Kangkung
Kangkung | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Plantae |
Klad: | Tracheophyta |
Klad: | Angiospermae |
Klad: | Eudikotil |
Klad: | Asterid |
Ordo: | Solanales |
Famili: | Convolvulaceae |
Genus: | Ipomoea |
Spesies: | I. aquatica
|
Nama binomial | |
Ipomoea aquatica |
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz) | |
---|---|
Energi | 79 kJ (19 kcal) |
3.14 g | |
Serat pangan | 2.1 g |
0.2 g | |
2.6 g | |
Vitamin | Kuantitas %AKG† |
Vitamin A equiv. | 39% 315 μg |
Tiamina (B1) | 3% 0.03 mg |
Riboflavin (B2) | 8% 0.1 mg |
Niasin (B3) | 6% 0.9 mg |
Asam pantotenat (B5) | 3% 0.141 mg |
Vitamin B6 | 7% 0.096 mg |
Folat (B9) | 14% 57 μg |
Vitamin C | 66% 55 mg |
Mineral | Kuantitas %AKG† |
Kalsium | 8% 77 mg |
Zat besi | 13% 1.67 mg |
Magnesium | 20% 71 mg |
Mangan | 8% 0.16 mg |
Fosfor | 6% 39 mg |
Potasium | 7% 312 mg |
Sodium | 8% 113 mg |
Seng | 2% 0.18 mg |
| |
†Persen AKG berdasarkan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa. Sumber: USDA FoodData Central |
Kangkung (Ipomoea aquatica) adalah tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan dibudidayakan sebagai tanaman hortikultura. Namun kangkung juga dapat tumbuh liar di rawa-rawa, bahkan dianggap gulma karena pertumbuhannya yang cepat. Kangkung banyak dijual di pasar-pasar. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia. Negeri asalnya tidak diketahui dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair.
Masakan kangkung yang populer adalah cah kangkung bumbu tauco atau terasi, juga di beberapa warung makan menyediakan pelecing kangkung lombok.
Pemerian
Ada dua jenis bentuk kangkung yang dijual di pasaran. Pertama adalah kangkung berdaun licin dan berbentuk mata panah (kangkung air). Biasanya berukuran 10–15 cm. Tumbuhan ini memiliki batang berongga yang menjalar dengan daun berselang dan batang yang menegak pada pangkal daun. Tumbuhan ini bewarna hijau pucat dan menghasilkan bunga bewarna putih, yang menghasilkan kantung yang mengandung empat biji benih.
Jenis kedua adalah dengan daun sempit memanjang (kangkung tanah atau kangkung darat). Daunnya biasanya tersusun menyirip tiga berwarna hijau lebih pekat dibandingkan kangkung air. Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Buleleng menulis, Kangkung Darat (Ipomoea Reptans) berwarna hijau terang dengan ujung daun yang runcing. Warna bunga kangkung darat putih. Dijual dengan cara mengikutkan akarnya. Sedangkan kangkung air biasanya dipotong.[2]
Budidaya
Kelompok Kultivar
Kangkung yang dibudidayakan terbagi ke dalam empat kelompok kultivar.[3] Kangkung sawah (kelompok Lowland) adalah kelompok yang paling dikenal, tumbuh liar di rawa-rawa dangkal dan areal sawah yang terbengkalai. Kangkung jenis ini banyak dikonsumsi secara tradisional.
Kelompok berikutnya adalah kangkung darat atau kelompok Alba, pernah dikenal sebagai Ipomoea reptans Poir. tetapi nama ini sekarang dianggap tidak valid. Kangkung darat berdaun lebih sempit dan lebih adaptif pada lahan kering, sehingga dapat ditanam di tegalan atau bahkan kebun. Kangkung darat lebih mudah dibudidayakan.
Kelompok ketiga adalah kangkung berdaun keunguan atau kelompok Rubra. Kelompok ini daun dan bunganya memiliki warna merah atau ungu, berdaun agak lebar. Kangkung jenis ini juga adaptif pada lahan kering.
Kelompok terakhir adalah kangkung kering atau kelompok Upland, dikenal dalam bahasa Kanton sebagai hon ngung choi. Menurut Rahmad Hidayatulloh Permana kangkung kering merupakan hasil samping dari usaha pertanian produksi biji kangkung. Petani yang membudidayakan kakung hanya untuk mendapatkan biji dari buah kangkung akan menghasilkan kangung kering. Kangkung kering itu sering menjadi limbah karena tidak dimanfaatkan secara maksimal, padahal dapat dijadikan sebagai alternatif hijauan pakan ternak.[4]
Produksi
Ada dua jenis cara budidaya kangkung, yaitu secara kering dan basah. Dalam keduanya, sejumlah besar bahan organik (kompos) dan air diperlukan agar tanaman ini dapat tumbuh dengan subur. Dalam penanaman kering, kangkung ditanam pada jarak 5 inci pada batas dan ditunjang dengan kayu sangga. Kangkung dapat ditanam dari biji benih atau keratan akar. Ia sering ditanam pada semaian sebelum dipindahkan di kebun. Daun kangkung dapat dipanen setelah 6 minggu ia ditanam.
Jika penanaman basah digunakan, potongan sepanjang 12 inci ditanam dalam lumpur dan dibiarkan basah. Semasa kangkung tumbuh, kawasan basah digenagi air setinggi kurang lebih 6 inci dan aliran air perlahan digunakan. Aliran air ini kemudian dihentikan apabila tanah harus digemburkan. Panen dapat dilakukan 30 hari setelah penanaman. Apabila pucuk tanaman dipetik, cabang dari tepi daun akan tumbuh lagi dan dapat dipanen setiap 7–10 hari.
Semasa berbunga, pucuk kangkung tumbuh dengan lambat, tetapi pembajakan tanah dan panen cenderung menggalakkan lebih banyak daun yang dihasilkan.
Kegunaan
Hampir keseluruhan tanaman muda dapat dimakan. Karena kangkung tua berserat kasar, pucuk yang muda lebih digemari. Ia dapat dimakan mentah atau dimasak seperti bayam. Kangkung kering dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Galeri
-
Daun Kangkung
-
Kangkung
-
Kangkung
-
Seikat daun kangkung.
-
Kangkung dan bunga kangkung di desa Pilangsari, Kedawung, Cirebon
-
Kangkung dan bunga kangkung warna putih
Referensi
- ^ IUCN Detail 168908
- ^ BPP, Buleleng (2020-10-19). "Tentang Kangkung Darat". Pemerintah Kabupaten Buleleng Dinas Pertanian. Diakses tanggal 2024-05-22.
- ^ Laman MMPND bagian Ipomoea aquatica
- ^ Permana, Rakhmad Hidayatulloh (2023-11-14). "Dosen IPB Sulap Limbah Kangkung Jadi Alternatif Pakan Ternak". detiknews. Diakses tanggal 2024-05-22.
Pranala luar
- (Melayu) http://agrolink.moa.my/doa/bdc/vege/ka_tek_bm.html Diarsipkan 2005-03-09 di Wayback Machine.