Gangguan konversi
Gangguan konversi merupakan suatu kondisi kejiwaan seseorang yang disebabkan ketidakberfungsian sistem saraf. Seseorang yang menderita gangguan konversi akan kehilangan kendali pada sistem saraf pusat yang tidak berhubungan dengan penyakit fisik lainnya. Gangguan konversi juga dapat disebut gangguan neurologis fungsional. Pada kondisi ini, fungsi sistem saraf pusat tidak berfungsi secara normal. Pada umumnya, penyakit ini lebih banyak terjangkit pada kaum wanita daripada pria.[1]
Seorang klien akan merasakan gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan dalam dunia medis. Mereka mengalami gangguan-gangguan neurotik yang berasosiasi dengan emosional dan menjadi simptom-simptom fisik berupa rasa sakit serta nyeri luar biasa, kelumpuhan, kebutaan, kesulitan berbicara, muntah terus menerus, sakit kepala, serta tremor.[2]
Orang-orang yang berisiko akan terjangkitnya gangguan konversi ini dengan kondisi:[3]
- Memiliki riwayat pelecehan seksual ataupun kekerasan fisik
- Memiliki gangguan disosiatif
- Memiliki gangguan kepribadian
- Memiliki riwayat penyakit neurologis
Sejarah
Pada buku karangan Hipokrates, gangguan ini dihubungkan dengan penyakit fisik terbatas pada wanita. Gangguan tersebut disebut dengan histeria. Kata tersebut berasal dari bahasa Yunani dengan kata histerio yang artinya rahim. Hiprokrates dan orang-orang Yunani terdahulu beranggapan bahwa rahim tersebut tidak terpuaskan dan akhirnya berkelana ke bagian tubuh lainnya untuk mencari kepuasan. Jika suatu bagian tubuh seorang wanita terasa sakit dan nyeri atau bahkan kelumpuhan, maka rahim tersebut telah bertahan di bagian tubuh tersebut. Meskipun begitu, Hipokrates tidak menjelaskan secara khusus hubungan antara seksual dengan gangguan tersebut.[4]
Di masa abad pertengahan, orang-orang menganggap para penderita gangguan konversi merupakan pelaku bidah sehingga langsung mendapatkan balasan atas dosa yang diperbuat. Penderita gangguan konversi juga dianggap kerasukan oleh roh-roh jahat. Biasanya, untuk mengusir roh-roh jahat tersebut harus melakukan eksorsisme.[5]
Penyembuhan
Terapi fisik atau okupasi
Terapi okupasi adalah perawatan yang bertujuan untuk menyembuhkan gangguan kesehatan konversi agar terus berpikir positif. Selain itu, pada terapi okupasi difokuskan untuk mengatasi gangguan pada sistem gerak, lemah otot, hingga kegiatan yang berpengaruh terhadap mobilitas sehari-hari.[6]
Terapi wicara
Mengatasi adanya gangguan komunikasi, yaitu saat berbicara.
Terapi CBT
Terapi perilaku dan kognitif alias terapi CBT membantu pasien menyadari perilaku positif dan negatif dan melatih pasien untuk menghadapi kejadian yang menjadi trauma.
Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah proses penanaman sugesti ke dalam pikiran bawah sadar seseorang, dengan cara menghipnotis alias memusatkan pikiran Anda secara penuh. Anda akan menerima saran-saran atau sugesti yang berkaitan dengan gejala dan cara mengatasi gangguan ini selama hipnoterapi.
Pasien biasanya akan diberikan obat-obatan yang juga digunakan untuk penyakit depresi, gangguan kecemasan, dan insomnia. Pasein wajib melakukan perawatan secara rutin untuk memantau pemulihan dan mengetahui kesesuaian pengobatan yang dilakukan.
Referensi
- ^ "Gangguan Konversi, Saat Emosi Mengacaukan Fungsi Saraf - Semua Halaman - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-25. Diakses tanggal 2020-01-25.
- ^ "Bab 2 (Somatoform Disorder)" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2020-09-23.
- ^ "Gangguan Konversi, Saat Emosi Mengacaukan Fungsi Saraf - Semua Halaman - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-25. Diakses tanggal 2020-01-25.
- ^ "Bab 2 (Somatoform Disorder)" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2020-09-23.
- ^ "Bab 2 (Somatoform Disorder)" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2020-09-23.
- ^ Puji, Aprinda (2018). "Kenali Gangguan Konversi, Ketika Emosi Mengacaukan Fungsi Saraf". Hello Sehat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-03. Diakses tanggal 2022-03-08.