Benteng Kapahaha
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Benteng Kapahaha adalah sebuah benteng alam (benteng pertahanan) pada perang Ambon IV (Ruhmpius) atau sering disebut dengan Perang Kapahaha 1637-1646. Letaknya ± 4 KM ke arah utara Pusat Uli Sailessy. Sebelum menjadi Benteng Pertahanan tempat ini sudah dihuni oleh manusia sejak berabad-abad lamanya. Manusia yang menghuni tempat ini berasal dari Ulapokol (Tempat hunian Roh-roh Gaib "Rijalal Gaib")di Gunung Salahutu, Manusia pertama di Ulapokol tersebut adalah Uka Latu Tapil.
Dalam perkembangan selanjutnya anak-anak dari Uka Latu Tapil melakukan perpindahan Ke Amaela (Gunung Kukusan), setelah itu kemudian mereka pindah dan menetap di Kapahaha. Dari waktu ke waktu melalui proses perkawinan, maka semakin banyak manusia di tempat ini kemudian mereka membentuk sebuah Aman/Hena (Negeri). Aman (negeri) tersebut terdiri dari beberapa rumah tau yaitu: Rumah Tau Sasole, Rumah Tau Sialana, Rumah Tau Leikawa dan Rumah Tau Manilet. Keempat rumah tau inilah yang merupakan turunan asli yang menetap di aman (Negeri Lama) Kapahaha. Rumah Tau Manilet adalah turunan dari seorang penyiar agama islam yang berasal dari timur tengah bernama Syekh Qalam Abdul Kahar. Dia datang sekitar abad ke-8 Masehi dan mengislamkan Penduduk Kapahaha yaitu empat rumah tau tersebut.
Pada masa-masa selanjutnya Kapaha kemudian menjadi pusat pemerintahan adat dari beberpa negeri sekitar yaitu iyal uli yang berjarak ± 2,5 KM dari Negeri Morella, Ninggareta yang berjarak ± 9 KM dari Negeri Morella, dan Putulesi yang berjarak ± 1,5 KM dari Negeri Morella. Lambang Pemerintahan adat negeri Kapahaha yaitu Burung Manu Saliwangi yang sampai saat ini masih dipakai sebagai lambang pemerintahan adat Negeri Morella, dan Baileu Tomasiwa sebagai tempat Musyawarah. Sementara itu, pusat keagamaan terletak di Negeri Lama Iyal Uli.
Pada awal abad Ke-17 dimana sebagian benteng Pertahanan di Maluku ditaklukan oleh VOC Belanda, maka semua Kapitan dan Malesi dari Patasiwa-Patalima yang bentengnya sudah di taklukan tersebut bergabung di Kapahaha dan karena letaknya yang strategis maka dijadikanlah sebagai benteng pertahanan perang yang berlangsung selama 9 tahun dengan Kapitan Besarnya Telukabessy. Perang yang berlangsung sejak tahun 1637 tersebut kemudian berakhir pada tahun 1646 dengan ditaklukannya para pejuang Kapahaha oleh kaum penjajah VOC Belanda. Setelah itu Kapitan Telukabessy (Ahmad Leikawa) dihukum dan digantung di benteng Victoria Ambon dan jenazahnya ditenggelamkan di pantai Namalatu-Ambon.
Rakyat Kapahaha yang tertangkap dalam penaklukan tersebut dikenal dengan masyarakat "Hausihu" yang artinya bau terbakar. Kapahaha sekarang menjadi saksi bisu perjuangan Kapitan Telukabessy. Pada saat ditaklukan, Benteng Kapahaha juga dibakar oleh VOC sehingga semua barang atau benda yang ada di Kapahaha saat itu semuanya ikut hangus terbakar, hal ini seperti yang tertuang dalam sebuah Lani/Kapata (Bahasa Tanah) “Elya Kapahaha Lia Putu Mahalasa”, yang Artinya “Kapahaha Habis dilalap Api”. Kini di Benteng Kapahaha hanya tersisa kuburan-kuburan tua, pecahan-pecahan alat rumah tangga serta beberapa buah barang atau benda yang sempat diselamatkan. Kapahaha kemudian diabadikan namanya di taman makam pahlawan di Kota Ambon.