Oey Giok Koen
Kapitan Oey Giok Koen | |
---|---|
Kapitan Cina Meester Cornelis | |
Masa jabatan 1894–1899 | |
Pengganti Petahana | |
Kapitan Cina Tangerang | |
Masa jabatan 1899–1907 | |
Daerah pemilihan | Tangerang |
Informasi pribadi | |
Lahir | Batavia, Hindia Belanda |
Meninggal | 1912 Batavia, Hindia Belanda |
Sebab kematian | Stroke |
Suami/istri | Ong Dortjie Nio |
Hubungan | Oey Thai Lo, Letnan Cina (kakek) Oey Tamba Sia (paman) Nie Boen Tjeng, Kapitan Cina (kakek mertua) |
Anak | Oey Kim Tjang Sia (putra) Oey Kim Goan Sia (putra) |
Orang tua | Oey Makouw Sia (bapak) |
Pekerjaan | Kapitan Cina dan tuan tanah |
Sunting kotak info • L • B |
Oey Giok Koen, Kapitan Cina (meninggal pada tahun 1912) dulu adalah seorang birokrat dan tuan tanah berlatar belakang Tionghoa-Indonesia yang paling dikenal berkat jabatannya sebagai Kapitan Cina Tangerang dan Meester Cornelis, serta sebagai salah satu tuan tanah terkaya di Hindia Belanda (kini Indonesia).[1][2][3] Sebagai Kapitan Cina, ia memimpin komunitas Cina di Tangerang dan Meester Cornelis sebagai bagian dari sistem 'pemerintahan tidak langsung' yang diterapkan oleh Belanda di Hindia Belanda.[4] Pada tahun 1893, ia membeli tanah partikelir Tigaraksa dan Pondok Kosambi.[5]
Kehidupan
Lahir di Batavia pada salah satu keluarga terkaya di Hindia Belanda, Oey adalah putra dari Oey Makouw Sia. Melalui ayahnya, ia adalah cucu dari Oey Thai Lo, Letnan Cina, dan keponakan dari Oey Tamba Sia.[1][3][6] Sebagai keturunan dari pejabat Cina, ia pun menyandang gelar turunan ‘Sia’ sejak lahir.[6] Ia lalu menikahi Ong Dortjie Nio, yang berasal dari salah satu keluarga aristokrasi ‘Cabang Atas’ tertua. Ayah mertua Oey adalah Ong Boen Seng, sementara ibu mertuanya, Nie Koen Nio, adalah putri dari Nie Boen Tjeng, Kapitan Cina Batavia, dan keturunan dari Kapitan Nie Hoe Kong, yang menjabat saat terjadinya Geger Pacinan pada tahun 1740.[6]
Pada tahun 1884, Oey diangkat menjadi Letnan Cina Kebajoran di afdeeling Meester Cornelis, Batavia.[1][2] Pada tahun 1894, Letnan Oey Giok Koen ditunjuk sebagai Kapitan Cina Meester Cornelis untuk menggantikan Kapitan Oey Ek Kiam (tidak ada hubungan keluarga; menjabat sebagai Letnan sejak tahun 1879, dan sebagai Kapitan mulai tahun 1883 hingga diberhentikan pada tahun 1893).[4] Pada tahun 1899, Kapitan Oey Giok Koen dipindah menjadi Kapitan Cina Tangerang, setelah pendahulunya, Kapitan Oey Khe Tay meninggal pada tahun 1897.[4] Istri Oey Giok Koen adalah keponakan dari istri Oey Khe Tay, Nie Kim Nio.[6] Kapitan Oey Giok Koen menduduki jabatan tersebut hingga ia diberi pemberhentian dengan hormat pada tahun 1907.[4] Ia lalu digantikan oleh putra dari Oey Khe Tay, yakni Kapitan Oey Djie San.[4]
Oey menekuni aktivitas yang sesuai dengan pangkatnya sebagai pejabat Cina dan tuan tanah, serta menjadi tokoh masyarakat yang disegani.[1][4] Pada tahun 1892, Letnan Oey Giok Koen dipilih menjadi presiden dari Tjoe Hoe Tee Beng, sebuah organisasi pemakaman dan budaya Konfusianisme, untuk menggantikan Ong Kim San.[7] Menjelang pendirian Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) pada tahun 1900, Kapitan Oey Giok Koen ditawari jabatan presiden oleh para pendiri dari organisasi tersebut.[8][9] Ia kemudian menolaknya, karena ia telah menjabat sebagai presiden di Tjoe Hoe Tee Beng. Walaupun begitu, ia setuju untuk menjadi anggota dewan eksekutif dari THHK.[4][8][9]
Oey lalu menjadi salah satu orang terkaya di Hindia Belanda berkat warisan keluarganya, tetapi Arnold Wright menyatakan bahwa kekayaan Oey juga berkat kesederhanaannya.[1] Pada bulan Februari 1893, Kapitan Oey Giok Koen membeli tanah partikelir Tigaraksa dan Pondok Kosambi dari saudara iparnya, Ong Hok Tiang.[5] Tanah tersebut awalnya dimiliki oleh ayah mertua Oey, yakni Ong Boen Seng.[10] Walaupun berasal dari keluarga Peranakan yang telah lama bermukim di Hindia Belanda, Oey tetap menjaga hubungannya dengan Cina, di mana ia kemudian ditunjuk sebagai direktur dari Fukien Railway Company di Amoy, Fujian pada tahun 1908.[11][4]
Kapitan Oey Giok Koen lalu mengalami stroke dan meninggal secara mendadak pada tahun 1912.[12][13] Ia pun meninggalkan kekayaan senilai 9 juta gulden, yang mana seluruhnya diwariskan ke dua orang putranya yang masih di bawah umur, yakni Oey Kim Tjang Sia dan Oey Kim Goan Sia, kecuali satu juta gulden yang diwariskan ke putrinya, Oey Hok Nio.[12][13][3][6] Keturunan Oey Giok Koen hingga saat ini masih menjadi salah satu keluarga terkaya di Indonesia sebagai pemilik dari dua konglomerasi yang saling terkait, yakni Tigaraksa Satria dan Sintesa Group.[3][14]
Referensi
- ^ a b c d e Wright, Arnold; Breakspear, Oliver T. (1909). Twentieth Century Impressions of Netherlands India: Its History, People, Commerce, Industries and Resources (dalam bahasa Inggris). London: Lloyd's Greater Britain Publishing Company. Diakses tanggal 23 January 2021.
- ^ a b Franke, Wolfgang (1988). Chinese Epigraphic Materials in Indonesia: Java (2 pts.) (dalam bahasa Inggris). Singapore: South Seas Soc. ISBN 978-9971-936-16-7. Diakses tanggal 23 January 2021.
- ^ a b c d Wibisono, Thomas (1994). "Tigaraksa Group: Usaha Generasi Kelima Oey Ta Lo". Informasi. Yayasan Management Informasi. 14 (173–178). Diakses tanggal 23 January 2021.
- ^ a b c d e f g h Lohanda, Mona (1996). The Kapitan Cina of Batavia, 1837-1942: A History of Chinese Establishment in Colonial Society (dalam bahasa Inggris). Jakarta: Djambatan. ISBN 978-979-428-257-1. Diakses tanggal 23 January 2021.
- ^ a b "Bataviaasch handelsblad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). W. Bruining. 25 February 1893. Diakses tanggal 23 January 2021.
- ^ a b c d e Haryono, Steve (2017). Perkawinan Strategis: Hubungan Keluarga Antara Opsir-opsir Tionghoa Dan 'Cabang Atas' Di Jawa Pada Abad Ke-19 Dan 20 (dalam bahasa Inggris). Utrecht: Steve Haryono. ISBN 978-90-90-30249-2. Diakses tanggal 23 January 2021.
- ^ "Bataviaasch handelsblad". Ingezonden Stukken (dalam bahasa Belanda). W. Bruining. 21 November 1892. Diakses tanggal 23 January 2021.
- ^ a b Setiono, Benny G. (2008). Tionghoa Dalam Pusaran Politik. Jakarta: TransMedia. ISBN 978-979-799-052-7. Diakses tanggal 23 January 2021.
- ^ a b Gonassis, Sugiaman; Kristan (2020). Sejarah Agama Khonghucu Indonesia (Tiong Hoa Hwee Koan): Tiong Hoa Hwee Koan. Jakarta: kristan.me. ISBN 978-623-285-116-0. Diakses tanggal 23 January 2021.
- ^ Seng, Guo-Quan (2018). "The Gender Politics of Confucian Family Law: Contracts, Credit, and Creole Chinese Bilateral Kinship in Dutch Colonial Java (1850s–1900)". Comparative Studies in Society and History (dalam bahasa Inggris). 60 (2): 390–414. doi:10.1017/S0010417518000099 . ISSN 0010-4175. Diakses tanggal 23 January 2021.
- ^ "De locomotief". Een benoming (dalam bahasa Belanda). De Groot, Kolff & Co. 7 August 1908. Diakses tanggal 23 January 2021.
- ^ a b "De expres". Millioenen-Erfenis (dalam bahasa Belanda). De Eerste Bandoengsche Publicatie Maatschappij. 24 April 1912. Diakses tanggal 23 January 2021.
- ^ a b "Haagsche courant". Een Sterfgeval (dalam bahasa Belanda). A. Sijthoff jr. 22 May 1912. Diakses tanggal 23 January 2021.
- ^ "Shinta Widjaja Kamdani: Kisah Kepemimpinan CEO Sintesa Group : Elle Indonesia". elle.co.id. Elle Indonesia. 13 April 2019. Diakses tanggal 23 January 2021.
Jabatan pemerintahan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Kapitan Oey Khe Tay |
Kapitan Cina Tangerang 1899–1907 |
Diteruskan oleh: Kapitan Oey Djie San |