Barong Kemiren
Barong Banyuwangi adalah kesenian Barong asal Banyuwangi. Kesenian ini diyakini sangat sakral, sehingga ada perlakuan khusus.
Sejarah Barong di Banyuwangi
Pada tahun 1700an, Banyuwangi berada dibawah kekuasan kerajaan Bali. Sehingga banyak kebudayaan bali yang menyebar di Banyuwangi karena dibawa oleh para pejabat kerajaan Bali yang berkerja di Banyuwangi. adapun seni budaya dimaksud seperti Angklung Caruk di Banyuwangi berasal dari Rindik, Barong ket ketika di Banyuwangi digemari oleh masyarakat Banyuwangi hingga pada terjadi perubahan pada barong ket yang menjadi bernuansa Jawa Blambangan dengan menggunakan mahkota khas Jawa dengan ditambahkan Sayap pada badan Barong, diberi sayap pada barong menggambarkan bahwa Kerajaan Bali yang berhasil menguasai Bayuwangi, dalam arti Barong Ket merupakan Kerajaan Bali terbang menyebrangi selat Bali ke Banyuwangi seperti halnya dewa. Penampilan perdana barong jenis baru di Banyuwangi ini dilakukan di desa Kemiren, maka Barong ket versi Banyuwangi ini dikenal dengan barong Kemiren.
Selain itu, di Banyuwangi yang juga terdapat orang-orang dari Ponorogo turut memberi pengaruh pada barong kemiren seperti penyebutan barong kemiren dengan nama Singo Barong, bila Barong Ket dari bali diiringi gamelan bali maka Barong kemiren menjadi diiringi gamelan reog. Bila di Reog terdapat tradisi Iker, pertunjukan berjalan memutari kampung-kampung seperti halnya Ngelawang di Bali namun dilakukan oleh Barong Bangkung Babi bukan Barong Ket. Maka tradisi memutari kampung-kampung ini turut dilakukan juga pada Barong Kemrien dengan sebutan Ider Bumi. selain itu cerita historis pada reog turut masuk pada barong kemiren, yang terkenal terkait Barong Lundoyo yang berdasarkan cerita Singo Barong Penguasa Kerajaan Lodaya.
Jenis Barong di Banyuwangi
Barong Kemiren
Adalah wujud dari barong kemiren yang mirip barong ket dengan topeng warna merah, hanya saja tidak menggunakan mahkota seperti bali melainkan menggunakan mahkota khas jawa dengan sayap dan bulu-bulu warna putih. Barong ini dimainkan 2 orang.
Barong Lundoyo
adalah wujud barong dengan topeng warna hijau dengan badan dihias bahan ijuk tanpa adanya mahkota, barong Lundoyo terinspirasi dari tokoh Singo Barong yang merupakan seorang raja dari kerajaan Lodaya. Dalam permainan barong ini sering terjadi kesurupan, Barong ini dimainkan 2 orang.
Barong kumbo atau kumbo wongso kenongo
Adalah sejenis barong kemiren namun berukuran jumbo lebih besar dari barong kemiren dengan warna beragam dan gerakan kaki yang khas. Tinggi barong kumbo mencapai 2,5 Meter dengan panjang 7 Meter, Barong ini bisa dimainkan lebih dari 2 orang
Barong sumur
Adalah jenis barong kemiren yang dimainkan hanya satu orang saja, terinspirasi Reog yang bisa dimainkan hanya 1 orang saja,
Barong Rogo
Adalah wujud Barong Kemiren yang dibuat dan dimainkan seperti reog, cara penggunaannya berbeda dengan cara memainkan barong banyuwangi umumnya yang hanya memperlihatkan kaki penari. Pada tarian Barong Rogo ini, gerak tangan kaki hingga leher terlibat seperti barongan pada reog.
Acara
- Dalam Pesta Perkawinan
Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat setempat menanggap barong Kemiren dalam hajat apa pun. Dengan menanggap barong, sang pengantin berharap rumah tangganya selalu bahagia dan mendapat banyak keberuntungan. Masyarakat Kemiren pun menjadikan acara ini sebagai hiburan yang tak pernah lekang. Saat prosesi biasanya barisan macan-macanan berada di depan barong, di belakang barong, sepasang pengantin duduk di atas kereta kuda. Iring-iringan diarak berkeliling desa dan berakhir di rumah sang pengantin. Tontonan ini disebut arak-arakan Barong Kemiren, yang ditanggap dalam hajat perkawinan tradisional di desa yang berjarak 6 kilometer dari Kota Banyuwangi itu..
- Barong Kemiren bisa juga ditanggap semalaman suntuk.
Dengan tiga tahap cerita, barong dimainkan. Barong Kemiren tak sekadar menjadi kesenian yang ditanggap untuk menghibur. Oleh warga desa, yang sebagian besar petani, barong sangat disakralkan karena dipercaya memiliki kekuatan magis arwah nenek moyang.
- Upacara Bersih Desa
Pemangku adat Desa Kemiren, Serad, bercerita, barong dipakai dalam upacara bersih desa, yang dilakukan setiap setiap tanggal 2 Syawal atau Lebaran ( idul Fitri ) kedua, yang disebut upacara Idher Bumi. Barong dengan tabuhan gamelan mengelilingi desa dan ditutup dengan makan bersama di sepanjang jalan desa.
Dalam acara Ider Bumi ada empat jenis tarian Barong yang ditampilkan dan mempunyai cerita sendiri-sendiri. Keempat jenis Barong tersebut adalah Barong Tua, Barong Remaja, Barong anak-anak dan Barongsai. Keempat jenis Barong adalah sebagai lambang generasi-generasi yang menghuni desa Kemiren. Diikutkannya Barongsai dalam acara tersebut karena di desa Kemiren yang terkenal dengan Kampung Using ternyata ada etnik lain yang menghuninya, yaitu Tionghoa.
Acara serupa dilaksanakan setiap tanggal 1 bulan Haji dengan membuat seribu tumpeng atau dikenal dengan selamatan "Tumpeng Sewu". "Ritual ini sebagai ucapan syukur masyarakat karena diberikan rejeki berlebih," Serad menambahkan. Barong sebagai sarana ritual kesuburan tampak pada makanan yang disajikan, yakni makanan hasil bumi, seperti nasi tumpeng dan sayur, jajan pasar, pala kependhem, pala gumandhul, dan pala kesimpar. Selain Ritual ini dilaksanakan untuk menghormati danyang desa Kemiren agar kemakmuran desa tetap terjaga dan terjauhkan dari bencana. Tersebutlah riwayat 20 tahun lalu. Upacara ini pernah ditinggalkan karena hujan lebat. Beberapa hari kemudian, istri salah satu ahli waris barong kesurupan. Ia berteriak-teriak marah karena Idher Bumi tidak digelar. Tidak lama kemudian, bayi wanita itu meninggal. "Kami takut kalau sampai ritual Idher Bumi tidak digelar," kata Serad.
Kesakralan Barong juga dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit. Obat diambilkan dari kemenyan yang dibakar di bawah tubuh barong, lalu dilarutkan dalam air, yang dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit, mulai buta hingga sakit perut.mulai pukul 21.00 sampai 06.00 keesokan harinya.
Barong Dan Regenerasi
Adalah Sucipto, 45 tahun, lelaki kelahiran Banyuwangi itu, tengah berupaya melakukan regenerasi agar kesenian itu tak punah. Melihat pemain kesenian barong yang kian uzur usianya, membuatnya resah. Tanpa menghilangkan keasliannya, ia mempermudah pakem kesenian itu agar bisa memancing minat kalangan muda. "Saya tidak mau berkutat pada pakem. Saya bikin tarian-tarian dan cerita sendiri yang lebih mudah dihafal anak muda. Waktu bermainnya saya singkat menjadi satu setengah jam saja," kata Sucipto, yang sudah bermain barong sejak anak-anak. Dari tiga tahap cerita pada barong, Sucipto meringkasnya menjadi satu tahap saja. Isi cerita lebih bermuatan pesan moral, mengajak orang saling menghormati dan tidak mengambil hak orang lain. Benar saja.
Lebih dari 50 remaja Desa Kemiren menawarkan diri bermain barong. Sucipto memilih 36 orang. Pada 21 Mei 2007, terbentuklah Barong Lancing ( perjaka ) atau Barong Sapujagat, yang anggotanya berasal dari remaja usia SMP dan SMA. Ia juga membentuk Barong Cilik dari kalangan TK dan SD. Semua peralatan disesuaikan dengan kemampuan anak-anak ini. "Saya orang Kemiren. Kalau bukan saya, siapa yang mau peduli meneruskan barong Kemiren?" tutur Ketua Barong Cagar Budoyo Kemiren ini. Ternyata upaya Sucipto mendapat apresiasi masyarakat. Terbukti beberapa waktu yang lalu, pernah Barong Lancing diundang Gubernur Jawa Timur Imam Utomo menggelar pentas dalam sebuah acara di Surabaya.
Upaya melestarikan Kesenian Barong di Banyuwangi makin ditingkatkan dengan diadakannya Festival Tari Barong untuk kategori kelompok dewasa maupun Anak-anak dengan penilaian kreasi gending dan kreasi seni barong yang ditampilkan. Sebelumnya di Kabupaten Banyuwangi yang masih mempertahankan orisinilitas kesenian barong kurang lebih berjumlah empat kelompok, yaitu kelompok Seni Barong Kemiren,Mandalikan, Mangli, dan Jambesari. Akan tetapi, dari keempat kelompok itu hanya kelompok seni Barong Kemiren saja yang masih utuh "keUsingannya" dan sering melakukan pementasan. Akhirnya Barong Kemiren menjadi tarian khas Banyuwangi, bahkan salah satu ikon pariwisata tanah Blambangan. Barong Kemiren pernah pentas di Osaka, Jepang, dalam festival tradisional dunia.