bersama syaikh kita Asy-Syaikh Rabi’ setelah pembicaraan saya dengan Asy-Syaikh Al-Wushaby, dan bersama kami ada Asy-Syaikh Muhammad bin Ghalib dan Asy-Syaikh Muhammad Arafat (Al-Barmaky –pent). Dan langsung syaikh kita Asy-Syaikh Rabi’ meminta Asy-Syaikh Al-Wushaby agar tidak pergi ke Indonesia untuk memenuhi undangan Dzulqarnain, dan beliau mentahdzirnya dan mengatakan kepada Asy-Syaikh Al-Wushaby: “Dia ini meniru cara-cara Al-Halaby, bunglon dan suka main-main.”

Maka Asy-Syaikh Al-Wushaby pun berjanji kepada Asy-Syaikh Rabi’ untuk tidak pergi (ke Indonesia). Kemudian setelah kami keluar, saya meminta kepada Asy-Syaikh Al-Wushaby agar rencana kepergian ke Indonesia tidak berubah, hanya saja dengan jamuan (undangan –pent) ikhwah yaitu (Al-Ustadz) Luqman dan yang bersamanya. Maka beliau berkata kepada saya: “Baiklah.” Dan saya juga mengatakan kepada beliau: “Biidznillah (insya Allah –pent) akan disampaikan undangan resmi kepada Anda dari mereka.”

Kemudian saya kembali menemui Asy-Syaikh Rabi’ dan beliau mengatakan: “Katakan kepada Luqman dan ikhwah agar mereka yang menjamu (Masayikh Yaman), sebagai ganti Dzulqarnain!”

Jadi –semoga Allah menjaga kalian– sampaikanlah undangan kepada Asy-Syaikh Al-Wushaby!

والسلام عليكم.

Yang mencintai kalian:

Hani bin Buraik

Karya Tulis

  1. Buku berjudul “Meraih Kemuliaan Melalui Jihad Bukan Kenistaan”, Penerbit: Pustaka As Sunnah
  2. Buku berjudul “Renungan Bermakna Saat Musibah Melanda, penerbit Pustaka As Sunnah”, Penerbit: Pustaka As Sunnah
  3. Buku berjudul “Keajaiban Lailatul Qadri”, Penerbit: Pustaka As Sunnah
  4. Buku berjudul “Panduan Puasa Ramadhan”, Penerbit: Pustaka As Sunnah
  5. Buku berjudul “Indahnya Sholat Malam”, Penerbit: Pustaka As Sunnah
  6. Buku berjudul “Mendulang Pahala di Bulan Dzulhijjah”, Penerbit: Pustaka As Sunnah
  7. Buku berjudul “Antara Jihad dan Terorisme”, Penerbit: Pustaka As Sunnah
  8. Buku berjudul “Jerat-Jerat Dosa & Maksiat”, Penerbit: Pustaka As Sunnah
  9. Buku berjudul “Menggapai Ampunan Allah”, Penerbit: Pustaka As Sunnah
  10. Buku berjudul “Pedoman Syariat dalam Menilai Peristiwa (ISIS, AL-QAIDAH, BOKO HARAM, KUDETA, TERORIMSE, DLL)”, Penerbit: Pustaka As Sunnah

Referensi