Lompat ke isi

Arwa binti Abdul Muthalib

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.

Arwā binti ‘Abdul Muthalib
أروى بنت عبد المطلب
Meninggal637 M (15 H)
Madinah, Hijaz, Jazirah Arab
(saat ini wilayah Arab Saudi)
Tempat pemakamanPemakaman Baqi, Madinah, Arab Saudi
PekerjaanPenyair, Penulis
AnakThulaib bin Amir
Orang tua
Kerabat

Arwa binti Abdul Muttalib bin Hasyim Al-Hasyimiyyah Al-Quraisyiyyah, (wafat:15 H) adalah bibi Nabi Islam Muhammad, bibi Ali bin Abi Thalib, dan merupakan seorang penyair.

Silsilah

Dia adalah Arwa binti Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay. Ibunya adalah Fatimah binti ‘Amr bin 'Aidz, sementara yang lain mengatakan bahwa ibunya adalah Shafiyyah binti Jundub bin Hujair.[1]

Suami dan anak-anak

Ibnu Sa'ad mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Arwa menikah dengan ‘Umair bin Wahb bin Abdu Manaf bin Qushay. Dari pernikahannya tersebut, dia melahirkan Thalib. Kemudian menikah lagi dengan Arthaah bin Syarhabīl bin Hisyam bin Abdu Manaf bin Abdu ad-Dār bin Qushay, lalu dengannya ia melahirkan Fatimah.[2]

Di sisi lain, Abu Umar berkata bahwa Arwa menikah dengan ‘Umair bin Wahb bin Abdu Manaf bin Qushay, lalu dengannya ia melahirkan Thalīb. Lalu ia menikah lagi dengan Kaldah bin Abdi Manaf bin Abdi ad-Dar bin Qushay yang dengannya ia melahirkan Arwa.[3]

Disebutkan dalam kitab Silsilah Quraisy, Arwa menikah dengan ‘Umair bin Wahb bin Abdi bin Qushay. Dengannya ia melahirkan Thalib bin Umair, dan menikah lagi Kaldah bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdu ad-Dar bin Qushay. Lalu, dengannya ia melahirkan Fatimah.[4]

Masuk Islam dan hijrah

Terjadi perbedaan pendapat mengenai masuk Islamnya Arwa, begitu pula Atikah.[5] Sementara itu, tidak ada perbedaan pendapat mengenai masuknya Shafiyyah ke dalam Islam.[6] Ibnu Ishaq dan para pengikutnya mengatakan bahwa tidak ada satupun bibi Nabi Muhammad yang masuk Islam, kecuali Shafiyyah.[7] Abu Ja’far al-‘Uqaili menyebutkan bahwa ia di antara para Sahabat. Dia juga menyebutkan keislaman saudara perempuan Arwa, Atikah binti Abdul Muthalib.[7][8] Ibnu Saad berkata, "Kemudian Arwa binti Abdul Muttalib masuk Islam di Mekah dan hijrah ke Madinah."[9][10] Ada pula yang mengatakan bahwa Arwa dan Shafiyyah semuanya adalah bibi Muhammad yang masuk Islam. [11] Muhammad bin Habib Al-Baghdadi menyebutkannya dalam nama wanita yang berbaiat kepada Muhammad dari Bani Hasyim dengan mengutip Al-Waqidi.[12][13]

Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia masuk Islam setelah putranya, Thulaib, masuk Islam di Baitul Arqam,[14][15] Al-Waqidi meriwayatkan dari Musa bin Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harits At-Taimi, berdasarkan riwayat ayahnya yang mengatakan bahwa Thulaib bin ‘Umair masuk Islam di Rumah Arqam bin Abi Al-Arqam Al-Makhzūmī. Kemudian dia keluar dan menemui ibunya, Arwa binti Abdul Muthalib dan berkata, “Aku telah mengikuti Muhammad. Aku berislam kepada Allah.” Ibunya berkata, “Yang paling berhak untuk kau temani dan kau tolong adalah anak pamanmu itu. Demi Allah, seandainya kami kaum wanita bisa melakukan apa yang dilakukan laki-laki, kami pun akan mengikutinya dan membelanya.” Thulaib berkata, “Ibu, apa yang menghalangimu untuk memeluk Islam dan mengikutinya. Padahal saudara laki-lakimu, Hamzah, telah memeluk Islam.” Arwa berkata, “Aku menunggu apa yang akan dilakukan saudari-saudari perempuanku. Lalu aku akan mengikuti mereka.” Thulaib berkata lagi, “Aku mohon kepadamu dengan menyebut nama Allah. Temuilah dia (Muhammad) dan ucapkan salam padanya. Lalu benarkanlah risalahnya dengan bersaksi tidak ada sesembahan yang benar, kecuali Allah.” Lalu Arwa berkata, “Sungguh aku bersaksi tidak ada sesembahan yang benar, kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”Kemudian dia mendukung Nabi, damai dan berkah Allah ﷺ, dengan lidahnya dan mendesak putranya untuk mendukungnya dan melakukan perintahnya.[16][17]

Disebutkan juga dalam Ensiklopedia Wanita Terkenal (Mausu'ah syahiraatin nisa), "Ketika Thulaib sudah dewasa, dia masuk Islam di Dar al-Arqam. Kemudian dia menemui ibunya dan memberitahukan padanya tentang masuk Islamnya. Thulalib berkata kepadanya, "Mengapa engkau tidak kunjung juga masuk Islam, sebagaimana saudara laki-lakimu, Hamzah?". Arwa menjawab, "Perhatikan apa yang dilakukan oleh saudari-saudariku, maka akan aku ikuti mereka". Anaknya membalas, "Aku (tidak) memohon kepadamu, demi Allah, kecuali agar engkau masuk Islam dan menerima kerasulan Muhammad". Arwa menjawab perkataan anaknya tersebut dengan mengucapkan syahadat.[18]

Al-Waqidi juga meriwayatkan dari Salmah bin Bakht, dari Umairah binti Ubayd Allah bin Ka’b bin Malik, dari Ummu Durrah, dari Barrah binti Abi Tajarah. Ia berkata, "Abu Jahal dan sejumlah orang kafir Quraisy menghadap Nabi ﷺ, dan menyakitinya. Maka Thalib bin Umair menemui Abu Jahal dan memukulnya dengan keras. Lalu mereka membawanya dan mengikatnya, lalu Abu Lahab berdiri di sampingnya sampai dia meninggalkannya. Maka dikatakan kepada Arwa, "Tidakkah engkau menyaksikan bagaimana anakmu Thalib telah menjadi pengikut Muhammad?". Dia berkata, ""Hari terbaik baginya adalah hari ketika ia membela sepupunya. Sungguh Muhammad datang dengan membawa kebenaran dari Tuhan." Mereka berkata, "Berarti sungguh engkau telah mengikuti Muhammad?". Dia berkata, "Betul". Maka beberapa dari mereka pergi menemui Abu Lahab, maka memberitakan kejadian tersebut hingga Abu Lahab pun pergi menemuinya. Arwa berkata, "Sungguh itu telah terjadi, maka berdirilah di hadapan anak saudaramu dan bantulah dia serta lindungilah dia. Maka jika urusannya muncul, kamu dalam pilihan untuk masuk bersamanya atau tetap pada agamamu. Maka jika dia terkena sesuatu, kamu telah memberi alasan dalam urusan anak saudaramu." Maka Abu Lahab berkata, "Kami memiliki kekuatan terhadap seluruh orang Arab yang datang dengan agama baru." Kemudian Abu Lahab pergi, dan dia (Arwa) berkata hari itu,

"Sesungguhnya Ṭhulaib telah menolong anak pamannya dari pihak ibu. Dia menghiburnya dalam hal darahnya dan hartanya."

Al-Mada`ini menyebutkan, dari Isa bin Yazid, dari Dawud bin al-Husain, dia berkata, "Aku mendengar Abdullah bin Amr bin Utsman meriwayatkan dari ayahnya. Ia berkata bahwa Utsman berkata, "Aku menemui bibiku untuk menjenguknya, Arwa binti Abdul Muttalib, kemudian Rasulullah masuk. Aku mendekatinya dan tampak dari keadaannya pada hari itu telah terjadi sesuatu. Lalu ia menghadap kepadaku dan berkata, 'Apa yang terjadi padamu, wahai Utsman?' Aku berkata, 'Aku kagum kepadamu dan kedudukanmu di antara kami, dan apa yang dikatakan tentangmu!' Ia berkata, "Tidak ada ilah yang berhak disembah, selain Allah. Allah telah mengetahui bahwa sungguh saya telah menggigil." Kemudian menyebutkan surah adz-Dzariyat ayat 22-23. Kemudian Nabi Muhammad berdiri lalu keluar, aku mengikutinya di belakangnya dan mengejarna, lalu aku masuk Islam."

Syair-syairnya

ketika Abdul Muttalib mendekati kematiannya, dia berkata kepada putri-putrinya, "Menangislah hingga aku mendengar bagaimana pembicaraan kalian", maka Arwa berkata sambil meratapi ayahnya,[19] "Mataku menangis dan pantas baginya untuk menangis. Atas orang yang murah hati dan malu sifatnya Atas orang yang sifatnya sederhana dari Abṭaḥ, orang terhormat yang niatnya tinggi

Atas orang yang dermawan, Syaibah yang memiliki kemuliaan. Ayahmu yang baik, tidak ada yang setara dengannya. Panjang tangan, halus, dan kuat. Terang, seakan-akan wajahnya adalah cahaya. Perhatikanlah pinggangnya yang menakutkan, yang memiliki keutamaan, Baginya kemuliaan yang didahulukan dan cahaya, Yang mulia dari penindasan, yang terang dan berani, Yang lama dalam kemuliaan, tidak ada kekurangan baginya,

Benteng Malik dan Rabī' Fihr, Dan ia menentukan ketika diminta keputusan,

Dan dia adalah pemuda yang mulia dan dermawan,

Dan keberanian ketika darah mengalir. Ketika para pejuang takut akan kematian,

Seolah-olah hati kebanyakan dari mereka kosong,

Dia terus maju dengan jubah berdebu di kepalanya, ketika kemewahan melingkupinya."

Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebutkan dalam al-Ishabah, "az-Zubair dan Thulalib tersebut di atas mengatakan bahwa orang pertama melukai seorang musyrik dalam Islam karena membela Nabi ﷺ. Sesungguhnya ia mendengar Auf bin Sabra as-Sahmi menghina Nabi Muhammad ﷺ, maka beliau mengambil rahang unta dan memukulnya hingga melukainya. Dikatakan kepada Arwa, “Tidakkah kamu melihat apa yang anak laki-lakimu lakukan?” dan dia berkata:

"Sesungguhnya Thulaib telah menolong anak dari pamannya. Ia menghiburnya dengan perlindungan dan hartanya."

   

Perkataan Ulama tentangnya

  • As-Sayyid Muhsin al-Amin al-Amili berkata, "Seorang sahabat nabi dari kalangan wanita yang juga merupakan seorang penyair dan fasih, yang lebih dulu masuk Islam, lalu masuk Islam di Mekkah pada awal-awal kerasulan, dan berhijrah ke Madinah."[20]

Kematian

Dalam beberapa kitab dan sumber disebutkan bahwa Arwa wafat pada masa kekhalifahan Umar bin Al-Khattab tahun 15 H di Madinah dan dimakamkan di pemakaman Al-Baqi’.[21][22][23][24][25][26]

Lihat juga

Referensi

  1. ^ أبي عمر يوسف بن عبد الله/ابن عبد البر القرطبي (2010-01-01). الاستيعاب في معرفة الأصحاب 1-4 ج4 (dalam bahasa Arab). دار الكتب العلمية. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 سبتمبر 2021. 
  2. ^ أبي القاسم علي بن الحسن/ابن عساكر (2012-01-01). تاريخ مدينة دمشق 1-37 ج2 (dalam bahasa Arab). دار الكتب العلمية. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-14. 
  3. ^ أبي الفضل أحمد بن علي/ابن حجر العسقلاني (2010-01-01). الإصابة في تمييز الصحابة 1-9 مع الفهارس ج8 (dalam bahasa Arab). دار الكتب العلمية. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-14. 
  4. ^ Mush'ab Az-Zubairi (1982). نسب قريش (dalam bahasa Arab) (edisi ke-3). Kairo: Dar Almaref. ISBN 978-977-02-0266-1. OCLC 1227781136. Wikidata Q116762723. 
  5. ^ أعمام وعمات النبي صلى الله عليه وسلم - إسلام ويب - مركز الفتوى.
  6. ^ عمات النبي صلى الله عليه وسلم - شبكة الألوكة.
  7. ^ a b الصفدي (سنة الطبع: 1420 - 2000م). الوافي بالوفيات. المكتبة الشيعية (dalam bahasa العربية). الجزء: الثامن. تحقيق: أحمد الأرناؤوط وتركي مصطفى. hlm. 236. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 نوفمبر 2020. 
  8. ^ عز الدين أبي الحسن علي/ابن الأثير (2016-01-01). أسد الغابة في معرفة الصحابة 1-8 مع الفهارس ج7 (dalam bahasa Arab). دار الكتب العلمية. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-14. 
  9. ^ تاريخ مدينة دمشق - ابن عساكر - ج ٣ - الصفحة ١٢١.
  10. ^ محمد بن سعد البغدادي. الطبقات الكبرى. المكتبة الشيعية (dalam bahasa العربية). الجزء: الثامن. hlm. 42. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 فبراير 2020. 
  11. ^ من الصحابيات اللاتي تسمين باسم أروى.
  12. ^ كتاب المحبر - محمد بن حبيب البغدادي - الصفحة ٤٠٦.
  13. ^ سيد كسروي (2003-01-01). جامع تراجم ومسانيد الصحابيات المبايعات 1-3 ج3 (dalam bahasa Arab). دار الكتب العلمية. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 سبتمبر 2021. 
  14. ^ أروى بنت عبد المطلب ( رضوان الله عليها ) عمَّة النبي ( صلى الله عليه وآله ).
  15. ^ أروى بنت عبد المطلب - الشیعة.
  16. ^ الطبقات الكبرى - محمد بن سعد - ج ٣ - الصفحة ١٢٣.
  17. ^ الطبقات الكبرى - محمد بن سعد - ج ٨ - الصفحة ٤٢.
  18. ^ موسوعة شهيرات النساء، لخليل البدوي، ص 11- 12.
  19. ^ السيرة النبوية - ابن هشام الحميري - ج ١ - الصفحة ١١٢.
  20. ^ أعيان الشيعة - السيد محسن الأمين - ج ٣ - الصفحة ٢٤٥.
  21. ^ الأعلام - خير الدين الزركلي - ج ١ - الصفحة ٢٩٠.
  22. ^ أروى بنت عبد المطلب.
  23. ^ أروى بنت عبد المطلب عمة الرسول.
  24. ^ كتاب شاعرات العرب في الجاهلية والإسلام، ج1، ص ١٢٠.
  25. ^ الدر المنثور في طبقات ربات الخدور ص25.
  26. ^ موسوعة آل بيت النبي (ص) 1-2 ج1، ترجمة أروى بنت عبد المطلب، ذكر وفاتها، ص146.