Lompat ke isi

Gigitan laba-laba

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.
Gigitan laba-laba
Chelicera seekor Aname atra (laba-laba nemesiid) sebuah mygalomorph
Informasi umum
SpesialisasiKedokteran gawat darurat
PenyebabLaba-laba
KomplikasiEnvenomasi

Gigitan laba-laba atau araknidisme adalah cedera yang dihasilkan oleh gigitan laba-laba. Dampak dari kebanyakan gigitan laba-laba tidak serius,[1] kebanyakan hanya menyebabkan gejala-gejala ringan disekitar area gigitan. Namun, meski jarang, mereka gigitan mereka juga dapat menghasilkan luka kulit nekrotik atau sakit yang luar biasa.[2]:455

Kebanyakan laba-laba tidak menyebabkan luka yang serius.[1] Agar sebuah gigitan menjadi serius, diperlukan envenomasi dalam jumlah besar. Gigitan dari laba-laba janda (Latrodectus sp.) memiliki bisa neurotoksik yang menyebabkan sebuah kondisi yang bernam latrodektisme.[3] Gejala-gejalanya dapat mencakup rasa sakit yang dapat terasa di daerah gigitan atau bagian dada dan perut, berkeringat, kram otot, muntah, dan beberapa lainnya.[1] Gigitan dari laba-laba pertapa dapat menyebabkan loksoselisme, yang mana terjadi nekrosis lokal di sekitar kulit yang tergigit, dan meluruhnya sel darah merah dapat terjadi.[4] Pusing, muntah dan demam ringan juga dapat terjadi.[4] Laba-laba lainnya yang dapat menghasilkan gigitan yang signifikan adalah laba-laba jaring-corong Australia (famili Atracidae)[5] dan laba-laba pengelana Amerika Selatan (Phoneutria fera).[1]

Upaya-upaya untuk mencegah gigitan adalah untuk merapihkan tumpukan barang yang berantakan dan penggunaan pestisida.[1] kebanyakan laba-laba dapat ditangani dengan perawatan suportif seperti obat anti-infalamasi nonsteroid (termasuk ibuprofen) untuk rasa sakit dan antihistamin untuk gatal.[6] Opioid dapat digunakan bila rasa sakitnya parah.[6] Meski terdapat antibisa untuk racun laba-laba janda, antibisa tersebut dihubungkan dengan anafilaksis sehingga jarang digunakan.[6] Antibisa untuk bisa laba-laba jaring-corong dapat mengurangi dampak dari gigitan tersebut.[1] Pembedahan dapat dibutuhkan untuk memperbaiki bagian kulit yang terluka karena tergigit laba-laba pertapa.[6]

Gigitan laba-laba dapat didagnosis secara berlebihan atau salah didiagnosis.[1] Pada banyak kasus gigitan laba-laba, tidak jelas apakah sebuah gigitan benar-benar terjadi.[7] Secara historis, terdapat beberapa kondisi yang dihubungkan dengan gigitan laba-laba. Di Abad Pertengahan, terdapat sebuah kondisi yang diklaim berasal dari gigitan laba-laba, yaitu tarantisme, yang membuat orang-orang menari dengan liar.[8] Meski nekrosis telah dihubungkan dengan gigitan berbagai jenis laba-laba, bukti baik hanya mendukung hal ini untuk gigitan laba-laba pertapa.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h Isbister, GK; Fan, HW (10 December 2011). "Spider bite". Lancet. 378 (9808): 2039–47. doi:10.1016/s0140-6736(10)62230-1. PMID 21762981. 
  2. ^ James, William D.; Berger, Timothy G.; et al. (2006). Andrews' Diseases of the Skin: clinical DermatologyAkses gratis dibatasi (uji coba), biasanya perlu berlangganan. Saunders Elsevier. hlm. 455. ISBN 0-7216-2921-0. 
  3. ^ Braitberg, George (2009). "spider bites: Assessment and management" (PDF). Australian Family Physician. 38 (11): 862–67. PMID 19893831. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-11-01. Diakses tanggal 2014-04-06. 
  4. ^ a b Swanson, DL; Vetter, RS (17 February 2005). "Bites of brown recluse spiders and suspected necrotic arachnidism". The New England Journal of Medicine. 352 (7): 700–07. doi:10.1056/nejmra041184. PMID 15716564. 
  5. ^ Isbister, GK; Gray, MR; Balit, CR; Raven, RJ; Stokes, BJ; Porges, K; Tankel, AS; Turner, E; White, J; Fisher, MM (18 April 2005). "Funnel-web spider bite: a systematic review of recorded clinical cases". The Medical Journal of Australia. 182 (8): 407–11. doi:10.5694/j.1326-5377.2005.tb06760.x. hdl:2440/17349alt=Dapat diakses gratis. PMID 15850438. 
  6. ^ a b c d Kang, JK; Bhate, C; Schwartz, RA (September 2014). "Spiders in dermatology" (PDF). Seminars in Cutaneous Medicine and Surgery. 33 (3): 123–27. doi:10.12788/j.sder.0107. PMID 25577851. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-02-14. Diakses tanggal 2015-02-15. 
  7. ^ Stuber, Marielle; Nentwig, Wolfgang (2016). "How informative are case studies of spider bites in the medical literature?". Toxicon. 114: 40–44. doi:10.1016/j.toxicon.2016.02.023. PMID 26923161. 
  8. ^ Donaldson, LJ; Cavanagh, J; Rankin, J (July 1997). "The dancing plague: a public health conundrum". Public Health. 111 (4): 201–04. doi:10.1016/s0033-3506(97)00034-6. PMID 9242030.