Kuala Kapuas (kota)
Kuala Kapuas | |
---|---|
Ibu kota kabupaten | |
Lokasi Kuala Kapuas (kota) di Provinsi Kalimantan Tengah | |
Koordinat: 2°58′45″S 114°24′15″E / 2.97913°S 114.40403°E | |
Negara | Indonesia |
Wilayah | Kalimantan |
Provinsi | Kalimantan Tengah |
Populasi | |
• Total | 90.209 Jiwa |
• Kepadatan | 0,0229/km2 (590/sq mi) |
Zona waktu | UTC+07:00 (Waktu Indonesia Barat) |
Kode area telepon | 0513 |
Kuala Kapuas adalah ibu kota dari Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Kota ini dilalui oleh Sungai Kapuas yang juga menjadi tulang punggung perekonomian daerah tersebut.[1] Kuala Kapuas termasuk kota satelit bagi Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dahulu, perjalanan dari Kuala Kapuas ke Banjarmasin melewati Sungai Kapuas dan Barito, sedangkan sekarang perjalanan tersebut bisa ditempuh dengan jalan darat melalui Jembatan Barito (dekat Banjarmasin) dan Jembatan Pulau Petak (Kuala Kapuas) dengan jarak 46 km.
Penduduk asli di Kabupaten Kapuas adalah suku bangsa Dayak Ngaju, yang terdiri dari dua suku, yaitu uluh Kapuas – Kahayan yang mendiami sepanjang tepian sungai Kapuas - Kahayan bagian hilir dan tengah, dan uluh Ots Danumyang mendiami sepanjang tepian sungai Kapuas - Kahayan bagian hulu.
Sejarah
Penyebaran penduduk di sepanjang tepian sungai tersebut, tidak dapat diperkirakan ruang dan waktunya secara tepat, karena tidak adanya peninggalan yang jelas maupun tulisan sebagai pegangan. Kawasan ini pada bagian hilirnya, masih merupakan rawa pasang surut, yang tidak mungkin menghasilkan rempah-rempah sebagai komoditas perdagangan yang ramai pada waktu itu, walaupun kapal-kapal company Belanda sudah menyinggahi bandar Banjarmasin sejak tahun 1606.
Sampai dibubarkannya VOC dan digantikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1800, kawasan Kapuas - Kahayan bersama penduduknya masih terisolasi sekian lama dari hubungan dengan dunia luar.
Bulan Februari 1860, dalam rangka mengawasi lalu lintas perairan di kawasan Kapuas, pihak Belanda membangun sebuah fort (benteng) di Ujung Murung dekat muara sungai Kapuas, sekitar rumah jabatan Bupati Kapuas sekarang. Bersamaan dengan adanya benteng di tempat tersebut, lahirlah nama "Kuala Kapuas" yang diambil dari sebutan penduduk setempat, yang sedianya menyebutnya dalam bahasa Dayak Ngaju "Tumbang Kapuas", seiring dengan itu ditempatkanlah seorang Pejabat Belanda sebagai Gezaghebber (Pemangku Kuasa) yang dirangkap oleh komandan benteng yang bersangkutan. Sehingga kawasan Kapuas - Kahayan tidak lagi berada di bawah pengawasan Pemangku Kuasa yang berkedudukan di Marabahan, disamping itu ditunjuklah pejabat Temanggung Nikodemus Ambusebagai sebagai Kepala Distrik (Districtshoofd).
Sementara itu perkampungan di seberang, yakni di kampung Hampatung yang menjadi tempat kediaman kepala distrik, yang pada saat itu bertempat di sekitar Sungai Pasah, sejak terbukanya terusan Anjir (kanal) Serapat tahun 1861 berangsur-angsur berubah dari pemukiman rumah adat Betang menjadi perkampungan perumahan biasa. Selajutnya bertambah lagi Stasi Zending di Barimba pada tahun 1868, disusul munculnya perkampungan orang Cina di antara kampung Hampatung dan Barimba serta terbentuknya perkampungan dengan nama kampung Mambulaudi sekitar kampung Hampatung.
Dari berbagai peristiwa dan keterangan tersebut, akhirnya dijadikan sebagai acuan untuk hari jadi Kota Kuala Kapuas, yaitu dari bermulanya Betang Sungai Pasah yang didirikan sebagai satu-satunya pemukiman adat yang tertua di lingkungan batas Kota Kuala Kapuas (yang masih utuh sewaktu permulaan pembangunan kota ketikaToemenggoeng Nicodemus Djaija Negara mulai mendirikan betangnya di kampung Hampatung pada tahun 1863). Sehingga pada lokakarya penyempurnaan buku sejarah Kabupaten Kapuas pada tanggal 1-2 Desember 1981 di Kuala Kapuas, menetapkan hari jadi Kota Kuala Kapuas pada tanggal 21 Maret 1806 berdasarkan atas berdirinya Betang Sungai Pasah pada tahun 1806, sekaligus pada tanggal 21 Maret 1951 sebagai hari jadi Pemerintah Kabupaten Kapuas.
Rujukan
- ^ Kapuas, Kuala. "KUALA KAPUAS Mobile Version". Diakses tanggal 2022-06-23.