Pamotan, Dampit, Malang
Pamotan | |||||
---|---|---|---|---|---|
8°11′27″S 112°45′02″E / 8.19081°S 112.75063°E | |||||
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Malang | ||||
Kecamatan | Dampit | ||||
Kode pos | 65181 | ||||
Kode Kemendagri | 35.07.05.2008 | ||||
Kode BPS | 3507070008 | ||||
Luas | 1.644 ha | ||||
Jumlah penduduk | 17.420 jiwa | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Pamotan adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Tidak ada data atau referensi yang akurat tentang sejarah asal usul berdirinya Desa Pamotan. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, ada dua versi yang kesemuanya mempunyai kisah sendiri – sendiri, adapun urutan cerita tersebut sebagai berikut:
Versi Pertama:
Konon dalam cerita sejarah, orang yang pertama kali menjejakkan kakinya di Desa Pamotan terjadi pada tahun 1011 pada hari Selasa Legi adalah serombongan para punggawa dari Kerajaan Mataram yang berjumlah 64 orang,pimpinan rombongan tersebut adalah Raden Prawiro Astro dan di dampingi oleh Roro Wening Sari,Roro Krendo,dan Roro Sloro Ireng.Seluruh rombongan tersebut singgah di sebelah utara,sesampainya di tempat tersebut Raden Prawiro Astro bersamadi dan berkomunikasi dengan Sang Yang Murbeing Dumadi atau Tuhan YME.
Dari situlah Raden Prawiro Astro mendapatkan Dawuh atau wangsit dari Tuhannya,untuk pergi ke atas puncak gumuk ( semacam gunung kecil ) di sebe4lah selatannya. Lalu pergilah rombongan tersebut ke atas puncak gunung tersebut . Sesampainya di atas puncak gunung Raden Prawiro Astro merasa lapar,lalu dibukalah bekal yang di bawa untuk dimakan secara bersama – sama,secara kebetulan bekal yang dia bawa adalah masakan ayam yang dibumbu dengan santan istilah dalam bahasa jawa adalah pecel pitik.
Disaat para punggawa menikmati bekal yang ia bawa, seluruh rombongan tersebut dilingkari oleh seekor ular yang besar sekali,lilitan atau lingkaran ular tersebut mampu memuat ( momot ) rombongan Raden Prawiro Astro di atas puncak gunung .Dengan kejadian tersebut maka Raden Prawiro Astro bersamadi untuk berkomunikasi dengan Sang Yang Murbeing Dumadi. Dari hasil samadi tersebut Raden Prawiro Astro mendapatkan wangsit yaitu:
Gunung yang dia tempati diberi nama Gunung Pecel Pitik sesuai dengan bekal yang dibawa dan dia makan.Sedangkan daerah di sekitar gunung pecel pitik dinamakan Pamotan,hal ini dikarenakan lilitan atau lingkaran ular yang besar tersebut mampu memuat ( momot = bhs jawa ) seluruh rombongan yang berjumlah 64 orang,serta daerah pertama kali Raden Prawiro Astro mendapatkan wangsit ( dawuh = bhs jawa ) dinamakan Dawuhan.
Setelah melakukan samadi dan meninggalkan pesan kepada ponggawanya di atas puncak gunung pel pitik,maka Raden Prawiro Astro beserta rombongan turun dari gunung dan kembali ke Dawuhan,terus mendirikan padepokan,dan menetap di daerah tersebut sambil melanjutkan membabat hutan ke arah utara,barat dan selatan untuk tempat pemukiman,peladangan dan persawahan.
Pada waktu para punggawa dan Raden Prawiro Astro usai membabat hutan ke arah selatan,seluruh rombongan pergi ke tempat tersebut,karena pada saat itu situasi dan cuacanya panas,maka dia beristirahat di gumuk ( gunung kecil ),lalu ketiga putri yang ikut rombongan menjumpai sebuah mata air kecil ( sumber air ) yang jernih sekali. Setelah itu Roro Sloro Ireng sakit dan meninggal dunia serta dimakamkan di tempat itu pula. Sesudah Roro Sloro Ireng meninggal dunia,Raden Prawiro Astro melakukan samadi untuk berkomunikasi dengan Tuhannya.Dari hasil samadi tersebut maka gumuk ( gunung kecil ) dinamakan Gunung Sumuk ( gunung panas = bhs jawa ),sedangkan tempatnya dinamakan Sumber ayu,sesuai dengan nama ditemukan sumber yang jernih dan paras wajah Roro Sloro Ireng yang cantik.
Rombongan yang ke dua singgah di Desa Pamotan adalah Pujangga dari Mangkunegaran yang datang pada tahun 1024 dan dipimpin oleh Patih Raden Bambang Irawan, dia langsung menuju ke tempat sebelah timur dan melanjutkan pekerjaan Raden Prawiro Astro membabat hutan untuk tempat pemukiman,maka jadilah tempat pemukiman para rombongan tersebut.Dari kondisi itulah maka tempat tersebut dinamakan Kepatihan,karena sudah menjadi kampung kecil yang di huni oleh para anggota rombongan, sedangkan kerabat saudara Patih Raden Bambang Irawan tinggal di sebelah timurnya yang sekarang disebut dengan Kepatihan Ngurawan atau Sentanan yang asal kata dari Sentono = Saudara dalam bahasa jawa.
Patih Raden Bambang Irawan beserta rombongan membabat hutan untuk areal lahan pemukiman,peladangan dan persawahan,kearah utara dari kepatihan hingga sampai menemukan sebuah mata air yang sangat besar sekali ( sekarang dinamakan umbulan ).Usai melakukan pembabatan hutan Patih Raden Bambang Irawan ingin merayakan atas suksesnya pembabatan hutan,lalu para punggawa yang lain beramai – ramai memasang umbul - umbul dari bambu berjajar – jajar di daerah yang sudah dibabat tersebut .Dari pemasangan umbul – umbul tersebut di sebelah utara lebih banyak di bandingkan dengan didaerah selatannya .Oleh karena itu disebelah utara dinamakan Umbul Rejo ( umbul – umbulnya ramai ),sedang di sebelah selatannya dinamakan Ubalan ( umbul – umbulnya jarang .Hingga sampai saat ini didekat dengan mata air dinamakan Umbul Rejo dan sebelah selatannya dinamakan Ubalan.
Sistem Pemerintahan pertama kali di desa pamotan baru ada pada tahun 1830 dimana pada saat itu Negara Indonesia sudah diduduki oleh tentara Belanda . Sedang Kepala Pemerintahan Desa pada saat itu adalah Bapak Kertoleksono. Dia merupakan salah satu pasukan Pangeran Diponegoro yang lari ke arah timur dan menetap di Desa Pamotan . Karena Kepala Pemerintahan pada saat itu juga disebut Aris,maka nama Bapak Kertoleksono disebut juga dengan nama Aris Kertoleksono bahkan oleh warga juga disebut sebagai Kepala Desa yang pertama di Desa Pamotan.
Setelah bapak Aris Kertoleksono meninggal maka pucuk pimpinan pemerintahan desa digantikan oleh keturunan ( anak ) dia yang bernama Kerto Embat yang lebih di kenal dengan Bapak H. Saleh.Penggantian tersebut atas penunjukan menginggat jasa – jasa ayahnya .Setelah itu H. Saleh meninggal maka digantikan oleh putranya yang bernama Yasin.
Pimpinan Pemerintahan Desa Pamotan atau Kepala Desa yang dipilih secara langsung dan secara demokrasi dilaksanakan pada tahun 1953, dan yang menjadi Kepala Desa atas pilihan rakyat pada saat itu adalah Bapak Parto Radjak jadi Bapak Parto Radjak adalah merupakan Kepala Desa Pamotan yang pertama di pilih oleh rakyatnya secara demokrasi.Dari tahun 1953 itulah maka pemilihan Kepala Desa selalu dilakukan secara demokrasi dipilih langsung oleh rakyatnya sampai sekarang.
Versi Kedua :
Pertama kali Desa Pamotan dibuka sekitar tahun 1830.Konon bahwa Desa Pamotan adalah desa yang tertua dari desa – desa yang ada di seluruh Kecamatan Dampit.Hal ini ditandai dengan adanya pasar rakyat di Desa Pamotan sudah ada lebih dahulu dibandingkan dengan desa – desa yang lainnya, bahkan di Dampitpun masih belum ada pasar rakyat itu .
Di zaman dahulu Desa ini merupakan tempat yang strategis untuk mengumpulkan barang – barang dagangan hasil hutan dan hasil bumi lainnya dari daerah – daerah sekitarnya untuk dimuat dan didistribusikan ke daerah lain . Karena merupakan tempat berkumpulnya barang – barang dagangan hasil hutan dan hasil bumi, maka tempat tersebut banyak sekali muatan ( momotan = bhs jawa ) yang akan dibawa ke daerah lain . Dengan adanya itulah tempat atau desa ini dikenal dengan nama Desa Pamotan . Akhirnya dengan berjalannya waktu lama kelamaan disesbut dengan Desa Pamotan .
Pemimpin pemerintahan Desa atau Kepala Desa pertama di Desa Pamotan adalah Kertoleksono dia adalah salah satu pasukan pengikut Pangeran Diponegoro yang setia pada pemimpinnya . Karena terjadi peperangan di daerahnya dan Pangerang Diponegoro dapat ditaklukkan oleh tentara belanda maka dia melarikan diri ke arah timur bersama rombongannya . Disamping itu dia juga seorang yang taat kokoh dalam memeluk agamanya, yaitu agama islam.
Di dalam perjalanannya Kerto leksono pertama – tama singgah di desa ini, lalu melanjutkan ke arah timur hingga sampai di daerah Tirtoyudo, tetapi dia kembali lagi ke Desa ini, hal ini dikarenakan bahwa di Desa ini ada sumber air alam yang sangat besar sekali.Dengan adanya kondisi alam itulah dia akhirnya menetap di Desa ini, dan mulai melakukan aktifitasnya yaitu membabat hutan untuk areal perladangan dan persawahan . Atas pemikiran dan jasa dia dalam memimpin orang – orang untuk bergotong royong membangun sungai maka terciptalah lahan persawahan yang sangat luas sekali desa ini, serta juga dengan cara bergotong royong pula dia memimpin untuk membuat jalan – jalan, seperti di jalan Jend.Gatot Subroto saat ini.
Atas jasa – jasa dia dalam memimpin serta mengatur dan mengelolah sistem pemerintahan yang arif, dan bijaksana, maka dia mendapat julukan atau tambahan nama Aris . Sehingga sekarang lebih di kenal dengan nama Aris Kertoleksono, atau Mbah Aris Kertoleksono . Dia wafat di Desa Pamotan dan dimakamkan di dekat sungai Pamotan yang lebih dikenal dengan sebutan wakaf.
Setelah mbah Aris Kertoleksono meninggal dunia, pucuk pimpinan Desa atau Kepala Desa digantikan berturut - turut oleh:
- Haji Salleh (Putra kedua mbah Aris Kertoleksono)
- Yasin (Putra Bapak Haji Saleh)
- Parto Radjak (1953 – 1969)
- Mukawi (1969 – 1976)
- Mahfud (1976 – 1990)
- Bambang Tri Lukianto (1990 – 1993)
- Mardai (1993 – 2003)
- Adi Yuda Rifai (2003 – 2013)
- Citra Dewi Atmanegara, SH., M.Hum. (2013 – 2019)
- Drs. Sukoharyono (2019 – Sekarang)