Lompat ke isi

Bagorejo, Gumukmas, Jember

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.
Bagorejo
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenJember
KecamatanGumukmas
Kode pos
68165
Kode Kemendagri35.09.04.2007 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 8°23′56″S 114°18′18″E / 8.39889°S 114.30500°E / -8.39889; 114.30500

Bagorejo adalah desa di kecamatan Gumukmas, Jember, Jawa Timur, Indonesia.

Sejarah

Nama Bagorejo diambil dari paduan dua kata yang berasal dari Bago dan Rejo. "Bago" itu sendiri dalam istilah bahasa jawa adalah pohon so atau pohon melinjo. Sedangkan "Rejo" memiliki arti ramai atau banyak. Jadi, bila digabung keduanya berarti pohon so atau melinjo yang ramai atau banyak.

Berdasarkan sumber informasi terkait cerita babat tanah desa Bagorejo, memang daerah tersebut berupa hutan lebat yang banyak didominasi oleh tumbuhan kayu. Salah satu diantara jenis tumbuhan yang dominan adalah pohon melinjo itu sendiri. Desa tersebut juga terkenal sebagai daerah "wingit" (mistis dan angker) dan masih banyak dihuni hewan-hewan buas. Konon cerita, sebelum dinamakan Bagorejo, daerah ini wilayah yang dijadikan titik persembunyian para prajurit Pangeran Diponegoro setelah peristiwa penangkapan beliau oleh kolonial Belanda oleh Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock pada tahun 28 Maret 1830, salah satunya adalah mbah Haji Sholeh putra Eyang Nur Khandam (dari Desa Goangsang Kulon Progo Yogyakarta) yang diutus untuk hijrah ke daerah timur dengan diberi ancer-ancer (tanda) Gunung Tembok untuk menetap disana.

Sumber informasi lain juga mengatakan bahwa jauh sebelum Desa ini diberi nama Bagorejo, terdapat pemuka agama Islam yang masyhur atau kyai sepuh yang bernama Mbah Muniran atau Kyai Imam Feqih, konon beliaulah yang pertama kali babat alas di desa ini.

Jadi, bila disimpulkan tidak sembarang orang yang pada waktu itu bisa tinggal dan babat tanah di wilayah "Gunung Tembok" kecuali hanya orang-orang yang memiliki keilmuan tinggi yang kini dikenal dengan Desa Bagorejo

Hingga akhirnya banyak pula para pendatang terutama dari daerah Jawa Tengah Yogyakarta yang menetap di Bagorejo bagian tengah dan dan daerah selatan berasal dari daerah Purworejo atau "Begelen" yang kini pisah menjadi Desa Karangangrejo.

Desa ini dipimpin oleh seorang kepala Desa yang bernama Atok Ur Rohman, S.S yang merupakan keturunan dari Mbah Eyang Nur Khandam.

Pranala luar