Orang Lanoh
Jumlah populasi | |
---|---|
390 (2010)[1] | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
Malaysia (Perak) | |
Bahasa | |
Lanoh (Semnam, Sabüm), Melayu | |
Agama | |
Agama tradisional | |
Kelompok etnik terkait | |
Bateq, Jahai |
Orang Lanoh adalah suku bangsa pribumi Semenanjung Melayu dari ras Semang (Negrito). Orang Lanoh juga dikenal sebagai Sabub'n atau Lano. Namun, masyarakat Lanoh di Gerik dan Lenggong, Perak menyebut diri mereka sebagai Menik Semnam (artinya "orang Semnam"), sebuah nama yang mengacu pada orang Lanoh yang tinggal di sekitar Sungai Semnam. Sedangkan masyarakat Melayu di Perak Atas menyebut orang Lanoh sebagai Sakai Jeram.[2]
Demografi
Pada tahun 2010, orang Lanoh berjumlah sekitar 390 jiwa.[1] Mereka sebagian besar tinggal di hutan sebagai pemburu dan peramu, sedangkan mereka yang tinggal di luar hutan pada umumnya bekerja sebagai penyadap karet[3] dan petani kelapa sawit.[4] Selama masa Penjajahan Inggris, orang Lanoh kerap dipekerjakan oleh pemerintah sebagai jagawana dan kuli, suatu pekerjaan yang sesuai dengan gaya hidup orang Lanoh yang bermukim di hutan.[3]
Dinamika penduduk masyarakat Lanoh adalah sebagai berikut:
Tahun | 1960[5] | 1965[5] | 1969[5] | 1974[5] | 1980[5] | 1993[6] | 1996[5] | 2000[7] | 2003[7] | 2010[1] |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Populasi | 142 | 142 | 264 | 302 | 224 | 359 | 359 | 173 | 350 | 390 |
Budaya
Suku Lanoh pada mulanya hidup nomaden; suatu gaya hidup yang memunculkan kebiasaan pernikahan terbuka di mana seorang pria akan menikahi seorang wanita dan memiliki anak, lalu pindah ke tempat lain dan menikah lagi dengan wanita lain lalu memiliki anak dan terus melakukannya saat mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain.[8] Perempuan Lanoh juga dikenal melakukan poliandri, praktik yang tidak banyak dikenal oleh suku-suku Semang yang lain.[9] Kini, banyak suku Lanoh yang tinggal di desa-desa permanen di distrik Hulu Perak, Negara Bagian Perak, di dekat perbatasan dengan Kelantan.[10]
Menurut catatan orang Eropa, orang Lanoh hidup sebagai pemburu-pengumpul dan memanfaatkan gua-gua yang tersebar di Perak sebagai tempat berlindung selama perjalanan berburu. Sekitar 100 tahun yang lalu, mereka membuat gambar di dinding gua.[11]
Orang Lanoh percaya bahwa semua makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan memiliki roh mereka sendiri dan mereka juga mengenal pantangan konsumsi binatang tertentu yang dianggap beracun atau kotor.[12] Orang Lanoh dan Temiar menjadikan hewan sebagai makanan, obat-obatan, dan sumber inspirasi cerita rakyat.[12]
Referensi
- ^ a b c Kirk Endicott (2015). Malaysia's Original People: Past, Present and Future of the Orang Asli. NUS Press. hlm. 2. ISBN 978-99-716-9861-4.
- ^ Isa 2015, hlm. 1.
- ^ a b Csilla Dallos (2011). From Equality to Inequality: Social Change Among Newly Sedentary Lanoh Hunter-Gatherer Traders of Peninsular Malaysia. Universitas Toronto Press. hlm. 106. ISBN 978-144-2661-71-4.
- ^ Main Rindam & Fatan Hamamah Yahaya (2014). "Analisis SWOT(C) prospek pembangunan ekotourism di petempatan Orang Asli Lanoh, Perak" (PDF). Geografia : Malaysian Journal of Society and Space. GEOGRAFIA Online Malaysian Journal of Society and Space. ISSN 2180-2491. Diakses tanggal 3 November 2021.
- ^ a b c d e f Nobuta Toshihiro (2009). "Living On The Periphery: Development and Islamization Among Orang Asli in Malaysia" (PDF). Center for Orang Asli Concerns. Diakses tanggal 3 November 2021.
- ^ Colin Nicholas (2000). The Orang Asli and the Contest for Resources. Indigenous Politics, Development and Identity in Peninsular Malaysia (PDF). Center for Orang Asli Concerns & International Work Group for Indigenous Affairs. ISBN 978-87-90730-15-4. Diakses tanggal 3 November 2021.
- ^ a b "Basic Data / Statistics". Center for Orang Asli Concerns. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-29. Diakses tanggal 3 November 2021.
- ^ Joám Evans Pim, ed. (2010). "Nonkilling Societies" (PDF). Center for Global Nonkilling. hlm. 142. Diakses tanggal 3 November 2021.
- ^ Kathrine E. Starkweather (30 Juli 2010). "Exploration into Human Polyandry: An Evolutionary Examination of the Non-Classical Cases". University of Nebraska - Lincoln. hlm. 67–68. Diakses tanggal 3 November 2021.
- ^ Salma Nasution Khoo & Abdur-Razzaq Lubis (2005). Negritos of Malaya. Areca Books. hlm. 353. ISBN 983-4211-30-9.
- ^ Isa 2015, hlm. 14.
- ^ a b Fatan Hamamah Yahaya (2015). "The Usage Of Animals In The Lives Of The Lanoh And Temiar Tribes Of Lenggong, Perak" (PDF). EDP Sciences. hlm. 4. Diakses tanggal 3 November 2021.
Daftar pustaka
- Isa, Hamid Mohd (2015). The Last Descendants of The Lanoh Hunter and Gatherers in Malaysia (dalam bahasa Inggris). Penerbit USM. ISBN 978-98-386-1948-6.
Pranala luar
- Negrito di Malaysia
- Negrito di Thailand (menyertakan informasi tentang orang Negrito di Malaysia)