Invasi Normandia oleh Prancis
Operasi Militer Normandy | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Invansi sukses Phillip II ke Normandy pada tahun 1204 | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Kerajaan Prancis Kadipaten Brittany Wangsa Lusignan | Kerajaan Inggris (Kekaisaran Angevin) | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Philippe II dari Prancis Arthur dari Brittany Hugh de Lusignan |
Raja John William Marshal William des Roches | ||||||
Kekuatan | |||||||
Tentara Prancis di bawah Philip Pasukan Breton dibawah Arthur | Tentara bayaran | ||||||
Korban | |||||||
tidak diketahui | tidak diketahui |
Operasi Militer Normandy adalah perang di Normandy dari 1202 hingga 1204. Kerajaan Inggris berperang melawan Kerajaan Prancis serta memerangi pemberontakan dari para bangsawan. Philip II dari Prancis menaklukkan wilayah Anglo-Angevin di Normandy, mengakibatkan Pengepungan Château Gaillard. Operasi Militer Normandy berakhir dengan kemenangan bagi Prancis ketika wilayah Anglo-Angevin sangat berkurang.
Latar Belakang
Setelah kematian Richard the Lionheart pada tanggal 6 April 1199 ada dua calon penuntut atas tahta Angevin: John, yang klaimnya menjadi putra tunggal Henry II yang masih hidup, dan Arthur dari Brittany, yang memegang klaim sebagai putra dari Geoffrey.[2] Hukum Abad Pertengahan hanya memberikan sedikit panduan tentang bagaimana klaim yang bersaing harus diputuskan, dengan hukum Norman menguntungkan John dan hukum Angevin yang menguntungkan Arthur; masalah ini dengan cepat menjadi konflik terbuka.[3] John didukung oleh sebagian besar bangsawan Inggris dan Norman dan dimahkotai raja di Westminster, didukung oleh ibunya, Eleanor. Arthur didukung oleh mayoritas bangsawan Breton, Maine dan Anjou dan menerima dukungan dari Philip II, yang tetap berkomitmen untuk memecah wilayah Angevin di benua itu.[4] Dengan pasukan Arthur menekan lembah Loire ke arah Angers dan pasukan Philip bergerak menuruni lembah menuju Tours, kerajaan kontinental John berada dalam bahaya terpotong menjadi dua.[5]