Lompat ke isi

Legendra Padusi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.
Randai, sebuah tarian yang mengadopsi gerakan silat di Minangkabau.

Legendra Padusi atau Legenda Drama Tari Padusi adalah suatu drama tari yang mengangkat kisah tentang kesetiaan padusi (perempuan) Minangkabau. Drama tari ini berkisah tentang tiga sosok padusi Minang yang setia menjaga ucapan dan tindakannya.[1] Ketiganya merupakan sosok-sosok padusi di antara beberapa sosok padusi lainnya dalam legenda Minangkabau.

Latar belakang

Perempuan (padusi) dalam budaya Minangkabau diletakkan dalam derajat yang tinggi dan mulia. Mereka merupakan Bundo Kanduang yang mempunyai peran besar dalam pengelolaan harta pusaka tinggi demi keberlangsungan hidup anggota keluarga yang berdasarkan garis keturunan ibu atau matrilinial.

Tiga sosok perempuan legenda Minang, Puti Bungsu, Siti Jamilan, dan Sabai nan Aluih merupakan sosok-sosok teladan padusi Minang. Kisah ketiga sosok inilah yang diangkat dan dipentaskan dalam drama tari Legendra Padusi yang diawaki oleh beberapa orang seniman terkenal Indonesia, seperti Tom Ibnur (maestro tari), Nia Dinata (penulis naskah), Rama Soeprapto (sutradara), Jajang C. Noer (pemeran), Ine Febriyanti (pemeran), Marissa Anita (pemeran Padusi), Niniek L. Karim (pemeran), Arswendy Nasution (pemeran), Riyano Viranico (pemeran), Renitasari (program director) dan lain-lain.[2]

Drama tari ini juga membawa sejumlah penari asli dari Bukittinggi, Sumatera Barat. Legendra Padusi dipentaskan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada tanggal 11 dan 12 Mei 2013.

Rujukan

  1. ^ Legendra: tentang Kesetiaan Perempuan Minang Diarsipkan 2013-05-20 di Wayback Machine. KOMPAS.com, 1 Mei 2013. Diakses 7 Juni 2013.
  2. ^ Legendra Padusi: Harga Diri Perempuan Minang Dalam Gerak Tari[pranala nonaktif permanen] GATRAnews, 02 Mei 2013. Diakses 7 Juni 2013.

Pranala luar