Lompat ke isi

KRI Nala (363)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.
KRI Nala
Karier (ID) Indonesia
ProduksiWilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda
Mulai dibuat
Diluncurkan
Harga Unit -
Dibeli1980 oleh TNI Angkatan Laut
Status Masih bertugas
Karakteristik umum
Berat benaman 1.450 ton
Panjang 11.342 meter (37.211,29 ft)
Lebar 1.251 meter (4.104,33 ft)
Draft457 meter (1.499,34 ft)
Tenaga penggerak1 boiler 22,360 shp
Kecepatan maksimum 30 knot
Jarak tempuh4 peluru kendali permukaan-ke-permukaan Aerospatiale MM-38 Exocet dengan jangkauan maksimum 42 km, berkecepatan 0,9 mach, berpemandu active radar homing dengan hulu ledak seberat 165 kg. 1 meriam Bofors 120/62 berkaliber 120 mm (4.7 inci) dengan kecepatan tembakan 80 rpm, jangkauan 18.5 km dengan sistem pemandu tembakan Signaal WM28. 2 kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20 mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm, jangkauan 2 km untuk target udara. Mortir anti kapal selam Bofors 375 mm laras ganda.
Awak kapal 82 orang
Sonar & Radarradar Racal Decca AC 1229 untuk surface search dan Signaal DA 05 untuk air and surface search.

KRI Nala (363) merupakan kapal ketiga dari kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali kelas Fatahillah milik TNI AL.

KRI Nala merupakan sebuah fregat yang dibuat oleh galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda pada tahun 1980 khusus untuk TNI-AL.

Bertugas sebagai armada pemukul dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara.

Termasuk dalam kelas Fatahillah bersama KRI Nala antara lain KRI Fatahillah (361), dan KRI Malahayati (362).

Saat ini, Komandan KRI Nala-363 adalah Letnan Kolonel Laut (P) Agung Maulana, S.T.,

Data teknis

KRI Nala memiliki berat 1.450 ton. Dengan dimensi 83.85 meter x 11.1 meter x 3.3 meter. Ditenagai oleh 2 mesin diesel jelajah bertenaga 8.000 bhp dengan kecepatan jelajah 21 knot dan 1 booest gas turbine dengan22.360 shp yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 30 knot. Diawaki oleh maksimal 82 pelaut.di buritan ada helly deck.[butuh rujukan]

Persenjataan

KRI Nala dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan modern untuk mengawal wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk di antaranya adalah:[butuh rujukan]

  1. 4 peluru kendali permukaan-ke-permukaan Aerospatiale MM-38 Exocet dengan jangkauan maksimum 42 km, berkecepatan 0,9 mach, berpemandu active radar homing dengan hulu ledak seberat 165 kg.
  2. 1 meriam Boffors 120/62 berkaliber 120 mm (4.7 inci) dengan kecepatan tembakan 80 rpm, jangkauan 18.5 km dengan sistem pemandu tembakan Signaal WM28.
  3. 2 meriam Boffors 40 mm
  4. 2 kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20 mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm, jangkauan 2 km untuk target udara.
  5. Mortir anti kapal selam Bofors 375 mm laras ganda.

Sensor dan elektronis

KRI Nala diperlengkapi radar Racal Decca AC 1229 untuk surface search dan Signaal DA 05 untuk air and surface search. Serta pemandu tembakan Signaal WM 28. Sistem sonarnya menngunakan Signaal PHS 32 (Hull Mounted). Sistem pengecoh menggunakan 2 Knebworth Corvus 8-tubed launchers dan 1 T-Mk 6 torpedo decoy.[butuh rujukan]

Penerbangan

Memiliki dek untuk 1 helikopter yang sebelumnya adalah Westland Wasp HAS 1 (kini pensiun) dengan fungsi sebagai heli anti kapal selam. Mungkin kini diganti dengan NBO-105.[butuh rujukan]

Operasi

Pada tanggal 15-28 Agustus 2002 KRI Nala ikut serta dalam latihan Dalla-2002 di Laut Jawa. Dalam kesempatan ini KRI Nala menembakkan sebuah rudal Exocet.[butuh rujukan]

KRI Nala ikut serta dalam proses pencarian puing-puing pesawat Adam Air Penerbangan 574 yang jatuh di Selat Makassar pada 1 Januari 2007.[butuh rujukan]

Pada tahun 2009 saat akan mengikuti Sail Bunaken, Ruang Mesin KRI NALA terbakar hebat yang mengakibatkan kapal ini lumpuh permesinannya hingga kini. Menurut rencana Kapal ini masih akan dipertahankan untuk diperbaiki pada tahun anggaran 2013 dengan skema Mid Life Modernization, namun hanya berfokus pada perbaikan permesinan dan platform, sementara sistem Kendali Senjatanya akan di non aktifkan.[butuh rujukan]

Pranala luar